Mohon tunggu...
Lardianto Budhi
Lardianto Budhi Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu Membahagiakan

Guru yang suka menulis,buat film,dan bermain gamelan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengintip Masa Depan Indonesia via Ghost Fleet

3 April 2018   01:02 Diperbarui: 3 April 2018   01:09 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: jactionary.com)

Novel Armada Hantu yang dalam versi asli bahasa Inggris berjudul Ghost Fleet menjadi perbincangan menarik di masyarakat, terutama dalam diskursus politik mutakhir tanah air. Karya sastra fiksi yang ditulis oleh Peter Warren Singer dan August Cole dan diterbitkan tahun 2015 ini menyajikan suatu cerita tentang perang Dunia III antara dua kekuatan utama, yakni Amerika Serikat disatu fihak dan koalisi Tiongkok-Rusia difihak lain.

PW Singer penulisnya, berlatar belakang seorang ahli intelejen keamanan dan revolusi digital serta pakar dalam isu-isu tentang pertahanan lulusan Harvard University.

Merunut dari beberapa berita, P.W. Singer bekerja untuk dinas pertahanan Amerika Serikat sekaligus penasehat untuk Angkatan Darat negara Paman Sam. Oleh majalah Foreig Policy, sebuah majalah yang berkonsentrasi pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat, P.W. Singer bahkan disebut sebagai salah satu dari 100 pemikir Global Teratas didunia. Sebagai seorang ilmuwan ia bekerja untuk komando pendidikan dan latihan Angkatan Darat Amerika Serikat.  

Ghost Fleet mendadak menjadi perbincangan heboh di Indonesia tidak lama setelah potongan rekaman pidato Prabowo Subianto yang menyebutkan adanya kemungkinan bubarnya Indonesia pada tahun 2030. Tak pelak rekaman video ketua umum Partai Gerindra itu memicu pro dan kontra diberbagai kalangan mulai pemerhati sosial dan politik, pemimpin organisasi kemasyarakatan, fihak pemerintah, akademisi dan tentu saja para politisi.

Belakangan diketahui bahwa pernyataan Prabowo tentang bubarnya Indonesia itu berdasarkan pada informasi yang diperolehnya dari novel Ghost Fleet. Fihak yang pro dengan apa yang disampaikan Prabowo berpendapat bahwa hal tersebut bisa menjadi warning bagi bangsa dan Pemerintah Indonesia akan adanya suatu skenario global yang akan merubah secara frontal dan radikal landscape geopolitik dunia dalam 10 hingga 20 tahun kedepan.

Sementara oleh fihak yang kontra apa yang disampaikan Prabowo tersebut dinilai sebagai sikap pesimis yang tidak produktif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelompok ini ,menilai bahwa sebagai tokoh politik Prabowo tidak selayaknya mengambil kesimpulan berdasarkan data yang bersumber dari sebuah novel yang notabene sebuah karya sastra -yang dianggap- fiksi. 

Dalam novel itu digambarkan kawasan Indonesia sebagai salah satu setting terjadinya perang antara Tiongkok-Rusia dengan Amerika Serikat yang tidak lagi berujud Negara karena telah hancur oleh apa yang ditulis dalam novel itu sebagai Perang Timor.

Negara Bubar Mungkinkah ?

Salah satu kekuatan karya seni dan sastra adalah kemampuannya menyampaikan suatu pesan dalam tata ungkap yang multitafsir dan mengandung ambiguitas. Sastra dan seni membuat apa yang tampak jelas menjadi samar dan sebaliknya, mengungkap yang oleh publik terlihat samar menjadi lebih nyata dan terang benderang.

Hal ini disebabkan karena penggunaan bahasa maupun media ungkap artistik dan estetis lain dengan berbagai kekayaan khasanah kesusastraannya hingga membuat pesan-pesan dalam suatu karya seni dan sastra tersampaikan melalui metafora dan simbolik atau dalam khasanah Jawa disebut dengan werdi kang sinandhi. 

Banyak pengarang dan seniman memilih menggunakan medium seni dan sastra sebagai medan perjuangan untuk menghindari resiko politik, hukum dan stabilitas sosial yang dipandang akan muncul akibat dari karyanya. Kebudayaan Nusantara memiliki banyak referensi mengenai hal ini.

Sebagai misal pertunjukan Reog Ponorogo yang oleh beberapa kalangan dianggap merepresentasikan suatu pertunjukan rakyat yang dipakai untuk mengabarkan suatu ironi tentang lemahnya kepemimpinan kerajaan karena pengaruh seorang perempuan. Kepala harimau yang memanggul merak menyimbolkan seorang raja yang berada dibawah kangkangan seorang perempuan.

Novel Arok Dedes nya Pramudya Ananta Toer memotret keadaan dan intrik perebutan kekuasaan politik riil dengan mengambil analogi keadaan jaman dahulu kala. Teater Panembahan Reso yang naskahnya ditulis WS Rendra atau Teatrikalisasi Puisi Lautan Jilbab karya Emha Ainun Nadjib adalah sedikit contoh dari karya sastra yang berkendak menyampaikan suatu pesan yang dinilai rawan dalam kaitannya dengan stabilitas kekuasaan.

Dengan demikian karya kastra meskipun dianggap fiktif tidak bisa serta merta kita anggap sebagai sebuah karya yang tidak ilmiah sehingga tidak pantas kita jadikan sebagai salah satu rujukan untuk memperoleh pengetahuan. Lahirnya sebuah karya sastra dan seni tidak semuanya berawal dari imajinasi penulis yang antah-berantah.

Banyak pengarang menulis didasari oleh sebuah riset dan kajian lintas disiplin ilmu sehingga nilai dan pesan karya sastra yang dihasilkannya secara substantif disebut fiktif atau terlebih lagi dongeng. Karya sastra sampai pada tingkat tertentu bisa diterima sebagai tanda-tanda jaman bagi masyarakat.

Oleh karena itu, berkaca dari beberapa hal ini memahami novel Ghost Fleet selayaknya kita sikapi secara obyektif dan tidak berlebihan. Sikap phobia yang berlebihan atau sikap terlalu meremehkan muatan pesan Ghost Fleet merupakan pilihan yang tidak proporsional, apalagi novel itu ditulis oleh seorang pengarang yang berlatar belakang intelejen dan ahli dalam bidang pertahanan.

Selain itu, idomatik negara bubar bukan pula suatu hal yang tidak mungkin. Majapahit, Sriwijaya dan Mataram merupakan potret institusi kekuasaan masa lalu yang demikian kokoh namun toh akhirnya tumbang. Begitu pula yang terjadi pada Romawi dan kekaisaran Mongol yang pernah mengalami puncak keemasan dalam sejarah masa lalu akhirnya tinggal sejarah.

Dalam cara pandang kebudayaan, negara dan kekuasaan sebagai entitas politik tidak mungkin akan abadi. Hal ini tidak hanya berlaku bagi Indonesia tapi bisa juga berlaku pada Amerika, Rusia, Jerman, Tiongkok, Perancis dan Negara-negara besar dan kuat lainnya. Kekuasaan politik manapun oleh karena itu sangat tidak steril dari ancaman tergilas oleh perubahan jaman. 

Tapi yang lebih menakutkan dan membuat kita khawatir adalah bila kita bubar sebagai bangsa. Dan itu hanya akan terjadi bila kita makin menjauhi kebudayaan dan kebijaksaan lokal yang ditinggalkan nenek moyang dan para pendahulu bangsa kita yang terekam -salah satunya- pada karya-karya sastra yang mereka wariskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun