Kawasan wisata yang berbasis alam memiliki permasalahan yang beragam, salah satunya bencana alam. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata  seringkali merasa aman karena telah turun temurun berada di kawasan. Meskipun, bencana seringkali terjadi tanpa terduga dan kesadaran akan ancaman serupa di masa selanjutnya masih ada, tidak banyak yang melakukan mitigasi.Â
Provinsi Sumatera Barat misalnya, yang telah menjadi langganan gempa bumi dengan indikator seringnya terjadi kejadian, masyarakatnya memiliki kepanikan, tetapi dapat mengatasinya dengan baik. Hal berbeda terjadi pada para pendatang, gempa bumi lebih menakutkan, terlebih dengan pernah terjadinya gempa besar tahun 2009 yang memakan banyak korban.Â
Kondisi kepanikan yang lebih besar dapat terjadi di kawasan wisata alam, baik di pesisir maupun pegunungan atau perbukitan, karena biasanya wisatawan berasal dari daerah di luar lingkungan tersebut.Â
Hal pertama yang perlu dipersiapkan oleh pengelola kawasan wisata seperti Pokdarwis (kelompok sadar wisata) adalah kemampuan mitigasi bencana yang didukung oleh informasi bagi wisatawan berupa peta potensi bencana. Pokdarwis Payo Nature merupakan salah satu contohnya, lokasinya yang berada di perbukitan Kelurahan Tanah Garam membuat mereka sadar akan potensi ancaman bencana.Â
Program pendampingan dan pelatihan untuk memberikan informasi dan pengetahuan terkait mitigasi bencana berhasil diterapkan. Hal ini tidak terlepas dari peran akademisi Universitas Negeri Padang yang masuk melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat.Â
Program pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan di Kawasan Payo dengan mitra kunci Pokdarwis Payo Nature berhasil mengajak masyarakat dan seluruh pengelola wisata mulai memperhatikan lingkungan mereka yang rawan terhadap bencana tanah longsor.Â
Analisis kondisi sebelumnya menunjukkan bahwa setiap hujan lebat, ancaman tanah longsor menjadi semakin besar karena tanah liat tergerus oleh aliran air di perbukitan. Kondisi tersebut terasa lebih parah jika longsoran sampai menutupi jalan utama kampung, aktivitas masyarakat menjadi terganggu dan bahkan terhenti karena hanya ada 1 jalan utama saja.Â
Pariwisata sering dikaitkan dengan imej sebuah destinasi, jika destinasi mendapatkan imej baik, maka biasanya kunjungan wisatawan tinggi, tetapi sebaliknya jika imej buruk, maka kunjungan wisatawan juga akan turun. Bagi pengelola wisata, penting untuk menjaga imej tersebut, salah satunya dengan memiliki kemampuan mitigasi bencana yang baik. Kemampuan mitigasi bencana bukan berarti mampu menghindari bencana, tetapi mampu mengatasi bencana dengan cepat sehingga tidak menyebabkan kerugian dan korban. Sudah banyak contoh, ketika bencana menimpa wisatawan, berita yang terbesar di media masa lebih cepat viral, dan langsung memberikan imej negatif pada destinasi.Â
Program pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Padang ini menjembatani kepentingan pengelola wisata untuk menjaga imej destinasi yang aman, sekaligus memberikan keamanan bagi wisatawan dengan kemampuan mitigasi dari para pengelola wisata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H