Mohon tunggu...
Petrus Purnama
Petrus Purnama Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang mau belajar 'mengetik' di keyboard... Dan Mau membaca ketikan orang lain. Pemerhati Social Entrepreneurship dan Internet Marketing, suka masalah Teknologi khususnya Internet.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dari Kotoran Menjadi Kotoran Berguna

11 Mei 2010   08:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:16 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_138511" align="alignleft" width="210" caption="sumber : dreamindonesia.wordpress.com"][/caption] Tidak heran kalau beberapa sungai di Indonesia terutama yang melewati kota besar seperti Jakarta misalnya, mengalami pencemaran yang sangat parah. Sungai Citarum yang melewati Jakarta salah satu dari sungai yang sangat tercemar, bahkan pencemaran tersebut sudah terjadi di hulu Sungai Citarum sendiri. Di hulu Sungai Citarum sudah tercemar dengan pembuangan limbah kotoran sapi yang langsung di gelontorkan masuk ke sungai. Menurut LSM setempat, besarnya kotoran sapi yang dibuang ke sungai sekitar 100 ton per hari, hanya berdasarkan hitungan di dua desa di hulu sungai yaitu Desa Cibeureum dan Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Belum lagi saat memasuki kota Jakarta , pencemaran ditambah dari limbah 500 an pabrik sepanjang sungai  dan sampah domestik masyarakat sekitar sungai. Jadi tidak heran sungai ini masuk kategori 10 sungai tercemar di dunia. [caption id="attachment_138517" align="alignright" width="300" caption="Sumber : indonesianic.files.wordpress.com"][/caption] Kotoran sapi yang menjadi salah satu polutan di hulu sungai sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi produk yang berguna daripada hanya digelontorkan masuk ke sungai. Memang menurut masyarakat setempat , sudah ada upaya menggunakan kotoran sapi untuk biogas, hanya saja masih belum maksimal. Tidak maksimalnya penggunakan kotoran sapi sebagai biogas terjadi kemungkinan dari pembuatan reaktor biogas yang masih sederhana menggunakan reaktor dari bahan kantong plastik, sehingga hasil gas tidak maksimal, memang untuk pembuatan reaktor yang baik, memerlukan investasi yang mahal, diperlukan peran pemerintah dah swasta untuk dapat mengembangkan biogas yang efisien dan murah tentunya. Selain biogas, kotoran sapi sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos yang dapat menjadi pengangi pupuk kimia yang semakin mahal harganya. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan kotoran sapi menjadi bahan baku dari pupuk Kascing (Bekas Cacing) [caption id="attachment_138516" align="alignleft" width="210" caption="Sumber : tjimpolo.blogg.com"][/caption] Kascing (vermicompost) adalah pupuk yang dihasilkan dari kotoran cacing (sehingga di sebut Kascing / bekas cacing) , pupuk ini bisa di olah dari bahan baku kotoran ternak seperti sapi dan di tambah beberapa sampah organik. Bahan-bahan inilah yang akan menjadi makanan dari cacing tersebut dan akhirnya akan menghasilkan kotoran cacing yang diambil sebagai pupuk tersebut. Kascing juga dikembangkan oleh salah satu Tokoh di daerah Kaliurang, Yogyakarta. Adalah Romo Fransiskus Xaverius Tan Soe Ie SJ (77) atau yang dikenal dengan Romo Tan, bertempat tinggal di Desa Ponggol, Hargobinangun, Pakem 21 kilometer utara Kota Yogyakarta, biarawan Jesuit itu sehari-hari bergelut dengan cacing. Dibantu tujuh pegawai, dalam satu minggu beliau memproduksi 15-20 ton pupuk kascing yang dikemas dalam karung besar berisi 20 kilogram dengan harga Rp 13.000 per karung atau kemasan kecil berisi tiga kilogram. Padahal pada pameran produk pertanian pupuk kascing ini biasanya dijual Rp. 20.000 / 20 kg nya. [caption id="attachment_138519" align="alignright" width="210" caption="sumber : pastorpedulipetani.blogspot.com"][/caption] Dengan kesederhanaannya Romo Tan mencoba menggiatkan usaha pupuk kascing ini di daerah tempat tinggalnya, dan tidak henti-hentinya juga menganjurkan para petani di wilayahnya untuk merubah pemberian pupuk kimia dengan pupuk organik ini. Usaha ini berawal dari keinginan meningkatkan kesejahteraan petani kecil, dikarenakan Perhatian pemerintah ke petani kecil hampir tidak ada. Produk yang mereka hasilkan dibabat oleh produk luar yang didatangkan pemerintah.” Pupuk kascing ini ternyata bisa di ekspor ke beberapa negara yang menggiatkan produk pertanian organik seperti Jepang dan beberapa negara lainnya. Apabila kompasianer tertarik untuk membuka usaha dibidang ini , bisa di pelajari pada link ini :  http://www.litbang.deptan.go.id/artikel.php/one/231/pdf/Kompos%20Cacing%20Tanah%20(CASTING).pdf http://www.scribd.com/doc/18758920/Kascing Go Green - Be Smart Entreprenuer -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun