Mohon tunggu...
Edhi Purwanto
Edhi Purwanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Dyah

9 Juli 2017   21:55 Diperbarui: 9 Juli 2017   22:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thefilosofi.blogspot.de

aku memalingkan wajahku dengan alis berkerut

"tolong mas pandangi mataku dan jangan berkata apa apa"  aku hendak berkata tapi kepala dyah menggeleng seolah berkata "jangan"

Kutatap mata dyah direlung yg paling dalam. Dyah memandangi ku dengan ekspresi yg tidak bisa ku tebak. Lama kami saling menatap. Wajah dyah tanpa ekspresi. Kulihat air mata dyah menetes di dalam diamnya

"dy, mas gak pernah menyatakan sayang atau cinta sama kamu. Dan mas gak akan pernah menyatakan itu padamu. Tapi tanpa terucap dibibir mas pun, kamu tau itu seperti mas tau apa yg ada dalam isi hatimu. Nggak perlu kita ungkap. Kita tau bahwa kita tidak bisa bersama..... tapi percayalah, kita akan selalu bersama dihati mas" aku berkata lirih sambil menghapus air mata dyah yg mulai menetes deras. Dyah masih menatapku tanpa berkata apa apa. Bibirnya bergetar mungkin menahan isak tangisnya...

"sekarang masuklah. Berikan senyummu yg paling manis" aku mencoba tersenyum. 

Dyah malah terisak. Tangisnya lepas. 

Aku  peluk dyah dan membiarkannya menangis di dadaku. Ku cium kening dyah lembut. Hangat airmata dyah bagai paku yg menusuk jantungku. Janji adalah janji. Dan aku tetap akan memegang janji itu

Lagu "Angin Malam" lantunan Broery Pesolima mengalun di radio...

"dy, ingatlah lagu ini jika kamu rindu mas"

Bersambung....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun