Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Saling Berbeda tetapi Tetap Bersaudara

18 September 2021   07:09 Diperbarui: 18 September 2021   07:14 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Menjadi sebuah keniscayaan, bahwa Indonesia adalah negara besar yang mempunyai banyak keberagaman. Tidak hanya keberagaman orangnya, tapi juga keberagaman dalam hal suku, agama, bahasa dan budaya. Keberagaman yang tidak dimiliki oleh negara lain. Dan keberagaman inilah yang mengantarkan Indonesia menjadi negara besar, menjadi negara yang toleran, dan terbuka akan perbedaan. Karena keberagaman ini pula, para pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila dengan tepat, agar kita bisa hidup berdampingan dalam keberagaman.

Keberagaman ini m erupakan anugerah yang perlu kita jaga. Kenapa? Karena keberagaman ini bisa memberikan nilai positif, tapi juga bisa berpotensi menjadi negatif jika tidak bisa menjaganya. Banyak contoh diantara kita saling caci, saling seteru, bahkan saling beradu fisik, hanya karena dipicu oleh provokasi keberagaman. Hanya karena merasa mayoritas dan paling benar, seringkali bertindak diskriminatif kepada pihak minoritas yang selalu dianggap salah.

Contoh yang paling sering kita lihat adalah yang terjadi pada kelompok Ahmadiyah. Mereka seringkali di persekusi dan didiskriminasi, hanya karena dianggap salah. Padahal, pihak yang menyalahkan, yang merasa mayoritas dan bersih itu, belum tentu benar. Tidak hanya itu, seringkali kelompok yang merasa mayoritas dan benar itu melakuakn tindakan intoleran, menyegel tempat ibadah, menebar provokasi dan menebar kebencian dimana-mana. Fakta diatas juga merupakan keniscayaan dari keberagaman itu. Namun jika kita bisa saling mengerti, semestinya tidak ada lagi pertengkaran yang mempersoalkan perbedaan.

Mari kita introspeksi sejenak. Tidak ada yang bisa memilih kita terlahir sebagai seorang Jawa, Dayak, Sunda atau yang lainnya. Tidak ada juga yang bisa memilih kita lahir di desa atau kota. Apalagi memilih terlahir sebagai seorang Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha atau Konghucu. Semuanya itu sudah digariskan oleh Tuhan. Karena itulah, tidak perlu kita terus mempersoalkan perbedaan. Mari kita saling mencari benang merahnya, apa esensi dari perbedaan itu.

Tuhan menciptakan manusia saling berbeda satu dengan lainnya. Bahkan manusia kembar, yang secara fisik terlihat sama pun, pasti ada perbedaannya. Karena itulah, mulai berhenti mencari perbedaan. Mulai berhenti mencari kesalahan atau kebenaran. Melalui perbedaan ini, Tuhan meminta kita para manusia untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Dalam interaksi tersebut, diharapkan bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Jika setiap minggu ada umat kristiani yang pergi ke gereja, maka sebaiknya kita menghargai. Begitu juga dengan umat Islam, yang dalam sehari beribadah shalat berjamaan di masjid, juga harus dihargai. Begitu juga dengan agama-agama yang lain.

Agama apapun yang ada di bumi ini, mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan. Dalam Islam pun juga sama. Ada menganut persaudaraan sesama muslim, ada juga persaudaraan antar sesama manusia. Artinya, tidak peduli apa agamanya, tidak peduli apa sukunya, sepanjang kita makhluk ciptaan Tuhan, maka sejatinya kita semua adalah bersaudara. Dalam Pancasila sila kedua, juga mengajarkan agar kita bisa saling memanusiakan antar sesama manusia. Intinya, semua manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama diatas bumi ini.

Jika kita lihat media sosial sekarang ini, banyak sekali provokasi, hoaks dan ujaran kebencian yang masih mempersoalkan perbedaan dan keberagaman. Mari kita hilangkan hal semacam itu, tidak usah kita pikirkan. Mari kita pikirkan untuk saling menguatkan tali persaudaraan, agar bangsa yang besar ini tetap menjadi besar, dan tidak hancur karena ulah masyarakatnya sendiri. Salam persaudaraan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun