Mohon tunggu...
Petrus Purnama
Petrus Purnama Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang mau belajar 'mengetik' di keyboard... Dan Mau membaca ketikan orang lain. Pemerhati Social Entrepreneurship dan Internet Marketing, suka masalah Teknologi khususnya Internet.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Uniknya Yogyakarta: Masangin

6 Juni 2010   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:43 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_159680" align="alignleft" width="300" caption="tembi.org"][/caption] Yogyakarta kota yang masih mempertahankan tradisi budayanya. Banyak cerita mitos dan sejarah yang berbaur menjadikan cerita yang menarik untuk disimak. Kota yang masih tetap hidup walau malam menjelang sampai pagi menyapa hari. Bagi yang senang berjalan-jalan, ketika ke Yogyakarta, kunjungi juga Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta. Ada hal unik yang bisa dialami disana, suatu kegiatan yang terkadang diluar nalar manusia, tetapi sungguh terjadi. [caption id="attachment_159682" align="alignright" width="210" caption="beswandjarum.com"][/caption] Kegiatan disaat malam adalah , kegiatan "Masangin", Masuk diantara dua pohon Beringin. Memang di alun-alun selatan Keraton Yogyakarta, terdapat dua pohon beringin besar, jarak kedua pohon ini cukup lebar bekisar 5-6 meter. Tetapi aneh tapi nyata tidak semua orang bisa berjalan dengan mata tertutup dari pinggir lapangan / alun-alun, masuk diantara dua beringin tersebut. Hanya sedikit orang yang bisa dengan mudah berjalan lurus dan masuk diantara dua beringin tersebut. [caption id="attachment_159684" align="alignleft" width="175" caption="lintasberita.com"][/caption] Apabila kita bisa berjalan dan masuk diantara dua beringin tersebut, maka diyakini oleh masyarakat setempat, semua keinginan / permohonan kita bisa terkabulkan. Masangin bahkan pernah dijadikan suatu lomba untuk memeriahkan suatu kegiatan di kota Yogyakarta. Pada Alun-Alun Selatan terdapat juga Sosono Hinggil, yang pada saat tertentu digunakan sebagai pementasan wayang kulit. Kita bisa menikmati suasana malam disana selain mencoba masangin, kita bisa bersantai sambil menikmati beberapa jajanan tradisional dan minuman ronde. Setelah mencoba 'masangin', bila perut terasa lapar, tidak usah jauh-jauh, kita bisa menikmati makanan khas Yogyakarta, Gudeg. Hanya memutar sedikit ke daerah Wijilan, disepanjang jalan terdapat banyak warung gudeg, dan uniknya semua memakai kata-kata Asli. Gudeg asli ibu ini atau asli ibu itu, saya sendiri terkadang bingung mana yang benar-benar enak dan terkenal. Biasanya saya memakai cara memilih warung mana yang ramai, itu yang akan saya kunjungi. [caption id="attachment_159685" align="alignright" width="300" caption="kompas.com"][/caption] Bila sudah menikmati kuliner gudeg, kita bisa menuju Jalan Malioboro, sewa saja Andong untuk menuju kesana. Kita bisa menikmati suasana lain, sambil duduk terlonjak-lonjak diatas andong. Kusir andong akan menawarkan  kalau kita ingin membeli sekedar oleh-oleh khas Yogyakarta, semacam bapia, geplak dan berbagai panganan tradisional lain. Sampai di Malioboro, kita bisa belanja banyak beragam cendera mata, baik batik atau kerajinan tangan. Tips membeli di Malioboro adalah tawar semua barang yang akan dibeli, bisa dimulai dari setengah harga yang ditawarkan. Tawar menawar menjadi momen tersendiri, bila berbelanja di Malioboro. Produk terkenal selain kerajinan tangan adalah Kaos 'Dagadu'. Kaos dengan berbagai desain unik, baik hanya kata-kata unik maupun gambar unik. Kaos yang menjadi oleh-oleh khusus yang banyak dicari pengunjung kota Yogyakarta. Oh ya, ada pesan kalau berkunjung didaerah Malioboro dan ingin makan didaerah ini, tanyakan dahulu harga makanan yang akan dibeli, karena bisa-bisa kita terkejut dengan harga yang harus dibayar selesai makan. Kalau masih ingin berlanjut , kita bisa menikmati dan berfoto disekitar Tugu Yogya diwaktu malam. Sangat menawan dan tentunya menjadi kenangan tersendiri, karena Tugu Yogya menjadi maskot kota Yogyakarta. Monggo Mampir NgaYogyakarta Hadiningrat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun