Semilir angin berhembus menembus kulit. Dinginnya udara seolah memenuhi rongga dada dan membekukan ingatanku tentang dirimu. Beku setelah sekian belas tahun kita terpisah oleh keadaan yang tak kita sadari telah menorehkan cerita yang begitu dramatis untuk di tulis dalam karya roman picisan. Aku terdiam, menghela nafas dalam, dan kesunyian menghempaskan ingatanku 18 tahun silam. Aku begitu muda dan tak tahu bahwa skenario ceritaku sedang dimulai.
Aku terkejut ketika sebuahtepukan pada bokongku membuyarkan perhatianku dan kak firly yang sedang menikmati indahnya aksesoris di mall yang baru saja di bangun dipinggiran kota Jakarta. Mataku menangkap seorang ibu setengah baya menyapa. Dia adalah ibu sadewo tetangga baru depan rumah yang baru pindah 1 minggu yang lalu. ‘hayooo…lagi shopping yaaa?’ aku tersenyum ke arahnya dan terhenti pada sebuah bayangan dibelakangnya. Wajah tirus berbadan kurus dan bertopi klupuk. Dia menatapku dengan tatapan tajam yang tak pernah kulupa sejak hari itu.
‘Ini abel, fey! Putra saya yang pertama’ bu sadewo menangkap kebingunganku…oooh iya bel, sorry baru pertama ketemu soalnya’! aku terbata. ‘Ya udah kenalan donk’ sambung kak firly . Sejak saat itu feylia berubah.. aah aku memang terlalu tua untuk jatuh cinta pertama kali di usiaku yang mau 15 tahun ini sementara teman-teman segank sudah beberapa kali berganti pacar.
Kali ini aku benar-benar di serang oleh teman-teman segank ku. ‘Ayo donk fey siapa siiih yang elo taksir? Si deny yang ganteng lu cuekin, si bene yang cool lo bikin frustrasi. Ayo dooonk, jadi penasaran gw!’ lisbeth kesal karena aku hanya menjawab ‘ ada deeeh’ sambil ngeloyor. Kontan indah dan yessy mengejarku ingin menangkapku dan menginterogerasiku. Aku senang saja meledek mereka. Dalam hati ku berkata, aku tak akan menyembunyikan apapun dari kalian sahabat-sahabatku. It’s just a matter of time!
Satu hal yang membuatku jatuh cinta pada Abelard adalah kemampuan dia memainkan gitar. Hampir setiap malam ia dan teman-temannya kerumahku. Kurasakan kehangatan saat ia mulai memelukku dari belakang danmenyentuh jari jariku dan menempatkannya pada string gitar. ‘ ini kunci A, kalau yang ini kunci G’ begitu seterusnya dengan mimik serius mengajariku bermain gitar. Aku serasa terbang dan ingin sekali terkulai dalam pelukannya jika saja aku tidak ingat bahwa dia belum menembakku. Kami semua larut dalam canda dan cerita hingga larut malam dan orang tuaku mulai resah dan gelisah menegur kami yang sedang asyik bercengkrama.
Aku tak pernah tahu apa yang Abelard rasakan walaupun aku tahu ada kilatan suka di matanya. Namun bibirnya tak pernah mengucapkannya padaku dan aku begitu malu untuk mengungkapkan perasaanku duluan. Biarlah semua berjalan apa adanya tanpa kata-kata.
Pagi itu sebelum berangkat sekolah, ayah memanggilku. ‘Feylia duduk disini,ayah mau bicara’ ‘ Fey, ayah sudah tidak tahan untuk tidaak berbicara dengan kamu. Ayah perhatikan kamu mulai dekat dengan abel. Ayah ga suka itu. Kamu mau sekolah apa mau pacaran saja? Kamu masih SMP. Kalau mau pacaran mending sekalian ayah nikahkan saja. Mau kamu? Lagi pula ayah tidak mau ya punya menantu tetangga sendiri. Kalau mau cari pacar yang jauh donk!’ Aku lemas dan tertunduk. Tak dapat ku tahan air mataku. Namun aku tak punya kekuatan untuk membantah kata-kata ayahku. Kata-kata itu begitu tajam seperti silet.Pagi itu aku berangkat sekolah dengan menahan kesedihan yang luar biasa. Aku berjalan seperti nyawa tak beraga, melayang ringan.
Sejak hari itu abel tak pernah bisa lepas dalam ingatan. Semakin ku hempas, semakin dalam abel bersemayam semakin dalam yang kurasakan. Aku hanya bisa menangis melampiaskan kesedihan. Naluri ABG ku hanya berkata peduli setan. Kalau tidak boleh pacaran, jalan satu satunya yaa back street.
Siang itu begitu panas. Angkutan umum selalu penuh oleh anak sekolah. Aku dan teman teman memutuskan untuk menunggu di dekat mall sampai keadaan jalan sepi.Tak kusangka aku menemukan abel sedang bersama teman-temannya berseragam putih abu-abu juga sedang menunggu angkutan. Aku histeris di hadapan teman-temanku. ‘Itu dia..itu dia Abel..aku kenalin yaa!’ ku ajak teman-temanku menemui abel yang terkejut melihat kedatanganku bersama teman-teman. ‘Abel kenalin nih temanku’ dan lisbeth pun segera mengasungkan tangannya. Dengan gaya slengean abel bersikap dingin dan cuek tak menyambut tangan lisbeth. ‘ abeeel kenalin ini temanku lisbeth’ indah dan yessy hanya bengong di belakang kami. Dia hanya bilang, ‘ga mau ah’. Sontak teman-teman abel yang berada di situ bersorak dan mengejek kami. Aku malu sekali, terlebih lisbeth dan yang lainnya. Mereka sangat marah pada sikap abel. Aku lari meninggalkan tempat itu dan segera naik angkutan,di susul abel yang mengejarku. Karena banyak orang di dalam angkutan abel tak berani berbicara padaku yang sedang menutupi wajah menahan tangis.
Begitu turun aku segera berlari dan menangis sejadinya. Abel menangkap diriku dan memohon maaf atas sikapnya…’feey maafkan aku..maafkan aku!’ nada frustrasi terdengar dari mulut abel. ‘Sudahlah abel..lupakan semua. Ayahkupun ga setuju kamu dan aku pacaran!’ aku berlari sambil terisak. Abel mengejar ‘ feeey tungguuuu…maksudnya apaaa?’
Aku sangat sedih dan malu atas kejadian itu. Aku berpikir mungkin selama ini aku nya saja yang terlalu percaya diri menganggap abel juga merasakan perasaan yang sama terhadapku. Tak hentinya aku menangis memarahi kebodohanku selama ini. Beberapa kali abel mengajakku berbicara namun selalu aku acuhkan. ‘ Sudahlah bel, sudah tidak ada artinya lagi untuk dibahas’ tatapku tegas seolah semuanya sudah baik baik saja. Selama 1 tahun itu aku tak berbicara dengan abel. Jika bertemu aku segera mengalihkan tatapanku darinya. Aku benar-benar ingin melupakan perasaanku padanya. Selama di SMA aku berusaha mencari pengganti Abel. Tapi yang seperti abel..memang tidak ada! Cewek sepertiku memang agak sulit untuk jatuh cinta..benar-benar jatuh cinta.
Satu tahun berlalu, walau aku lihat abel bergonta ganti teman cewek tetap saja setiap melihatnya dari kejauhan aku masih merasakan deg degan. Namun perasaan itu ku simpan saja sendiri. ‘What can I do? aku hanya bertepuk sebelah tangan’ kataku berbicara pada diri sendiri. Aku sempat dekat dengan adik perempuannya. Kami sudah seperti saudara walaupun tak terlalu dekat sekali. Aku menjaga perasaan ceweknya.
Tahun berganti, kini aku sudah memiliki kebahagiaan sejati. Walau dengannya selalu ada pertanyaan yang mengusik menuntut jawaban. Iapun menjauh dari kehidupanku, entah dimana ia tinggal.
Putri keduaku muncul ketika aku baru saja membuka laptopku. Anabele memang sangat tidak tahan untuk tidak mengusikku saat aku membuka laptop. ‘Mamaaah aku mau main game koit’. ‘haduuuh apa itu game koit?’ aku mengernyitkan dahiku. ‘iih sini aku tunjukin ya!’. Ya ampuun anak jaman sekarang umur 5 tahun sudah bisa buka google. Dengan cekatan ia pun mengetik game.co.id
‘hahahaa..aby! Itu bilangnya game dot ko dot ai di! Buka game koit!’
‘iiih mamaah, mas ernest bilangnya begitu’ aku hanya tertawa geli mendengar ucapannya. ‘Anabele main yuuk..’ teriak teman-teman anabele dari luar. ‘Tuh temen temen aby panggil..sana main! Akupun segera membuka akun Facebook ku in case ada massage yang belum terbaca. Sudah lama sekali aku tak membukanya.
Aku terbelalak ketika aku melihat di news feed nama Abelard Sadewo sedang mengomentari status seorang teman. Oh my God .. abel…aku segera mengklik nama itu dan melihat fotonya apa betul itu Abelard yang aku kenal. Benaar..aku segera menambahkan ia sebagai teman. Sehari kemudian ia mengkonfirmasi. Aku begitu antusias ingin mengobrol dengannya. Setiap hari aku tunggu di chat room menunggu namanya menyala. Akhirnya hijau juga namanya. ‘Abeeel…apa kabar?kamu tinggal dmana?kerja apa? Sdh punya anak berapa?’ aku berondong dia dengan pertanyaan. Ia langsung menjawab. ‘Fey..sudah lama ya ga ketemu. Kangen juga…!’ Aku tersipu, deg degan membacanya. Kami terlibat obrolan yang panjang mengenai hidup kami masing-masing.Dorongan itu begitu kuat keluar dari mulutku, pertanyaan yang sangat mengganggu hidupku belasan tahun ini.’Bel kamu dulusombong banget yah.’ ‘kok sombong?emangnya kenapa? kamu kali yang sombong!’
‘Kamu lupa kejadian waktu di mall? siapapun tau bel, orang tuaku, saudara-saudaraku,kakek,nenek, om ,tante apalagi teman-teman yang aku mau kenalin ke kamu dan kamu tolak itu, mereka semua tau,kamulah makhluk pertama yang bernama cowokyang aku suka.aku ingin mengenalkan kamu pada mereka sebagai orang yang aku sayangi, yang aku suka. Tapi ternyata aku bertepuk sebelah tangan yah?! Aku malu sekali dengan kejadian itu. Makanya aku marah sekali dengan mu’
‘Whaaaat? You whaaat? ‘. ‘Kenapa?’ tanyaku. “Fey..aku pikir kamu mengenalkan teman kamu untuk dijadikan pacarku. Ya aku ga mau lah. Orang aku sukanya sama kamu!? ‘. Aku tertegun tak tahu harus mengetik kata apa dari keyboard. Air mata itu tiba tiba jatuh tak henti hentinya.Aku shock, benar benar tak tahu harus ngomong apa. ‘Fey…..’. ‘iya…’
‘Boleh aku meneleponmu? aku ingin dengar suaramu’. Aku tak ingin mengetikan nomor itu tapi tangan ini terus saja mengetik nomor demi nomor. Dua menit kemudian suaranya terdengar di seberang sana. Mengapa ku ketikan nomorku. Aku tak ingin dia tahu bahwa dsini aku sedang menahantangisku. ‘Fey..kamu menangis?’ . ‘Ga lagi pilek’. ‘Fey..aku tau..maafkan aku. Aku selalu saja membuatmu menangis’
Emosiku tumpah ruah tak terbendung lagi. Aku sangat marah padanya. Dia mendengarkan setiap luapan yang keluar dari mulutku. ‘kenapa bel, kenapa? Kenapa kamu tak memperjuangkan perasaanmu kalau memang kamu dulu suka sama aku dan membiarkan kamu berpikir seperti itu. Kamu ga pernah menyatakannya padaku!
‘maafkan aku fey, aku shock mendengar ini semua.aku menyesal! Asal kamu tau, aku ga pernah menghapus kamu dari hatiku. Kamu selalu ada disini..di hatiku, selama ini tak berani aku ungkapkan!’ terbata bata ia mengungkapkan penyesalannya.’ Fey apa kamu masih menyayangiku?’ , ‘iya bel iya..’
Apa yang harus kulakukan padamu abel, kamu adalah cinta pertamaku. Tak mudah bagiku untuk menjauh dari perasaan itu. Some might say, Mencintai bukan berarti memiliki. Kuhibur diriku. Kita berjalan pada takdir kita masing masing. Takdirmu dengannya kini, dan takdirku dengannya kini. Tak mengapa. Toh aku menyaksikan setiap fase kehidupanmu di mataku, dan kamu bahagia dan baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku.
Kuputuskan untuk menghilang darinya. Ku ganti nomor teleponku dan aku tak pernah lagi membuka akun facebook ku. Maafkan aku Bel..Cerita kita sudah berakhir. Sejak kamu dan aku memutuskan utk memendam apa yang kita rasakan..sejak 18 tahun lalu..
(Seperti yang diceritakan Feylia padaku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H