Seperti mungkin sudah banyak diketahui khalayak semua pengguna speedy telkom, bahwa telah diberlakukan content-filtering akses INFORMASI melalui jaringan internet, terutama pemblokiran situs-situs tertentu oleh penyedia layanan dalam hal ini speedy-telkom.
KONTEN PORNOGRAFI
Anda tentunya menduga yang di blok adalah website yang mengandung konten pornografi.
Tentu saja ! Negara kita mengatur bagaimana kita menilik gambar ataupun video yang berisikan konten pornografi, dan tentu saja dengan sedikit pengetahuan mengenai internet ada berbagai macam cara melakukan 'by-pass' konten filtering tersebut.
Banyak khalayak setuju, banyak yang menggerutu (dengan diam diam).
Just admit it, siapa sih yang tidak pernah sengaja maupun tidak sengaja mengakses konten pornografi internet tersebut?
Lalu konten pornografi tersebut disalahkan atas apa?
Apakah disalahakan atas maraknya peningkatan aksi kekerasan seksual (dalam hal ini adalah pemerkosaan) ? Lalu siapakah yang akan disalahkan oleh meningkatnya aksi kekerasan dalam rumah tangga?
Tentunya konten pornografi ini juga pasti bersalah atas banyaknya praktek aborsi di kalangan warga negara kita.
Menyoal wacana - wacana penjatuhan hukuman tanpa pengadilan atas konten informasi internet diatas, lalu bagaimana dengan konten video yang diedarkan melalui handphone? ataukan kita tutup saja semua akses berbagi informasi, kendalikan saja sepenuhnya lewat media terbatas seperti TV, surat kabar, radio, pendidikan, atus saja sekalian semua arus informasi, dan larang handphone dengan fitur bluetooth atau MMS di Indonesia ini.
Apakah juga dokter yang melakukan aborsi juga melakukannya atas dasar konten pornografi internet tersebut?
Kondisi konten internet kita dalam hal ini seperti sebuah masyarakat yang munafik. Seperti memasang teralis pada jendela internet kita tanpa menutup kordennya, kisi-kisi nya masih menampakkan apa yang berusaha ditutupi.
Lalu seberapa kuat dan seberapa mampu akses tersebut diawasi, setiap hari konten pornografi internet bermunculan, ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan file diunggah ke ranah maya ini.
Apakah sudah filtering konten ini memblokir akses ke pornografi anak ??
Hal ini lebih penting dilakukan daripada melakukan blokir film film dewasa dan konten dewasa secara universal. Konten filtering pornografi anak lebih melindungi masa depan bangsa kita. Bukankah sebaiknya kurangi membuang waktu melakukan konten filtering 'film-film dewasa' dan lebih melakukan konten filtering 'film anak-anak'?
Individu dewasa sudah dibatasi oleh hukum yang mempunyai ancaman dan berkekuatan memaksa warga negara nya untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap isi undang undang, yang mana disebut sebagai kriminalitas.  Adultery/zina, Aborsi, perilaku sex bebas sudah diatur dalam sistem perundangan kita, tentunya seseorang belum bersalah sebelum diadili, dan belum bisa diadili sebelum melakukannya.
Kontrol lingkungan, keluarga, sekolah adalah  lebih penting daripada kontrol konten internet. Dengan kebijaksanaan dan kedewasaan berkomunikasi  dapat lebih mencegah daripada konten filtering pornografi internet ini saja.
Bukannya globalisasi informasi dan kemudahan akses informasi membentuk perubahan budaya di dalam masyarakat kita? Bukannya kita sekarang lebih mengagumi budaya kebarat-baratan yang lebih mengutamakan hedonisme dan individualisme?
Lalu dimana para  guru kita (yang bukan lagi oemar bakrie seperti di lagu iwan fals - tapi tak ada lagi sepeda kumbang, tak ada lagi gaji pas-pas an)? Mereka seharusnya dapat mengajarkan dan mendidik akal dan budi pekerti anak anak bangsa ini, tidak hanya membuat anak mencapai nilai tertinggi, ratio kelulusan tertinggi sehingga dana BOS juga semakin tinggi buat mereka yang mungkin berarti para guru yang terhormat bisa plesir studi banding ke luar negeri  setiap kali tahun ajaran baru dengan dana  yang berubah nama menjadi sumbangan pendidikan alias uang gedung alias tidak ada namanya sekolah gratis itu ???!!!
Lalu dimana kebersamaan komunitas untuk saling membantu? Mereka semua tentunya sibuk dengan dirinya masing masing, bukan keluarganya, dan akhirnya bukannya peduli pada  lingkungan dan masyarakatnya.
Dimanakah para orangtua ketika anak anak yang haus bimbingan akan hidup memberikan pertanyaannya dan berdiskusi pembelajaran untuk mengambil keputusan hidupnya? Apakah mereka terlalu sibuk bekerja untuk materialisme yang tiada ada batasnya?
KONTEN INFORMASI
Internet, sebuah jaringan perpustakaan yang maha luas, semua gratis, dan portabel. Anda bisa belajar apa saja dari susunan peralihan data data angka binary 1 dan 0 yang masuk ke browser internet anda.
Konon, ada yang belajar membuat senjata dan segala macam informasi anarkisme via internet.
Bisakah anda berenang dengan belajar berenang dari membaca di internet? Pastinya anda mati tenggelam! Selalu harus ada air sebagai elemen essential berenang, pelatih/pembimbing berenang, latihan serta kemauan untuk MAU menggerakan otot dan sinkronisasi otak anda sehingga setelah latihan demi latihan menjadi gerakan reflek untuk berenang di otak terekam, sama halnya seperti belajar sepeda.
Bisakah anda menjadi pilot pesawat komersil dengan belajar dari internet dan video game saja? Niscaya pada job assignment pertama anda membawa pesawat komersil anda akan membunuh semua penumpang, dan bila anda beruntung anda sebagai pilotnya akan hidup untuk menghadiri persidangan anda.
Koruptor pun tidak akan niscaya bisa korupsi kalau hanya belajar dari internet mengenai cara menilep uang milik negara, atau menilep WAKTU KERJA milik negara. Lihat saja berapa banyak pegawai negeri di instansi administrasi negara yang menilep waktu kerja untuk: menjemput anak sekolah, makan siang yang berlarut larut, atau kerja lembur yang tidak produktif.
Tapi, bisakah seorang pelajar internet menemukan teori yang serupa dengan kedahsyatan Einstein di masa ini dengan banyak membaca dan belajar saja? Tentu bisa.
Einstein pun tidak pernah membuat 'black-hole' nya sendiri pun melakukan pembuktian time travel theorynya. Terbukti sebagai manusia dia juga mati pada akhirnya sebagai kegagalan melakukan implementasi teori mesin waktunya.
Ibarat pisau bermata dua, informasi dan pengetahuan akan sangat berkuasa bergantung siapa dan untuk apa informasi itu di gunakan.
Disini, sayangnya, perbedaan  pendapat dan asumsi mengenai sebuah doktrin/pernyataan/berita yang dipublikasikan di ranah internet belum bisa disikapi secara dewasa sepenuhnya dan belum berhasil dipilah oleh  semua individu penerima pengetahuan tersebut secara dewasa dan digunakan untuk kebaikan, alih-alih  digunakan untuk kepentingan serta keuntungan  individu atau kelompok.
TOPIK S.A.R.A.
Wacana ini ada dan berlangsung sepanjang Indonesia merdeka. Sederhana saja, kita memang beda, so what ? Apa semua mau disamakan? Apa setelah semua sama itu dianggap sebagai pilihan terbaik untuk semua perbedaan?
SARA itu ada, terbawa sedari lahir, terpatri selama kita tumbuh dan berkembang, diwariskan dari orang tua, semuanya hakiki dan alami, tidak terhindarkan. Bahkan gen dan sidik jari manusiapun tidak ada yang sama.
Lalu ?? Mau dibuat sama? Diseragamkan?
Bilapun berhasil diseragamkan, Â kita tidak akan menjadi dinamis, tidak saling melengkapi, sebuah dunia robot yang tidak kreatif, tidak akan menjadi berkembang, karena semua sama dan seragam.
Disebut sebagai kemajuan dan pembangunan itu adalah hasil dari perbedaan, dari keliaran ion ion di otak kita yang tiap kepala isinya beda menjadi kreatifitas, yang akan saling melengkapi dengan toleransi perbedaan dengan orang lain, berujud akhir kreatifitas untuk membangun sesuatu yang baru, yang dinamis, dalam memecahkan persoalan/perbedaan dalam kehidupan tiap individu yang hidup.
Bayangkan saja anda hidup pada dunia yang semua serba seragam, semua sama, semua makan minum tidur dalam satu aturan dan ritme yang sama, tidak akan ada persoalan hidup. Persoalan hidup dan kesenangan hidup, kebahagiaan hidup datang dari deviasi dan anomali kehidupan seorang dengan yang lain ataupun dengan dirinya sendiri, apakah anda bisa merasakan sehat apabila anda tidak pernah sakit? Selalu harus ada faktor pembanding dan pembeda.
Hubungannya dengan konten filtering?
Kembalikan akses informasi seluasnya, jadi kita mengerti perbedaan satu dengan yang lain, belajar memahami dan mentoleransi perbedaan dengan cara yang santun, dewasa, dan bertujuan untuk kebaikan serta kedamaian hidup kesejahteraan bersama.
Ajarkan cara memilah yang baik dan yang tidak pantas kepada anak anak kita  supaya menjadi pondasi terkuat yang membentengi semua pengaruh yang tidak sesuai dengan nilai nilai universal kemanusiaan, etika hidup ketimuran yang luhur dari pendahulu kita (juga kita sebut sebagai leluhur - atau yangf luhur), pegang kuat norma kesusilaan, nilai nali budaya yang bertoleransi dan saling membantu.
Sebuah cita-cita menjadi masyarakat kuat yang adil, makmur, damai, sejahtera, dan berbudaya bangsa sendiri, santun dalam menyikapi dan berdiskusi dalam menghadapi perbedaan.
September 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H