Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demokrasi, Radikalisme, dan Disinformasi

31 Agustus 2024   20:55 Diperbarui: 31 Agustus 2024   20:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi informasi, telah memudahkan kita semua untuk bisa mengakses informasi. Hal apapun yang berkembang, bisa kita dapatkan dengan mudah. Dengan menggunakan smartphone, laptop atau komputer yang dihubungkan dengan internet. Kemudahan itulah yang membuat generasi saat ini, lebih cerdas dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, dibalik kecerdasan tersebut, ada kelemahan yang wajib kita waspada bersama. Diantaranya adalah penyebaran informasi yang menyesatkan.

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Dengan sistem ini maka kebebasan menyampaikan pendapat dijamin oleh negara. Dan karena kebebasan dalam menyampaikan pendapat inilah, unjuk rasa atau demonstrasi menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Dan beberapa waktu lalu, para mahasiswa serta berbagai elemen masyarakat menggelar unjuk rasa di depan gedung DPR. Hal itu dilakukan untuk menuntut DPR agar membatalkan revisi UU Pilkada.

Unjuk rasa ini tentu bukanlah hal yang dilarang. Namun, ada satu hal yang perlu diwaspadai. Ketika unjuk rasa, apalagi melibatkan massa yang cukup besar, seringkali dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda radikalisme. Disinilah ancaman polarisasi dan disinformasi bisa terjadi. Dan ujung-ujungnya disalahgunakan untuk menciptakan kondisi yang lebih chaos. Ketika kegaduhan itu terjadi, mereka akan menyalahkan pemerintah dan mengusulkan khilafah sebagai solusinya.

Sekilas memang terkesan using. Tapi nyatanya, selalu begitu pola kelompok radikal ini dalam menyebarkan propaganda radikalisme. Dengan berbagai cara mereka memanfaatkan kegaduhan, untuk memunculkan ketidakpastian. Dalam kondisi tersebut mereka juga seringkali mencoba untuk menghancurkan kepercayaan masyarakat, terhadap institusi demokrasi. Bahkan Pancasila yang ditetapkan sebagai dasar negara, juga dianggap sebagai produk yang tidak relevan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam.

Kelompok ini juga seringkali menggunakan naras-narasi yang menyatakan bahwa demokrasi telah gagal. Buktinya masih ada demonstrasi, masih ada kemiskinan, masih ada ini dan itu. Dan lagi-lagi, mereka menawarkan khilafah sebagai solusi atas ketidakpastian yang telah mereka kemas sendiri. Masyarakat yang mempunyai literasi rendah, sudah pasti akan dengan mudah masuk ke bujuk rayu para kaum radikalis ini. Mereka tak jarang juga memunculkan provokasi-provokasi yang dibenturkan dengan sentimen keagamaan.

Semua elemen masyarakat harus lebih jeli terhadap upaya penyusupan kelompok radikal ini. Mari menjadi generasi yang cerdas, generasi yang bijak dan lebih mengedepankan fakta dari pada opini dan emosi. Biayakan untuk mendapatkan sumber informasi yang valid dari sumber yang terpercaya. Jangan lagi mudah percaya setiap informasi yang beredar di media sosial. Karena bisa jadi informasi tersebut sengaja dimunculkan kelompok radikal untuk menyesatkan public.

Suasana politik di dalam negeri memang sedang mengalami dinamika. Hal inilah yang kemudian membuka celah bagi kelompok radikal untuk masuk memanfaatkan situasi. Karena itulah, penting semua elemen melakukan tugas dan fungsinya. Media harus bisa menjadi control bagi semuanya. Pemerintah juga diharapkan bisa berada di posisi yang tegas, terkait upaya kelompok radikal yang ingin menyusupkan propaganda radikalisme ini. Jangan sampai masyarakat terpecah belah, oleh informasi yang menyesatkan. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun