[caption id="attachment_170807" align="alignleft" width="300" caption="3.bp.blogspot.com"][/caption] Tak habis rasanya untuk menceritakan keunikan kota dimana sekarang saya tinggal, yang menjadi "Home Town" saya yang kedua disamping kampung halaman saya. Sebelumnya suda ada tiga artikel tentang keunikan Yogyakarta yang sudah saya posting. Kali ini saya ingin mengulas oleh-oleh khas yang boleh dibawa ketika berkunjung ke kota Yogya. Panganan yang terbuat dari tepung dengan isi kumbu atau kacang hijau biasa disebut bapia/bakpia, pasti menjadi incaran para pelancong yang datang ke Yogyakarta. Bapia sudah mulai diperkenalkan tahun 1948 di Yogyakarta, adalah Ny Lim Bok Sing yang membawa resep paduan antara tong tupia dan pia pia ke daerah pathuk Yogya. Awalnya panganan yang asalnya dari negeri china ini tidak begitu disukai karena terbuat minyak hewani dan berisi daging (arti bakpia : roti berisi daging), kemudian dengan sedikit kreasi maka terciptalah bapia seperti yang dijual sekarang ini, dengan isi kumbu atau kacang hijau. [caption id="attachment_170808" align="alignright" width="220" caption="berita.liputan6.com"][/caption] Daerah Pathuk (Jalan AIP. KS Tubun, disebelah Jalan Malioboro) menjadi sentra produksi panganan ini, biasanya para pembuat memakai nomor rumah menjadi merk dari dagangannya, jadi ada bapia 75, bapia 25 dst. Isi bapia saat ini juga sudah bermacam-macam tidak cuma kacang hijau, seperti isi durian, coklat dan keju. Kalau kedaerah pathuk, untuk membeli bapia, jangan menggunakan jasa para makelar yang biasanya sudah mulai menawarkan diri ketika kita turun dari mobil, pilih langsung ke toko-toko yang ada disana sehingga bisa memilih bapia yang masih hangat dan dengan banyak macam pilihan rasanya. [caption id="attachment_170811" align="alignleft" width="160" caption="vtrediting.files.wordpress.com"][/caption] Panganan lain yang bisa menjadi pilihan adalah Tiwul Gunung Kidul, kalau mau yang asli ya harus berkunjung ke kota Wonosari, mampir saja apabila berkunjung ke daerah pantai selatan (Uniknya Yogyakarta: Pantai ‘Perawan’) . Tiwul biasanya dimakan dengan parutan kelapa, jadi manis gurih rasanya , hmm ngangenin apalagi kalau masih hangat. Sekarang sudah ada Tiwul instan yang diproduksi juga di Wonosari, cuma saya belum pernah mencoba untuk yang instan ini. Panganan Tiwul biasanya dijadikan makanan pengganti beras untuk beberapa masyarakat pegunungan kidul sehingga terkadang disebut nasi tiwul. [caption id="attachment_170813" align="alignright" width="205" caption="detikfood.com"][/caption] Sekarang kita ke daerah Bantul Yogyakarta, ada yang khas juga untuk dijadikan oleh-oleh, yaitu Geplak. Panganan yang terbuat dari parutan kelapa ditambah gula atau gula jawa. Panganan ini biasanya di buat berwarna-warni (merah , kuning, hijau - mirip lagu ). Dari bahannya sudah ditebak rasa dari panganan ini yaitu gurih dan manis. Rasa dari geplak sudah mempunyai beberapa rasa seperti coklat, vanili, duren, stroberi, dan durian, bukan sekedar rasa manis dari gula jawa. Kemasan dari geplak juga sudah berinovasi menjadi lebih mudah dibawa, kalau dulu hanya menggunakan besek atau anyaman bambu, sekarang sudah dikemas dari plastik mika dengan berbagai ukuran. [caption id="attachment_170822" align="alignleft" width="240" caption="2.bp.blogspot.com"][/caption] Bila anda mengunjungi ke daerah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, jangan lupa nikmati panganan yang terbuat dari ketan putih dan pulen. Beras ketan sebelum dibuat menjadi jadah, diredam selama 3 jam dalam air, kemudian di cuci dan dicampur dengan parutan kelapa, kemudian ditumbuk menjadi menyatu dengan kelapa. Campuran tersebut kemudian dikukus dengan dibentuk persegi panjang atau lonjong. Jadah biasa dimakan dengan tempe bacem, sehingga paduan manis legit dan gurih bisa menyatu, saya menyebutnya sebagai "Burger Jawa", karena dimakan seperti burger, satu tempe bacem ditengah dua jadah hmm enaaak.  Yang terkenal untuk panganan ini adalah Jadah Tempe Mbah Carik, seorang Carik(sekretaris desa) bernama Alm.Sastro Dinomo yang memulai usaha ini. Daerah Sleman juga terkenal dengan salak pondoh nya, jadi bisa sekalian dibeli untuk tambahan oleh-oleh, salak yang 'masir' dan besar-besar. [caption id="attachment_170831" align="alignright" width="140" caption="tembi.org"][/caption] Last but not Least, kita kunjungi daerah barat Yogyakarta, yaitu daerah Wates, Kulonprogo. Ada panganan unik yang tidak boleh dilewatkan yaitu Geblek Tempe Benguk. Paduan antara panganan yang terbuat dari bahan singkong "Geblek" dan "Tempe Benguk" yang terbuat dari koro /benguk. Pangan yang juga dijadikan penganti nasi bagi masyarakat desa setempat. Nikmat bila dimakan sambil meminum kopi kenthel (kental) dipagi hari, dengan rasa geblek yang gurih asin dan tempe benguk yang khas. Yummy. Wah, saya nulis sambil air liur mengalir . Pokoknya kalau berkunjung ke Yogya nikmati dan bawa pulang seluruh oleh-oleh diatas deh. Monggo Mampir NgaYogyakarta Hadiningrat. Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H