Mohon tunggu...
naff putra
naff putra Mohon Tunggu... -

pengamat pasar properti,enterpreneur,marketing internet, menyukai dunia informasi berkeyakinan bahwa kekayaan akan membaca dapat membuat kita kaya ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konyolnya Juru Tagih Kartu Kredit Perbankan di Indonesia

26 April 2010   10:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:34 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang lelaki muda dan wanita menghampiri seorang sahabat begitu keluar dari salah satu kasir mall dengan ramah dan tutur kata simpatik sang lelaki dan wanita yang mengaku dari salah satu bank besar di tanah air menawarkan kartu kredit dan dengan sedikit memelas dan memaksa disertai kata - kata aduhai yang membuat sahabat saya tertarik untuk mengisi aplikasi dengan supercepat dan memberikan fotocop KTP nya, akhirnya  disetujui kartu kredit tersebut dan digunakan selama hampir 7 tahun tanpa cacat dengan pembayaran yang baik, alkisah daya kemampuan seseorang memiliki keterbatasan secara ekonomi , suatu ketika sahabat saya mengalami hari naas dimana dana dan pekerjaan hilang ,timbullah persoalan untuk membayar sisa pinjaman kartu tersebut, namun dengan segala keterbatasan dan dengan segala niat baik sahabat saya berangkat menuju ke kantor bank tersebut di pusat kota jakarta untuk mengajukan keringanan  , menaiki gedung tinggi dengan fasilitas baik mencoba bertemu bagian yang khusus melayani urusan hutang alias tukang tagih bank tersebut, apa dinyata bank yang besar yang setiap seminggu sekali memberikan berbagai hadiah yang memiliki jaringan terbesar di indonesia ternyata hanya memiliki tempat yang tidak layak untuk melayani nasabah dengan kondisi keterbatasan alias berhutang, berbeda jauh dengan pelayanan yang super maksimal yang sering kita lihat disini terlihat sekali bedannya orang berhutang dengan orang menyimpan meskipun status sama  yaitu sama- sama nasabah yang tentunnya pernah turut memberikan peran membesarkan bank tersebut yang lebih sangat saya tertegun adalah dimana tidak ada solusi ataupun sesuatu yamg bisa di diskusikan kecuali bayar sekaligus dengan discount cuma 10 persen walah bayar sedikit aja lagi sulit kok disuruh bayar gede, dapat dibayangkan orang sedang kesulitan tidak diberi opsih apapun walahhhhh..........gak jauh dari rentenir pantesan pada kabur dateng saja seperti ini, apa lagi tidak datang jadi kesimpulan awal kalau orang kabur gak bayar wajarlah, mungkin mereka pikir nanti saja kalau ada uang dia akan bayar daripada gak jelas gini

Mengingat bahwa situasi memang seperti ini maka dengan sangat terpaksa memang tidak bisa diikuti saat itu kembali ke rumah dengan tangan kosong tidak ada solusi bebrapa hari kemudian mulailah bermunculan  para juru tagih ke rumah sahabatku tersebut, meski sudah dijelaskan akan dibayarkan tetapi tekanan dan ketidak profesionalisme muncul dari mulai datang dengan pakaian kaya preman kaos , kaca mata hitam celana dekil bak intel gadungan , muka sok galak, kalimat yang bernada menekan dan ini jauh dari tampang keren yang semestinnya terus dijaga oleh otoritas bank tersebut.

Menginggat sahabat saya berniat baik maka berusaha tetap menjalin komunikasi dan tetap membayar sesuai kemampuan , namun apa dikata tekanan, disertai gaya preman dan gaya seperti yang punya bank dan mimiliki otoritas tinggi di bank tersebut, padahal saya tahu mereka itu orang bayaran saja .......dan kondisi ini  telah membuat sahabat saya tertekan sangat tertekan ......hemmm bank tersebut lupa ya sudah menerima bunga sekian lama kurang lebih 7 tahun  hanya karena kondisi ketidak mampuan akan tetapi tetap akan membayar dengan kemampuan yang ada  kok sulit seakan akan kata manis dan janji manis hanya bualan........senang bersama sakit masing masing mungkin gitu bahasannya...luar biasa begitu bobroknya pelayanan perbankan di Indonesia, yang mungkin paling sangat menjijikkan adalah tekanan gaya premanisme yang dilegalkan artinya kenapa sih harus menggunakan para preman berkedok juru tagih yang tidak  sekolah yang tidak memahami bahasa dan memiliki ilmu negosiasi??.... kenapa musti menggunakan pakaian yang berkesan angker ?? tidak rapih seperti customer servis di depan  atau teller yang terima uang padahal sama- sama nasabah  ..dan kenapa bank hanya memikirkan uang masuk tanpa melihat niat baik...padahal kita sama- sama tahu begitu banyak uang bangsa ini yang terambil cuma - cuma oleh para nasabah jahat alias koruptor dan ternyata bank tidak mampu mengejar....kasian banget ya.


  • Satu yang dapat saya simpulkan dari kondisi sahabat saya tersebut, kalau anda tidak memiliki kartu kredit sebaiknnya tidak usah memiliki! atau gunakan hanya untuk kepentingan emergency,
  • yang kedua kalau anda memiliki masalah ketidak mampuan bayar, anda bisa datang ke bagian yang menangani tapi jangan kaget tempatnya jauh dari istimewa bahkan sekedarnya (maklum berhutang) jangan percaya dengan trik mereka karena mereka bekerja berdasarkan target jadi keinginan para petugas tersebut adalah keinginan berdasarkan target bukan solusi yang didapat dari hasil pembicaraan hemm.... mereka dapat komisi lho kalau target tercapai dan lagi jahatnya karena kejar target dan komisi sisi mencari solusi hilang,

  • ketiga kalau mereka menekan melalui telp  mereka tidak pernah gunakan nama asli jadi kalau memarahi dan mengancam mereka bukan pemberani coba saja anda datang cari gak akan ada mereka menggunakan nama palsu atau nama udara, abaikan saja hanya bikin parno anda,
  • keempat kalau anda menemukan petugas colection yang menggunakan hati bicaralah tentang  kesulitan anda, tapi kalau ketemu petugas yang menggunakan otot lupakan saja  tidak berguna berdebat hanya menghabiskan energi saja.
  • kelima jangan menjanjikan apapun , jangan menanda tangani apapun kalau memang kita belum mampu,
  • keenam kalau sudah kelewatan yaa kabur saja gak usah dibayar nanti kalau ada uang baru bayar karena hutang tetap hutang kita harus tetap  yang pasti untuk apa anda melayani para preman yang pasti anda tidak berhutang keorang tapi ke lembagannya jadi jangan biarkan, karena untuk memenuhi target individu pegawai bank yang konyol anda harus dimaki- maki.
  • ketujuh wahai para boss bank dan pejabat  BI atau YLKI sudah saatnya menghentikan cara - cara premanisme didalam melakukan penagihan kartu kredit saya yakin kalau para pengguna yang macet di berikan kesempatan maka mereka akan bayar dengan kemampuannya, memang tidak semua ada yang niat jelek nahhhhh yang punya niat buruk baru deh tu bank keluarin pasukan preman yang menjadi detasement penagih kartu .


cerita diatas hanya untuk menggugah kita semua tentang bahaya kartu kredit berdasarkan pengalaman sahabat saya yang saya saksikan sendiri dan juga untuk menggugah para pemilik bank ataupun YLKI tentang buruknnya pelayanan pada saat seorang konsumen mengalami kesulitan serta dihentikannya mafia preman didalam melakukan penagihan kartu dengan cara - cara preman,. dan saya ingatkan bunga bank kartu itu dahsyat lebih dari rentenir, coba anda hitung dan kaji pasti akan terbelalak mata anda.

Sudah saatnya para bank menggunakan cara-cara yang manusiawi didalam melakukan penagihan kartu kredit ataupun apapun, dan jangan biarkan tenaga lapangan anda menjadi bumerang untuk kebesaran bank anda sendiri dan sudah selayaklah menempatan nasabah sama .

Buat para sahabat sekalian tetap semangat disaat kesulitan karena pasti ada jalan kelapangan jadikanlah pelajaran berharga untuk kedepannya buat para mafia preman penagih kartu kredit sadarlah bahwa pekerjaan itu menjadi baik kalau menggunakan cara yang baik dan kotor kalau menggunakan cara kotor sebaiknya anda fikirkan kembali tentang pekerjaan yang lebih baik.

iw/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun