Hidup memang ujian, ujian itu tidak hanya diperuntukkan bagi siswa-siswi saja, ujian juga berlaku bagi semua orang, baik dia jadi masyarakat biasa, jadi pejabat ataupun jadi pengusaha.
Salah satu ujian bagi pengusaha adalah bagaimana dia memperlakukan pekerjanya, jika dia memperlakukan pekerjanya hanya untuk kepentingan keuntungan perusahaannya saja, misal, gonta-ganti pekerja agar biaya produksinya bisa ditekan semaksimal mungkin, maka pengusaha model ini dianggap tidak lulus.
Jika pengusaha demi kepentingan keuntungan perusahaannya dia menjilat kepada penguasa dan mengorbankan hak-hak pekerja, maka pengusaha model ini juga tidak lulus menghadapi ujian.
Jika pengusaha demi kepentingan keuntungan perusahaannya dia tidak mentaati aturan yang berlaku, lalu kemudian membayar mahal orang-orang yang pinter hukum dan tidak mau menggaji pekerjanya sesuai dengan upah minimum, atau sesuai dengan skala upah bagi yang sudah lama bekerja lebih dari satu tahun, maka pengusaha ini juga tidak lulus dalam ujian.
Pengusaha yang lulus ujian adalah pengusaha yang membangun sosial partnershif, dia menggerakkan seluruh sumber daya manusia yang ada, dirinya, direkturnya, menejemennya sampai ke pekerja produksinya menghasilkan sesuatu produk yang bermanfaat, dan hasilnya dinikmati bersama-sama, dirinya, staffnya, menejemennya hingga pekerjanya secara proporsional.
Tentu pembagian itu tidak bisa merata, pendapatan owner pasti lebih besar dari direktur, direktur tidak sama dengan menejemen, menejemen tidak sama dengan pekerja kasar, semua ini sudah diatur sebenarnya, melalui peraturan yang telah disepakati oleh pekerja, pengusaha yang dimediasi dan disyahkan oleh pemerintah. Dengan itu kita bisa memahami arti kebutuhan hidup layak (KHL), lalu kemudian ditetapkan menjadi Upah Minimum Propinsi.
Ada banyak dalil, baik dalil agama dari berbagai agama yang menganjurkan harmoni dalam kehidupan, saling berbagi, saling menolong, saling membantu agar kehidupan ini tidak saling memangsa, menerkam, menghisap keringat saudaranya.
Sukarno bilang, my nasionalis is humanisme, rasa nasionalisme kita adalah diukur dari rasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kita tidak boleh melakukan exploitasiong de lom parlom, exploitasi masnusia atas manusia.
Saat ini, para pengusaha dilevel regional, nasional dan internasional sudah mulai faham dengan sisial partnershif, bahwa makin memanusiakan pekerja, makin produktiflah pekerja itu, sesuai dengan cita-cita usahanya. itulah kriteria pengusaha yang lulus dalam ujian nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H