Mohon tunggu...
Anam LittleBell
Anam LittleBell Mohon Tunggu... Lainnya - Aktif

''Freedom of speech'' Sampaikan keresahanmu sekecil apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradoks Dunia Pendidikan

2 Mei 2021   18:40 Diperbarui: 2 Mei 2021   18:41 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini adalah hari untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Berbicara tentang pendidikan di indonesia, bagaimana menurut kalian? pastinya banyak pandangan mengenai pendidikan kita seperti sistem pendidikan yang dikira kurang tepat dan lain sebagainya. Kali ini saya akan membahas keresahan tentang dunia pendidikan. Ini hanya sebatas opini dari pengalaman pribadi dan literasi yang saya baca.

Menyontek kurang lebih adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar untuk mendapatkan sesuatu yang menguntungkan secara instan dengan mengabaikan kejujuran. Banyak alasan untuk melakukan perbuatan tersebut dan dapat saya kelompokkan menjadi dua, yaitu karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal salah satunya adalah kurangnya rasa percaya diri dan faktor eksternal salah satunya karena adanya dorongan agar mendapatkan nilai yang bagus. Namun saya rasa faktor eksternal lebih berpengaruh di sini, karena dalam sistem kita mengedepankan nilai yang bagus, siswa oleh orang tua maupun guru untuk berlomba-lomba mendapatkan nilai yang bagus, tentunya hal seperti kejujuran juga diperhatikan, namun tidak menjadi tolok ukur naik kelas atau kelulusan atau masuk perguruaan tinggi. Hal ini juga tidak bisa dipungkiri karena akan sulit jika harus mengecek kejujuran setiap siswa. Terkadang juga banyak siswa yang sudah memiliki kejujuran namun karena keadaan di sekitarnya banyak ketidakjujuran, maka dia pun akhirnya terpaksa ikut terjun kedalamnya.

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara ini, namun hal ini diciderai dengan perlakuan oknum guru, sekolah, atau yang lainnya yang memandang sebelah mata kepada siswa yang kurang pandai dengan mengajar dengan ala kadarnya dsb. Kesalahan yang terjadi adalah meninggikan siswa yang pandai dan mengabaikan siswa yang kurang pandai. Apakah yang berhak untuk dicerdaskan hanya siswa yang pintar saja? Mungkin sedikit saran adalah mengupgrade tenaga pengajar dan sistem pendidikan kita agar dapat menjadi jembatan untuk mewujudkan salah satu tujuan negara ini yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sangat penting karena antara lain ijasahnya yang bisa digunakan untuk melamar pekerjaan, dan lain sebagainya. Dan diharapkan mereka menadi orang yang sukses dan menjadi penerus bangsa, namun dalam pelaksanaanya banyak yang kesusahan atau bahkan tidak mampu untuk membeli buku, mendaftar sekolah atau kuliah, dan membayar kebutuhan sekolah lainnya. Pendidikan juga menuntut untuk bisa semua mapel, padahal terkadang ada siswa yang memiliki bakat di satu bidang tertentu namun harus terhambat karena tuntutan nilai semua mapel harus mencapai minimal kkm agar bisa naik kelas. Memang tujuan sekolah baik namun sekaligus bisa mematikan bakat atau kreativitas siswa. Mungkin tidak semua sekolah seperti itu, karena biasanya tiap sekolah memiliki kebijakan yang berbeda.

   Dan saya pun terbesit apakah semua ini karena pendidikan kita sudah diatur sedemikian rupa oleh oknum pendidikan? Sekolah hanya dijadikan sebagai ladang investasi belaka. Akan tetapi itu tidak mungkin hehe, karena hal tersebut hanya ada dalam cerita fiksi dimana ada oknum pejabat yang memanfaatkan jabatannya untuk kepentingannya. Dan akan muncul seorang pahlawan yang akan menentangnya dan menjatuhkannya. Lalu pahlawan tersebut akan merombak sistem yang telah dimonopoli oleh oknum tersebut. Terbentuklah sistem ideal yang lebih baik. Meskipun cerita fiksi tersebut hanya fiksi, namun saya berharap pahlawan itu benar-benar ada. Semoga bermanfaat.

#keresahan10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun