Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seribu Teman Kurang, Satu Musuh Kebanyakan

8 Februari 2019   07:16 Diperbarui: 2 Juli 2021   06:04 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seribu Teman Kurang, Satu Musuh Kebanyakan | jalandamain.org

Selama ini ada pepatah yang berbunyi : 1000 teman kurang satu musuh terlalu banyak.  Intinya bahwa sebagai manusia kita amat membutuhkan orang lain sebagai teman. Teman sebagai tempat berkeluh kesah atau berbagi duka dan bahagia. Dalam berbagai pengalaman hidup dinyatakan bahwa adanya teman akan mempermudah hidup. Hal ini juga tak lepas dari cirri khas masyarakat Indonesia yang gemar bersosialisasi alias berkumpul dan bergaul dengan pihak lain.

Apalagi jika kita punya teman yang berasal dari berbagai jaringan /network. Jaringan yang berbeda-beda ini mempermudah banyak urusan. Ada network yang berhubungan dengan olahraga, network kesehatan, netwok politik dan sebagainya. Tentu saja ini sangat menyenangkan karena banyak teman selalin mempermudah banyak hal, juga tak jarang membuat bahagia, sehingga bisa dikatakan bahwa 1000 teman kurang.

Baca juga: Manusia pada Dasarnya Butuh Musuh

Sebaliknya, pepatah yang dikutip di atas menyebut bahwa satu musuh terlalu banyak. Musuh berarti orang yang bertentangan dengan kita dan tidak bisa mencari solusi bersama. Intinya, perbedaan (mungkin perbedaan pendapat) tidak bisa diminimalisir. 

Intinya antara dua pihak, masih diselimuti oleh konflik.  Konflik yang tak selesai dan menimbulkan permusuhan antara dua pihak ini dirasa memberatkan jika tidak selesai atau berlarut-larut. Sehingga bisa dikatakan bahwa satu musuh akan membuat kita susah. Sebaliknya seribu teman akan membuat kita bahagia.

Namun ironisnya, beberapa tahun belakangan ini masyarakat justru sering dihadapkan  pada rasa permusuhan  yang terus menerus terjadi. Lewat apa ? Media sosial membuat dua orang atau dua pihak sering terlibat pada konflik-konflik yang sering tidak selesai. Makian-makian yang cenderung kasar dan di luar akal sehat menjadi hal yang sering dihadapi oleh mereka. 

Baca juga: Jangan Mudah Melontarkan Rahasia kepada Musuh

Seseorang tak segan menyerang hal-hal yang bersifat pribadi dan internal. Sehingga bisa dibayangkan bahwa kondisi itu mempengaruhi hubungan antar manusia dan kelompok masyarakat.

Lebih-lebih lagi ujaran kebencian juga sering dilakukan oleh dua pihak, terlebih menjelang Pileg dan Pilpres ini. Saling serang tanpa ampun sering dilakukan oleh banyak orang , banyak kelompok ke kelompok atau orang berseberangan. Ini membuat banyak orang menjadi bermusuhan. 

Menjadi kontrapoduktif atau merugikan diri sendiri. Menjadi tidak positif alias tidak berkembang dengan baik.  Padahal pesta demokrasi dalam hal ini Pilpres atau Pilkada seharusnya membuat banyak orang berbahagia karena akan membawa dampak positif bagi masyarakat dan bangsa.

Baca juga: Sibling Rivalry, Musuh Tersayang

Tapi sesuai dengan deskripsi di atas bahwa pihak atau orang dengan banyak musuh akan membawa kerugian. Orang menjadi perpikiran negative dan membuat orang tidak merasa bahagia. Karena itu sebaiknya kita saling mengingatkan jika ada teman atau kerabat  yang sering melakukan ujaran kebencian melalui media sosial. Memaki-maki orang, atau kelompok lain.

Ini juga sejalan dengan siskamling medos yang akhir-akhir ini diingatkan oleh beberapa pihak. Siskamling medsos intinya agar jagat informasi kita bersih dari ujaran-ujaran kebencian yang merugikan dan sering menimbulkan konflik.  Bahagia dan sejahtera sealu lahir dari persatuan dan kedamaian.

Bukankah seribu teman kurang dan satu musuh terlalu banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun