Dentang bel sekolah menandakan pelajaran hari itu sudah selesai
Murid murid sekolah SMK itu berhamburan keluar kelas
Dengan malas malasan Dyah memasukkan bukunya ke dalam tasnya dan dengan lunglai berdiri dan berjalan keluar kelas.
"Ngopo kok loyo Yah" Dewi teman sebangku sekaligus sahabatnya menegur
"ndak pa pa Wi"
"Ndak pa pa apa ndak pa pa?"
Dyah hanya tersenyum tipis. Semenjak mendengar keputusan bapaknya tentang perjodohan itu
Semangat Dyah hilang. Raganya masih sama tapi jiwanya rasanya pelan pelan pupus menghilang.
"Kamu akhir akhir ini banyak diemnya tho Yah? Kena apa tho?"
"Ndak pa pa Wiiii...."
"Mbok yao ngomong sama aku, mungkin aku bisa bantu"
"Wi, kamu sahabatku, kalo aku ada apa apa pasti aku ceritakan terlebih dahulu sama kamu. Lha wong ini gak ada apa apa kok..."
"Mbellll..pasti lagi naksir Tedi yaa...tapi Tedinya cuek"
Dewi menjawil tangan Dyah sambil menggerakkan dagunya menunjukkan Tedi yg sedang berjalan di depan mereka. Cuek
wajah Tedi memang mirip bintang film yg sedang ngetop waktu itu, Rano Karno, tanpa tahi lalat di dagu tanpa menoleh berjalan didepan mereka
"Bajindul kamu Wi" Dyah tersenyum tipis
"Nah, gitu dong. Senyum mu adalah matahariku...addoww"
Dyah mencubit pinggang Dewi
  *******
Aku mengayuh sepeda ku secepat cepatnya sepulang sekolah menuju ke sekolah Ranti
Takut sampe nggak bisa ketemu Ranti karena pulang duluan sebelum ketemu
Aku sudah meminta ijin guru kelasku untuk pulang 15 menit lebih cepat
Jarak yang 5 kilometer dibawah terik matahari siang membuatku berkeringat dan nafasku ngos ngosan
Ada yang harus kusampaikan pada Ranti tentang jadwal latihan nari paguyuban yg sedikit berubah karena ada lelayu di kampungku.
Aku menunggu di bawah pohon persis di samping gerbang sekolah Ranti ketika bel tanda pulang berbunyi