Mohon tunggu...
Lardianto Budhi
Lardianto Budhi Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu Membahagiakan

Guru yang suka menulis,buat film,dan bermain gamelan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosof yang Tidak Mencintai Kebijaksanaan Itu Fiksi atau Fiktif?

12 April 2018   17:06 Diperbarui: 12 April 2018   17:53 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
makassar.tribunnews.com

Pendapatnya tentang kesalahan pemaknaan terhadap kata fiktif sah-sah saja tapi jika bersamaan dengan itu ia menyalahkan fihak lain yang tidak sependapat dengannya, tentu itu tidak bisa dibenarkan. Sebagai seorang akademisi seharusnya ia tidak hanya mengedepankan esensi pengetahuan namun harus pula mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat agar tidak menimbulkan potensi kerawanan sosial.

Apalagi ia berkapasitas sebagai seorang ilmuwan filsafat yang pertimbangan utama dalam setiap yang dikerjakan dan ditekuninya adalah proses pencarian kebijaksanaan. Kitab suci yang ia sebut sebagai hal yang fiktif bagaimanapun telah menimbulkan dampak sosial dimasyarakat. Gerung tidak boleh jumawa seraya berdiri pada landasan ilmu filsafat yang ia pijak tanpa menoleh kenyataan dalam masyarakat yang memperlihatkan adanya pemeluk agama dengan karakteristik pemahaman agama yang beragam.

Meskipun ia berkilah tidak menyebut secara jelas kitab agama apa yang dimaksut, justru pernyataannya itu bisa dimaknai berlaku bagi kitab semua agama. Atau apakah memang ia bermaksud untuk menganggap kitab suci semua agama adalah hal yang fiktif berdasarkan lojik yang dimilikinya ?. Kalau ia menyebut kitab suci sebagai hal fiktif karena berkaitan dengan kejadian yang sifatnya eskatologis atau masa depan, berarti argumen yang ia kembangkan belum didasari oleh pencermatan mendalam terhadap kitab suci sebab sebagai contoh Al-Quran kitab suci umat Islam tidak hanya berisi mengenai keadaan hari depan (akhir jaman) namun memuat pula tentang peristiwa nyata pada masa lalu dan banyak hal yang kontekstual dengan masa kini.

Saya tidak mempelajari secara mendalam kitab-kitab agama lain selain agama Islam sehingga saya tidak tahu apa isinya, tapi saya yakin kitab-kitab suci yang diimani oleh masing-masing pemeluknya itu tidak hanya berisi tentang hari kiamat atau eskatologis seperti yang dikatakan Gerung.

Oleh sebab itu, menurut saya sebaiknya Rocky Gerung segera berkomunikasi secara luas dengan masyarakat untuk mengklarifikasi persoalan ini agar tidak meluas dan menimbulkan kekacauan. Gerung tidak boleh malu untuk berendah hati mengakui telah membuat kesalahan atau ketidaktepatan pemakaian kalimat dalam penyataannya mengenai kitab suci apabila hal itu memang diperlukan demi menjaga stabilitas sosial masyarakat. 

Apalagi ia seorang pengajar, akademisi yang juga mempunyai  tanggungjawab memberi teladan kepada masyarakat tentang pentingnya kerendahan hati. Hal ini lebih penting daripada ia terus menerus berargumen atau terlebih lagi membangun konflik hanya untuk membela gengsinya sebagai ilmuwan filsafat. Sekaligus ini akan menjadi bukti bahwa filsafat adalah ilmu tentang kecintaan kepada kebijaksanaan. Apa iya, ada filosof yang tidak mencintai kebijaksanaan ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun