Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Kerukunan dan Toleransi Beragama di Indonesia

8 Juni 2024   08:39 Diperbarui: 8 Juni 2024   08:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhinneka Tunggal Ika - jalandamai.org

Indonesia mempunyai dasar negara yang bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan nilai yang lahir dan tumbuh dari Indonesia. Sila pertama dalam Pancasila, berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dasar agama yang ada. Indonesia sendiri mengakui banyak agama. Diantaranya adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.

Dalam perkembangannya, Islam memang menjadi agama mayoritas di Indonesia. Namun bukan berarti dasar negara Indonesia berdasarkan agama Islam. Namun bukan berarti melupakan Islam. Karena nilai-nilai dalam Pancasila sejatinya sangat universal, bisa diterima oleh seluruh agama yang ada di Indonesia. Nilai tersebut juga bisa diterima ribuan suku yang ada di Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk, mengimplementasikan nilai Pancasila menjadi sebuah keniscayaan.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menegaskan, bahwa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari campur tangan Tuhan. Urusan agama tidak bisa dilepaskan dari negara ini. Hanya saja, antar pemeluk agama di Indonesia bisa berdampingan dalam keragaman. Bisa berdampingan dalam perbedaan. Toleransi antar umat beragama, menjadi salah satu komitmen bersama. Toleransi antar umat beragama, telah mengantarkan masyarakat Indonesia bisa hidup rukun, meski mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

Memang tak dipungkiri. Seiring berjalannya waktu, kelompok radikal terus mempropagandakan radikalisme melalui media sosial. Tidak sedikit dari masyarakat yang terprovokasi karena minimnya literasi. Agama yang semestinya bisa meluruskan ke jalan yang benar, justru disalahartikan untuk membuat masyarakat gamang. Istilah agama banyak yang direduksi, yang berdampak banyak masyarakat yang salah dalam memahami agama.

Akibat ulah kelompok radikal tersebut, membuat provokasi kebencian saat ini begitu masif di media sosial. Antar sesama bisa saling hujat hanya karena persoalan suka tidak suka. Antar sesama bisa saling menebar kebencian, hanya karena berbeda pilihan politik. Antar sesama bisa saling melakukan diskriminasi, hanya karena berbeda keyakinan. Padahal, apa yang salah dengan perbedaan dan keragaman. Sementara Allah SWT menciptakan bumi dan seisinya ini penuh dengan perbedaan dan keragaman.

Mari kita introspeksi. Jangan kotori Indonesia dengan bibit negatif. Jangan kotori pikiran kita dengan bibit radikalisme dan intoleransi. Mari kembali ke nilai kearifan lokal. Mari kembali ke Pancasila. Kita adalah generasi penerus bangsa, yang tidak boleh lupa denga nasal usulnya. Kita adalah generasi penerus bangsa yang cerdas, yang mengedepankan literasi, dan tidak mudah terprovokasi. Kita adalah generasi penerus yang sangat mengedepankan kemanusiaan dan perdamaian. Kita adalah generasi yang toleran, yang sangat menghargai perbedaan dan keragaman suku, agama, bahasa dan budaya.

Mari menuju pada kerukunan antar umat beragama, yang jauh dari potensi konflik. Mari jadikan Indonesia sebagai negara yang toleran, negara yang aman, negara yang nyaman bagi siapa saja. Keragaman dan kerukunan yang sudah ada harus terus dijaga, agar generasi selanjutnya tidak lupa dengan karakter bangsa yang bisa berdampingan dalam keragaman. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun