Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Kewarasan Berpikir dengan Tabayun

14 Oktober 2022   20:40 Diperbarui: 14 Oktober 2022   20:47 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di surat Alhujurut ayat 6 di Alquran, menuturkan bahwa wajib bagi seseorang untuk melakukan tabayun jika mendapat berita dari orang fasik. Dalam ayat itu juga dijelaskan bahwa jika pembawa berita adalah orang saleh dan adil (orang baik) maka tabayun dianjurkan tetap dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian ( (li al ikhtiyath). Sehingga Alhujurut menekankan bahwa kita harus mengecek apapun informasi yang kita terima, apalagi jika itu menyangkit nasib seseorang atau hal yang sensitive.

Sebenarnya, apa sih tabayun itu ?

Secara gampangnya, tabayun adalah usaha untuk mencari tahu kebenaran suatu informasi. Atau bahasa sombongnya adalah mengklarifikasi atau mengkonfirmasi ulang sebuah informasi dari sumber informasi. Jadi bukan tugas media mainstream saja untuk melakukan klarifikasi, karena klarifikasi juga harus dilakukan oleh setiap orang pada informasi yang dia terima.

Tabayun sejatinya bermaksud mulia karena akan menghindarkan seseorang terjebak dalam suatu informasi yang keliru. Konyolnya informasi itu kemudian membesar dan mempengaruhi banyak hal.

Apalagi pada zaman dimana teknologi informasi sudah berkembang sedemikian rupa, dimana media sosial dan bahkan media online memberikan informasi yang sering belum terkonfirmasi. Tentu saja ini akan membuat gamang banyak orang. Telah banyak contoh soal ini.

Saat kontestasi politik tahun 2014, salah satu kontestan dicap sebagai orang keturunan PKI oleh segelintir orang. Beberapa tahun kemudian saat kontestan itu sudah menjadi presiden RI, dia kembali dituding bahwa ijazah sarjana dari UGM nya palsu.

Sebagian mungkin menjaga kewarasan berfikirnya dengan mengecek kebenaran informasi itu. Karena sangat tidak mungkin seorang yang baru berumur 3 -4 tahun saat PKI memberontak, dia sudah terlibat pada kegiatan itu. 

Sangat tidak mungkin juga bahwa orang yang sudah pernah menjabat sebagai walikota dua periode, kemudian gubenur Jakarta dan kemudian Presiden RI, ternyata ijazahnya palsu. Beberapa pihak kemudian mengklarifikasi bahwa tidak mungkin dia terlibat PKI dan ijazah yang dimilikinya juga asli.

Pada masa banjir informasi seperti sekarang ini, memang sangat mudah untuk menjatuhkan atau menaikkan citra diri seseorang melalui media dengan mekanisme tertentu.  Atau bisa juga kita terjebak pada fitnah terhadap seseorang yang tidak bersalah. .

Karena itu kita harus menjaga kewarasan berfikir dan bertindak dengan melakukan tabayun digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun