Kepada para elit di Negeri ini, jika mau menahan diri, tidak saling berargumentasi yang berdampak semakin biasnya sebuah permasalahan, tentu tidak akan menimbulkan kekacauan di masyarakat. Sebuah Aspirasi masyarakat dalam bentuk demontrasi itu adalah sah-sah saja selagi dalam batas-batas kewajaran, "aspirasi disampaikan dengan santun, aspiratif, dengan bahasa Indonesia yang jelas. Dan kepada Elit negeri ini yang berwenang memberikan tanggapan atas Demontrasi dari masyarakat, sebaiknya dengan arif bijaksana mau menemui para demontran tersebut untuk berdialog. Jika itu dilakukan akan terjalin komunikasi yang baik, sebuah aspirasi yang tidak didengar oleh para Elit negeri ini tentu menjadikan klimaks yang kurang baik, marah, kesal dan akhirnya berujung anarkhisme.Â
Polisi sebagai pelindung, penganyom semestinya bersikap lebih bijak dalam menangani aksi demonstrasi, tidak dengan menggunakan kekuatan senjata lengkap, sementara demontran hanya tangan kosong (tidak bersenjata). Arogansi berlebihan menyulut emosi para demonstran, itu hal yang wajar. Namun jika semua pihak bisa menahan diri, tidak emosi, mau mengalah, berpikir panjang, demi keselamatan bersama tentu itu semua tidak akan terjadi.
Budaya kearifan lokal bangsa ini sudah luntur, tergerus oleh budaya serba instan, anak-anak dinegeri ini tidak bisa mencerna informasi yang diterima dengan baik, tetapi langsung ditelan mentah-mentah dan berefek pada salah tingkah. Itu lah yang bisa saya tulis dan sampaikan untuk menjaga nilai-nilai budaya Asli Indonesia.Â
Pemimpinnya amanah, tidak arogan, bijaksana, lemah lembut, mau mendengarkan aspirasi rakyatnya, coba contoh perilaku Rosulullah SAW sebagai pemimpin umat dunia. terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H