Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persatuan Itu Harus Diupayakan

22 September 2023   18:32 Diperbarui: 22 September 2023   18:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tak sadar bahwa kita punya banyak persamaan dengan negara amju seperti Amerika Serikat (AS) selain juga banyak perbedaan mendasar. AS sebagai sebuah benua dan salah satu negara modern tua di bumi ini, punya banyak sekali kultur di dalamnya (melting pot). Keanekaragaman kultur ini karena banyak imigran yang datang ke negeara itu, baik untuk mengadu nasib maupun untuk menuntut ilmu.

Keanekaragaman kultur Indonesia karena punya puluhan suku bahkan ratusan dalam deretan kepulauan ini. Bahkan pulau seperti papua, sulwesi , maluku dll, punya banyak sekali suku dan bahasa daerah yang berbeda.

Bentangan geografi AS mirip dengan Indonesia, meski Indonesia merupakan negara kepulauan sedangkan AS merupakan negara kontinental. Keduanya juga merupakan negara demokrasi dimana pemilu dan beberapa hal lainnya menjadi alat ketatanegaraan untuk mengatur negara dan penduduknya. Memang mekanisme demokrasi di AS lebih tua dibanding Indonesia, tapi tidak menutup kemungkinan demokrasi AS kadang digoda oleh beberapa hal.

Pemilu 2016 AS  yang bisa dikatakan hampir "membelah"  negara itu karena beberapa narasi dari salah satu calon presiden melalui media sosial.  Meski tahu dan sadar bahwa  ada manipulasi tertentu dari lawan politiknya, sang calon yang kalah itu dengan sportif mengakui kekalahannya dan mengucapklan selamat kepada sang pemenang.

Pengakuan kekalahan secara sportif membuat rakyat merasa lebih nyaman dan potensi ketebelahan bisa diminimalisir. Demokrasi mengajarkan AS bahwa elite politik harus mengedepankan persatuan dibanding mempersoalkan capaian individu. Jika itu gagal dilakukan, sebagai bangsa maju dan besar, mereka akan malu.

Hal ini hampir sama dengan kondisi Indonesia. Pemilu juga pernah nyaris membuat kita terbelah. Indonesia juga seharusnya malu jika alat demokrasi itu membuat bangsa ini benar-benar terbelah.

Karena itulah jika sportivitas belum bisa menjadi DNA dari elite politik untuk mengakui sebuah kekalahan dalam kontestasi (pada kontestasi lalu ada calon yang tidak terima atas kekalahan dan membawanya ke MA), maka upaya menjaga persatuan harus diupayakan demi masa depan bangsa kita.

Meski dalam konteks demokrasi, masa depan bangsa kita jauh lebih berharga dan luhur dibanding dengan soal kalah menang dalam kontestasi politik lima tahunan. Karena itulah bagaimanapun sulitnya, persatuan dan kesatuan harus selalu diupayakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun