Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila, Membiasakan Bersatu dalam Perbedaan

2 Oktober 2017   04:58 Diperbarui: 2 Oktober 2017   05:18 2178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mural Bhineka Tunggal Ika - tribunnews.com

1 Oktober diperingati sebagai hari kesaktian Pancasila. Banyak yang tidak menyadari bahwa sila-sila dalam Pancasila itu, merupakan cerminan dari budaya Indonesia. Bung Karno menyatakan, bahwa dirinya bukanlah  pencipta Pancasila. Dirinya hanyalah menggali Pancasila, yang telah ada pada nilai-nilai budaya Indonesia. Ini berarti, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sudah ada sejak dulu ditengah masyarakat. Ketika dirumuskan oleh para pendiri bangsa, maka jadilah Pancasila yang kemudian menjadi ideologi dan dasar negara.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diantaranya adalah saling menghormati, saling tolong menolong, dan saling menghargai. Nilai tersebut tertuang dalam sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beradab. Masyarakat yang menggunakan akal dan pikirannya, untuk kebutuhan yang lebih baik. Lihat saja tradisi para nenek moyang, yang rata-rata sangat memanusiakan manusia. Di Jawa misalnya, ada tepo seliro, atau tenggang rasa. Ketika ada masyarakat yang membutuhkan pertolongan, maka mereka akan saling tolong menolong. Itulah yang kemudian disebut gotong royong.

Salah satu nilai-nilai yang ada sejak dulu adalah menjaga persatuan dan kesatuan. Salah satu contoh yang bisa kita lihat adalah, sistem keamanan keliling atau siskamling. Sistem keamanan ini mewajibkan semua orang ikut bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Selain merajut tali silahturahmi, pola ini juga memperkuat persatuan diantara masyarakat. Melalui sistem ini, kita bisa tahu jika ada orang baru yang tinggal di kampung kita. Kita juga bisa tahu jika ada paham-paham yang berpotensi merusak kerukunan antar warga.

Nilai-nilai inilah yang ditangkap oleh Soekarno dan para pendiri bangsa yang lain. Masyarakat kita yang terbuka, begitu menyadari bahwa negeri yang mereka tempat sangat beragam. Tidak hanya suku dan budaya yang beragam, tapi juga kepercayaan yang dianut pun juga beragam. Namun karena masyarakatnya sudah menjunjung budaya saling menghargai, perbedaan budaya dan kepercayaan itu justru dimaknai sebagai anugerah. Karena keberagaman itu sejatinya bukan ciptaan manusia, melainkan pemberian dari Allah SWT.

Makanya, jika ada masyarakat Indonesia yang mempersoalkan keberagaman, sungguh tidak masuk akal. Karena keberagaman itulah, kita belajar toleransi antar umat beragama. Karena keberagaman itulah, kita belajar bertenggang rasa satu dengan yang lainnya. Dan semangat untuk menjaga keberagaman itu, tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. Menjadi tidak berlebihan, ketika menjalankan nilai-nilai Pancasila akan menghasilkan generasi yang toleran. Karena melalui Pancasila, kita akan terbiasa dengan keberagaman. Melalui Pancasila, kita akan terbiasa saling bergandengan tangan antar sesama, demi terciptanya persatuan dan kesatuan.

Di hari kesaktian Pancasila ini, kita saling introspeksi. Mari kita saling merapatkan tangan, agar paham-paham yang bisa memecah belah negeri ini tidah mudah masuk ke Indonesia. Seperti kita tahu, radikalisme, intoleran, dan terorisme menjadi momok bagi Indonesia dan semua negara. Kini, isu komunisme sengaja dimunculkan, untuk menekan pemerintah karena telah mengeluarkan perpu ormas. Sudahlah, tidak perlu ada unjuk rasa 299 atau apapun itu namanya. Tidak perlu lagi mempersoalkan perbedaan, karena pada dasarnya kita telah terbiasa dengan perbedaan itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun