Mohon tunggu...
Petrus Purnama
Petrus Purnama Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang mau belajar 'mengetik' di keyboard... Dan Mau membaca ketikan orang lain. Pemerhati Social Entrepreneurship dan Internet Marketing, suka masalah Teknologi khususnya Internet.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ngopi in The Morning: Life is Not End (Yet)

30 Juni 2010   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:12 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_179426" align="alignleft" width="300" caption="th01.deviantart.com"][/caption] Secangkir kopi menyegarkan tubuh dipagi hari, memberi semangat baru untuk mengarungi hari. Inspirasi hidup menggugah hati - menyegarkan jiwa. S’mangat Pagi.

Terlahir dari seorang ibu Filipina dan Ayah Amerika, Gadis Tucson, Arizona,USA, lahir tanpa mempunyai kedua tangan. Ayahnya tidak menunjukan kesedihan medalam melihat anaknya yang lahir cacat, hal tersebut yang menjadikan gadis ini menjadi tangguh.

Sangat sulit rasanya bagi seorang gadis kecil harus tumbuh dan berkembang dalam kecacatannya, tetapi gadis ini adalah gadis luar biasa , “Super Woman” sesungguhnya. Ketika dia kecil, dia sangat menikmati dan memperhatikan teman-temannya yang bermain ayunan, yang tidak bisa lakukan, akhirnya dengan imajinasinya dia bermain menirukan seorang superman yang sedang terbang, mengelilingi lapangan bermain. Suatu imajinasi yang menjadi kenyataan dikemudian hari.

Gadis ini tumbuh seperti halnya gadis kebanyakan,belajar berenang,menari balet, bahkan bela diri Tae Kwon Do dia geluti, dengan kehidupan yang seperti orang normal yang dilaluinya, membuat gadis ini bisa menyelesaikan study di bidang Psikologi, Universitas Arizona.

Kehidupan hariannya dilalui dengan mempergunakan kakinya yang berfungsi sebagai layaknya sebuah tangan untuk melakukan semua aktifitas, merias, memblow rambutnya, menulis dan mengetik di keyboard laptopnya.

[caption id="attachment_179429" align="alignright" width="300" caption="oddee.com"][/caption] Jessica Cox , nama gadis ini, sekarang menjadi pembicara internasional, bahkan dia adalah seorang pilot pesawat terbang wanita yang tidak memiliki tangan, suatu prestasi yang orang normal saja kadang sulit untuk melakukannya. I may not have arms but that does not determine who I am or who I can become,” Kata nya.

Jessica bisa mengendarai mobil yang sudah dimodifikasi bahkan sebuah pesawat terbang yang tentunya dengan modifikasi khusus. Kecintaannya pada sang ibu yang telah berbesar hati merawatnya, dia melakukan penerbangan solo di atas San Manuel, Arizona, saat Hari Ibu atau Mother Day. Jessica mengenakan kaos bertuliskan “Look Ma, No Hands”.

Saat kita mengalami suatu hal yang sepertinya merupakan akhir dari segalanya, apa yang akan kita lakukan? Merenungi nasib, meratapi nasib, atau mengambil jalan pintas untuk melakukan bunuh diri? Semua itu tidak dilakukan oleh seorang Jessica. Saya angkat jempol pada kedua orang tuanya, yang tidak merasa malu dan tetap memperlakukan Jessica menjadi anak mandiri. Bukan dengan mengasingkannya tetapi tetap mendorong menjadi seorang yang bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi diri dan orang lain.

Sungguh suatu kisah hidup yang mempesona bagi saya pribadi, yang terkadang tidak bersemangat ketika mengalami suatu masalah, padahal saya memiliki anggota tubuh yang sempurna tidak seperti Jessica. Ada hal yang kita bisa pelajari disini, seorang yang dengan pemikiran positif akan melahirkan suatu energy dan hasil yang positif pula.

Dimulai dari kedua orang tuanya yang tidak larut dalam kesedihan melihat anaknya yang cacat sejak lahir, demikian juga dengan pribadi Jessica yang menganggap, dia hanya tidak memiliki tanggan saja, dia masih memiliki hal lain yang bisa digunakan, bahkan kecacatan dirinya tidak akan bisa menghalagi apa yang dia ingin capai. Sesuatu pemikiran yang terkadang orang normal saja tidak memilikinya. Live is not End yet, Hidup bisa berguna ketika kita mau menggunakan kehidupan kita.

“Our deepest fear is not that we are inadequate; it is that we are powerful beyond measure.”~ Marianne Williamson

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun