Wayang rai wong dalam tataran semiotika seni seolah-olah merupakan pola dan jenis estetika yang ditangkap Enthus untuk mengajak masyarakat belajar pada dirinya sendiri. Enthus seakan-akan meyakini bahwa salah satu strategi pendidikan sosial masyarakat yang paling baik adalah dengan membawa masyarakat pada suatu keadaan dimana ia bisa melakukan katarsis dan internalisasi nilai tanpa merasa disalahkan atau digurui.
Kini, sang pendidik masyarakat itu telah tiada. Sebagaimana pepatah : gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Enthus Susmono sebagai seorang seniman tentu tetap tak sempurna, tapi setidaknya ia telah menunaikan baktinya sebagai manusia dengan kesungguhannya memberikan manfaat hidupnya bagi manusia.Â
Selamat jalan Enthus Susmono. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H