Mohon tunggu...
Petrus Purnama
Petrus Purnama Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang mau belajar 'mengetik' di keyboard... Dan Mau membaca ketikan orang lain. Pemerhati Social Entrepreneurship dan Internet Marketing, suka masalah Teknologi khususnya Internet.

Selanjutnya

Tutup

Money

Juragan Angkringan

21 Mei 2010   04:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146281" align="alignleft" width="210" caption="sayabackpacker.files.wordpress.com"][/caption] Bagi kompasianer yang pernah berkunjung atau tinggal di Yogyakarta, pasti mengenal "Angkringan", tempat makan dengan menu andalan yang disebut "nasi Kucing" , dikarenakan nasinya yang dibuat dalam porsi kecil, mirip kalau memberi makan seekor kucing. Tempat makan murah meriah, yang cocok bagi kantong mahasiswa, buruh kecil. Kompasianer yang kerap ke Yogyakarta, akan tahu Angkringan "ngetop" belakang Stasiun Tugu Yogyakarta. Tempat yang ramai dikunjungi ketika sore menjelang, sampai dini hari. Tetapi Angkringan juga sudah berubah menjadi tempat mangkal para pengendara mobil, dengan Laptop di tangan. Ya, Angkringan Wi-fi atau Hotspot, Angkringan dengan fasilitas untuk berinternet. Bahkan ada Angkringan dengan menu yang boleh dikatakan lebih mahal dibanding angkringan biasanya, tetapi tetap dengan ciri khasnya, nasi porsi kecil dengan pilihan lauk beraneka ragam. [caption id="attachment_146290" align="alignright" width="300" caption="default.tabloidnova.com"][/caption] Teman saya seorang Motivator Nasional Bapak Danang Avianto, bercerita, beliau mengenal seorang "Juragan Angkringan". Yang menarik ternyata : penjual angkringan yang banyak terdapat di Yogyakarta, tidak memiliki sendiri setiap gerobak angkringan yang dia pakai untuk berjualan, bahkan menu makanan dan minuman pun bukan dari mereka, alias mereka hanya sebagai "Tukang Jual" , tanpa modal, tetapi mereka mendapat keuntungan dari selisih makanan yang di jualnya, plus masih harus bayar gerobak angkringan yang digunakan , Rp.5000 per hari. Wah ternyata ada juga pengusaha yang bisa menghidupi banyak orang kecil lainnya, ini boleh dibilang sebagai "Social Entrepreneurship", walaupun belum sepenuhnya, sang juragan tetap mendapat keuntungan , dengan memberikan penghidupan bagi mereka yang mau berjualan. Konsep Social Entrepreneurship tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita, konsep ini juga mulai dikembangkan di negara lain seperti Amerika Serikat. Coba buka situs resmi http://socialentrepreneurship.change.org/about , disana banyak terdapat berbagai kegiatan mengernai social entrepreneurship yang dilakukan masyarakat Amerika , yang juga berjuang mengurangi angka penganggurannya. Banyak ide-ide yang mungkin bisa diterapkan dan tentunya harus diaplikasikan dengan kondisi kita di Indonesia. [caption id="attachment_146294" align="alignleft" width="300" caption="sumber : nobelprize.org"][/caption] Kompasianer mengenal Muhammad Yunus ?, seorang social entrepreneur dari bangladesh, beliau terkenal dengan program micro kreditnya bagi para perempuan bangladesh, Grameen Bank.(http://muhammadyunus.org/) Seorang penerima Nobel dan pencetus istilah Social Business. Social businessis a cause-driven business.  In a social business, the investors/owners can gradually recoup the money invested, but cannot take any dividend beyond that point.  Purpose of the investment is purely to achieve one or more social objectives through the operation of the company, no personal gain is desired by the investors.  The company must cover all costs and make profit, at the same time achieve the social objective, such as, healthcare for the poor, housing for the poor, financial services for the poor, nutrition for malnourished children, providing safe drinking water, introducing renewable energy, etc. in a business way. Konsep yang bisa di terapkan di Indonesia, untuk memerangi masalah kemiskinan yang masih menjadi masalah terbesar bangsa ini. Saya rasa negara ini memiliki kemampuan yang luar biasa baik dari sumber alam dan daya manusianya, asalkan dapa diberi informasi, stimulan yang benar, pembinaan yang cukup, maka bisa melawan kemiskinan yang ada. Paling Tidak, bisa lah menjadi seperti "Juragan Angkringan" yang bisa memberikan lapangan pekerjaan sederhana bagi banyak orang. Memperdayakan lingkungan sekitar yang membutuhkan dengan memanfaatkan peluang yanga ada. -Be Smart Entrepreneurship-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun