Mohon tunggu...
Kata Perempuan Sul-sel Anging Mammiri
Kata Perempuan Sul-sel Anging Mammiri Mohon Tunggu... -

Mewujudkan tatanan sosial yang demokratis, berlandaskan prinsip-prinsip keadilan, kesadaran ekologis, menghargai pluralism dan anti kekerasan yang didasarkan pada sistem hubungan laki-laki dan perempuan yang setara, dimana keduanya dapat berbagi akses dan control atas sumber daya, sosial, budaya, ekonomi dan politik secara adil.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Apatis Menjadi Kritis: Merubah Paradigma Lewat Pendidikan Politik Perempuan

11 Desember 2014   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:30 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pelaksanaan Pendidikan politik bagi pemilih perempuan pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan 22 Januari 2013 di 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu Maros ada 3 (tiga) wilayah yakni Kelurahan Hasanuddin Lingkungan Batangase, Desa Tellumpoccoe dan Desa Tanralili. Kabupaten Gowa ada 3 (tiga) wilayah yakni di Kelurahan Pandang-pandang lingkungan Mangasa; kelurahan Pacci’nongang dan Kelurahan Batangkaluku dan kota Makassar ada 6 wilayah yakni Kelurahan Tamangapa, Kelurahan Bangkala, Kelurahan Pai, Kelurahan Pa’baeng-baeng, Kelurahan Mariso, Kelurahan Lette, jumlah wilayah pendidikan politik adalah 12 wilayah, menghasilkan 18 Kepentingan Perempuan. Sedangkan di Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Makassar 18 September 2013, hanya dilakukan di Kota Makassar yang tadinya hanya ada 6 (enam) wilayah diperluas menjadi 10 wilayah yaitu di Kelurahan Cambayya - Pattingalloang, Kelurahan Buloa – Tallo, Kelurahan Pandang – Karuwisi Utara, Kelurahan Bontoala – Barayya dan Kelurahan Untia – Bulurokeng, menghasilkan 21 Kepentingan Perempuan. Kemudian pendidikan politik dilanjutkan lagi pada Pemilihan Legislatif 9 April 2014 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014, tersebar di 3 Kabupaten/Kota dengan mengerucutkan wilayah tapi tetap melibatkan semua wilayah sebelumnya dan ada beberapa wilayah baru khususnya di Kabupaten Gowa dan di kabupaten Maros sendiri wilayah sama tapi kemudian melibatkan peserta dari lingkungan yang berbeda, menghasilkan 16 Kepentingan Perempuan untuk Pileg dan 13 Kepentingan Perempuan di Pilpres.

Dari rangkaian pendidikan politik yang telah dilaksanakan, telah menghasilkan perubahan yang signifikan bagi pemilih perempuan terkhusus peserta pendidikan politik, fasilitator wilayah dan manajemen pendidikan politik.

Hampir di semua wilayah pendidikan politik baik itu di Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa dan Kota Makassar merasakan perubahan pada dirinya, menjadi lebih berani mengemukakan pendapat didepan orang banyak, dimana selama ini hanya bisa diam apabila terlibat dalam pesta demokrasi dan takut bicara depan umum, berarti tiap orang semakin memahami pentingnya politik bagi perempuan. Semisal di Kabupaten Maros, fakta di lapangan peserta pendidikan politik yang merupakan anggota PPK menolak ajakan Ketua PPK untuk memenangkan salah satu Caleg dalam Pileg 2014 penyelenggara pemilu (KPPS), mengetahui proses pemilu, lebih paham mengenai regulasi tentang pemilu. Kemudian sebagai anggota PPL melakukan pengawasan dengan seksama sampai ke tingkat paling bawah dan menghimbau pada keluarga dan masyarakat mengenai politik uang yang tidak dibolehkan. Disamping itu bagi peserta pendidikan politik ini, dianggap sebagai sekolah politik bagi perempuan-perempuan seperti kutipan tulisan dari peserta berikut:

Diskusi Kampung (Diskam) yang dilakukan oleh SP Anging Mammiri di wilayah kami (Desa Tellumpoccoe, Kabupaten Maros), saya dan perempuan-perempuan di kampung menganggap, sebagai sekolah politik apalagi jika kegiatan serupa sering dilakukan, tidak hanya pada moment Pemilu saja. Karena diskusi kampung tersebut mengarah kepada sekolah politik.  Dalam kegiatan diskusi kampung, pemilih perempuan banyak hal dapat saya pelajari. Tidak terbatas pada pendidikan politik saja. Didalamnya terdapat banyak materi lain yang sangat penting diketahui oleh perempuan. Materi persamaan/Gender misalnya, merumuskan kepentingan perempuan, dan sistem pemilu. Tujuannya, agar perempuan di wilayah/kampung memahami hak-hak perempuan dan tidak sekedar mengerti. Setelah perempuan memahami timbul semangat perjuangan, memperjuangkan kepentingan perempuan agar bisa terakomodir oleh pemerintah daerah, Bupati/Walikota, DPRD, sampai pemerintah pusat.Ditulis oleh Juharia. Salah satu peserta diskusi kampung pendidikan politik di desa Tellumpoccoe Kabupaten Maros.

Masih di wilayah kabupaten Maros, khususnya Kelurahan Hasanuddin Lingkungan Batangase dalam satu diskusi kampung pesertanya berasal dari KWRSS (Kerukunan Waria Sulawesi Selatan), sebagai bagian dari kelompok rentan lainnya peserta tersebut dapat menyampaikan langsung apa yang menjadi kepentingannya dalam hearing bersama pasca terpilihnya Gubernur dan Wakil Gubernur yang awalnya akan diterima oleh Gubernur Sulawesi Selatan akan tetapi karena beliau berhalangan maka digantikan oleh Sekretaris Daerah Sulawesi Selatan. Peserta juga menolak politik uang dan bahkan ada yang menunggu serangan fajar, tapi tidak juga ada yang melakukan serangan fajar. Di sisi yang lain di Desa Tanralili, peserta juga mampu memfasilitasi perempuan-perempuan akar rumput yang awalnya sama sekali tidak berani memfasilitasi, kemudian terlibat dalam pengambilan keputusan saat Musrenbang serta menjadi panutan di masyarakat. Bagi peserta ini pendidikan politik itu ibarat pohon kelapa, bisa dilihat dari kutipan tulisan berikut:

Pendidikan politik bagi pemilih perempuan, ibarat pohon kelapa. Dan SP Anging Mammiri, ibarat jembatan. Pohon kelapa mulai dari akar, batang, daun, buah sampai ijuk bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Akar, ibarat awal tumbuhnya ilmu atau pengetahuan politik yang saya dapat. Saya bisa terlibat dalam pemilu dan mempunyai keyakinan bahwa penyelenggara Pemilu tidak terbatas pada laki-laki, perempuan juga bisa!

Batang, memiliki kekuatan ibarat jembatan yang saya lewati setiap kali turun ke desa-desa, mengundang dan mengajak ibu-ibu kampung hadir dalam diskusi kampung. Mensosialisasikan atau berbagi pengetahuan, yang saya peroleh dari pendidikan politik yang dilakukan SP Anging Mammiri.

Daun, ibarat perempuan-perempuan di kampung yang selalu bersemangat disetiap diskusi kampung yang saya fasilitasi. Semangat belajar dan rasa ingin tahu peserta diskam tentang politik semakin menumbuhkan gairah kefasilitatoranku.

Buah, merupakan pengalaman dari semua proses belajar yang saya lakukan di SP Anging Mammiri. Pengalaman menghadiri Konsolidasi Nasional (Temu Pemilih Perempuan dengan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014) kegiatan ini dilakukan oleh Solidaritas Perempuan Nasional, bertempat di Jakarta. Bersama 13 komunitas Solidaritas Perempuan di berbagai daerah. Pengalaman yang sangat berkesan.

Ijuk,  mempersatukan kekuatan dan persepsi tentang apa yang menjadi kebutuhan perempuan. Bergerak dan berjuang mengawal kepentingan perempuan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Solidaritas Perempuan Anging Mammiri, telah menjadi jembatan bagi saya untuk mendapatkan pengetahuan dengan mengajak terlibat dalam program pendidikan politik bagi pemilih perempuan.  Perempuan-perempuan di kampung sangat gembira atas kegiatan diskusi kampung yang diselenggarakan.  Dari diskusi kampung itu, melahirkan pemilih-pemilih cerdas dan menumbuhkan kesadaran pentingnya memilih. Dan memilih pemimpin sendiri tanpa diwakili oleh siapapun.”  Ditulis oleh Hasnah Daeng Bulang, fasilitator dalam program pendidikan politik bagi pemilih perempuan, mulai dari Pemilihan Gubernur 2013, Pileg dan Pilpres 2014. Wilayah dampingan, Desa Tanralili Kabupaten Maros.

Fakta selanjutnya di Kabupaten Gowa, di Kelurahan Pacci’nongang awalnya dia menjadi orang yang menerima politik uang pada saat pilkada di wilayahnya setelah mengikuti pendidikan politik ini, peserta ini mulai mensosialisasikan tolak politik uang dengan tidak lagi menjadi orang yang menerima politik uang tersebut. Peserta lainnya di Kelurahan Pandang-pandang Lingkungan Mangasa, berani mengkritisi pemerintah setempat apabila menemukan hal-hal yang melanggar hak-hak masyarakat. Aktif terlibat menjadi KPPS diwilayahnya agar dapat memantau secara langsung proses pemilihan, pemungutan sampai penghitungan suara. Lain halnya dengan peserta di wilayah baru yakni di Desa Julukanayya, peserta ini yang awalnya apatis terhadap isu-isu politik dalam pemilu setelah berproses dengan menjadi fasilitator menjadi semakin peduli apalagi melihat kondisi diwilayahnya perempuan marginal yang sama sekali tidak punya pendirian dengan berpolitik dikarenakan banyak yang buta aksara dan mengilustrasikan pendidikan politik ini seperti telur dan induk ayam, berikut kutipan tulisannya:

Diriku ibarat telur ayam yang tidak menetas, selalu  tertutup dan menutup diri dari isu-isu politik dalam Pemilu. Tetapi semua berubah, Sikap apatis dan ketidakpedulianku pupus seketika, setelah saya terlibat dalam program pendidikan politik bagi pemilih perempuan, yang diselenggarakan oleh SP Anging Mammiri.

Solidaritas perempuan Anging Mammiri, merupakan wadah bagiku dalam belajar untuk mengetahui sistem perpolitikan (Partai politik) di Indonesia. Saya pun memahami dan menyadari pentingnya memilih pemimpin (Pemerintah) yang tidak asal-asalan. Mengenal dan mengetahui latar belakang atau rekam jejak Calon pemimpin (Caleg dan Capres) sangat penting, agar tidak salah memilih pada saat Pemilu.

Banyak proses kami (Fasilitator) lakukan bersama menjelang Pemilihan Calon Legislatif dan pemilihan Calon Presiden 2014. Melakukan tracking atau menelusuri rekam jejak Caleg, bedah visi-Misi Capres-Cawapres, merumuskan kepentingan perempuan, serta temu perempuan dengan caleg di masing-masing wilayah dampingan pendidikan politik.

Dari pendidikan politik ditambah dengan diskusi-diskusi bersama dengan fasilitator dikpol lainnya di Sekretariat SP Anging Mammiri, semakin menumbuhkan pengetahuanku serta perubahan sikap dan cara pandang terhadap kehidupan sosial dilingkunganku.

Dari pengetahuan itu, saya kemudian menjadi peduli terhadap perempuan-perempuan di kampung. Saya pun mengajak ibu-ibu dilingkunganku ikut dalam diskusi kampung, peserta diskam sebagian besar merupakan perempuan marginal serta buta aksara. Kegiatan diskusi kampung menjelang pemilu, betul-betul hal baru di desaku.

Pengetahuan yang telah saya dapatkan di SP Anging Mammiri, akan terus saya kembangkan dan bagikan kepada perempuan-perempuan lainnya, khususnya perempuan-perempuan di kampungku sendiri. Berbagi dan terus berbagi, ibarat induk ayam memberi makan anak-anaknya.” Tulisan ini dibuat oleh Fitri, salah satu fasilitator dikpol dari Desa Julukanayya dan Desa Tete Batu, Kecamatan Pallangga.

Perubahan yang terjadi tidak hanya dirasakan oleh peserta pendidikan politik yang ada di Kabupaten Maros dan Gowa, tetapi juga dirasakan oleh peserta di Kota Makassar dimana wilayah pendidikan politiknya tersebar di 17 kelurahan dari 24 Kelurahan. Peserta dari Kelurahan Bangkala yang merupakan pemilih pemula pada Pemilihan Gubernur 2013, mengetahui permasalahan perempuan tidak hanya dialami oleh ibu-ibu tetapi juga pada kaum muda misal mengenai beasiswa yang seharusnya bagi siswa(i) yang kurang mampu dan berprestasi tetapi kemudian beasiswa itu diberikan kepada siswa(i) yang punya kedekatan emosional dengan pengelola beasiswa. Peserta dari kelurahan Bontoala, awalnya sama sekali tidak percaya diri, tidak berani berbicara depan umum, setelah berproses menjadi percaya diri untuk berbicara depan orang banyak. Di wilayah yang sama, peserta ini dari mulai Pemilihan Gubernur dan Walikota 2013 yang lalu selalu menjadi KPPS, tetapi karena selama menjadi KPPS peserta ini sangat kritis terhadap kecurangan yang terjadi sehingga mengakibatkan pada pelaksanaan Pileg dan Pilpres 2014 tidak lagi dilibatkan menjadi KPPS. Di Kelurahan Pandang, peserta ini pernah menjadi tim sukses 5 (lima) tahun yang lalu, setelah bergabung dengan menjadi peserta pendidikan politik tidak lagi berkeinginan untuk menjadi tim sukses walaupun sebenarnya banyak godaan. Masih di wilayah yang sama, peserta ini sudah berani untuk memberikan informasi kepada Caleg atau pun kandidat terkait dengan visi-misinya yang tidak memenuhi kepentingan perempuan. Lain lagi perubahan yang dirasakan oleh peserta di Kelurahan Lette ini yang menjadi fasilitator dalam pendidikan politik, awalnya sebagai seorang Ibu Rumah Tangga kemudian pernah menjadi Tim Sukses setelah berproses mulai dari Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur sampai Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, saat ini masuk menjadi pustakawan. Dimana peserta ini diharuskan membuat makalah tulisan tangan dan dari proses yang dialami selama pendidikan politik, peserta ini membuat makalah mengenai perempuan dan politik mengantarkan dia menjadi juara 3 se-kota Makassar. Beda kelurahan beda pula perubahannya, ini dirasakan oleh peserta di Kelurahan Pa’baeng-baeng. Mendapatkan banyak pengetahuan mengenai latar belakang kandidat melalui proses traccking Caleg, dari yang malas menggunakan hak politik menjadi rajin ke TPS untuk memilih ketika Pemilu serta aktif melakukan pemantauan pada masa kampanye Calon, Hari H dan setelah pemantauan. Peserta ini mengatakan pendidikan politik ini merubah kepompong menjadi kupu-kupu, berikut kutipan tulisannya:

Pendidikan politik merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri saya, berawal ketika mengikuti pendidikan politik yang dilakukan Solidaritas Perempuan Anging Mammiri, 2013-2014. Saya pun mengibaratkan seperti metamorfosis pada kupu-kupu. Di mana sebelum saya, mengikuti pendidikan politik, saya bersikap pragmatis dan tertutup terhadap pesta demokrasi (Pemilu) karena merasa hasil pemilu tidak ada gunanya.

Tetapi cara pandang itu berubah setelah SP Anging Mammiri memberi saya ruang dan kesempatan untuk belajar dan memahami politik. Dari kepompong itu menjadi ulat, kemudian menjadi kupu-kupu. Ini ibaratnya saya, yang setelah mengikuti pendidikan politik, pola pikir, sikap dan tindakan saya berubah menjadi tidak pragmatis dan menggunakan hak pilih pada pemilu. kepompong itu berubah ulat, dan sekarang saya telah menjadi kupu-kupu yang terbang mencari makan dan menghasilkan kupu-kupu lagi...

Maknanya, saya sudah mampu mempengaruhi dan berbagi ilmu kepada peserta pendidikan politik (diskusi kampung), teman, tetangga, dan keluarga untuk menggunakan hak pilihnya. Lebih kritis terhadap persolan atau masalah-masalah yang terjadi di wilayah sekitar kita. Menjadi pemilih yang rasional dan pemilih cerdas.” Tulisan ini dibuat oleh Any, salah satu Fasilitator pendidikan politik, sejak Pemilihan Walikota Makassar (2013) dan Pemilihan Legislatif sampai pada pemilihan Presiden 2014. Wilayah dampingan (Diskusi kampung) Kelurahan Pa’baeng-baeng dan Kelurahan Maccini Sombala Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Perubahan yang terjadi bukan hanya pada individu peserta pendidikan politik, tetapi juga pada komunitas kami. Dimana, kami sudah mulai melibatkan kawan-kawan dari kelompok rentan lainnya dalam hal ini LGBT baik sebagai peserta maupun tim kerja. Orang-orang disekitar wilayah pendidikan politik yang tidak terpapar pendidikan politik, memberikan dukungan terhadap apa yang dilakukan (pendidikan politik), bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki ikut terlibat dalam melakukan pemantauan proses pesta demokrasi. Disamping itu mereka sudah mampu mempengaruhi orang disekitarnya, baik dikeluarganya maupun tetangga dan teman mereka dengan memberikan pandangan tentang politik bagi perempuan memilih pemimpin itu harus bisa tahu apa saja yang sudah dilakukan dan atau akan dilakukan seorang calon kandidat untuk memenuhi kepentingan perempuan. Dengan adanya pendidikan politik ini, beberapa warga yang berada di sekitar kelurahan Pai Kota Makassar meskipun tidak terlibat langsung dalam pendidikan politik sudah memiliki keberanian untuk memanfaatkan hak pilihnya, apabila dia tidak terdaftar di DPT, maka mereka berusaha untuk mendapatkan informasi mengapa mereka tidak terdaftar. Menurut sumber dari peserta pendidikan politik di Kelurahan Tamangapa – Bangkala, pada saat menjadi KPPS mengatakan bahwa angka golput perempuan berkurang setelah mendapatkan pendidikan politik. Hal ini hampir terjadi di semua wilayah pendidikan politik, karena pendidikan politik ini dilakukan berkelanjutan antusias masyarakat untuk terlibat sangat besar, meskipun mereka tidak diundang. Karena dari pendidikan politik ini, mereka mendapat pengetahuan mengenai kepentingan perempuan dan kelompok rentan lainnya, membedah visi-misi calon kandidat, tahapan-tahapan pemilu, bagaimana mentraccking (rekam jejak) caleg, melakukan pemantauan dan melaporkan kemana ketika menemukan pelanggaran. Dari pantauan kami, ada 39 orang yang terlibat dalam penyelenggara pemilu (KPPS) dan hal tersebut membantu mereka untuk bisa melakukan pemantauan. Saat pendidikan politik dilaksanakan untuk pertama kalinya di Desa Tanralili, Kabupaten Maros, masyarakat disana menginginkan SP dibentuk diwilayahnya dan antusias menjadi bagian dari SP. Di sisi yang lain, penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU dan Panwaslu sangat mendukung pendidikan politik karena sangat membantu mereka dalam hal mensosialisasikan tentang pemilu dan bagaimana melaporkan temuan pelanggaran. Dari hasil pendidikan politik yang dilakukan, terbentuk beberapa kelompok baik dalam bentuk arisan maupun kelompok ekonomi kreatif seperti di Kelurahan Bangkala peserta yang berlatar belakang mantan Buruh Migran Perempuan belajar membuat kerajinan tangan dari botol plastik (bros) dan menjual ke orang-orang. Dari interaksi yang terjadi dengan fasilitator wilayah untuk pendidikan politik, melahirkan pemilih-pemilih yang cerdas dan menumbuhkan kesadaran pentingnya memilih bagi perempuan. Disamping itu, SP dikenal oleh media sebagai organisasi yang melakukan pendidikan politik bagi pemilih perempuan, terlibat menjadi pembicara di talkshow TV, Radio maupun live interaktif via phone. Tidak ketinggalan juga, SP Anging Mammiri juga mulai melakukan komunikasi dan koordinasi dengan jaringan lain yang fokus di isu kepemiluan.

Ketika berbicara mengenai perubahan yang telah dirasakan oleh peserta pendidikan politik dan komunitas sendiri. Kemudian belajar dari pengalaman dan hasil pendidikan politik yang telah dilaksanakan, ada beberapa pembelajaran yang menurut kami penting untuk dikemukakan. Pendidikan politik bagi pemilih perempuan dan kelompok rentan lainnya, memiliki ruang untuk menyampaikan persoalan, kepentingannya dalam temu perempuan dengan kandidat, melalui diskusi jaringan melalui diskusi publik dengan penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU dan Panwaslu serta melalui konferensi pers. Disamping itu, SP dalam melaksanakan program, memiliki strategi salah satunya dengan menggunakan kampanye melalui media sosial. Hal ini sangat membantu untuk menyuarakan kepentingan perempuan dan kelompok rentan lainnya serta mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan dalam program pemilu ini, juga menyuarakan testimoni dari peserta pendidikan politik yang langsung merasakan dampaknya. Melalui media social (facebook, twitter, kompasiana) kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama pemilu ini mampu memberi pengaruh yang positif terhadap perempuan dan kelompok rentan lainnya baik yang berada di Sulawesi Selatan maupun yang berada di luar dari Sulawesi Selatan, dalam artian berbagi informasi dengan menggunakan media sosial merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendekatkan yang jauh. Pembelajaran lainnya, perempuan dan kelompok rentan lainnya memiliki kebutuhan dan kepentingan yang lebih banyak dan spsesifik dibandingkan dengan laki-laki. Kepentingan perempuan yang dihasilkan dalam berbagai Pemilihan (Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel, Walikota dan Wakil Walikota Makassar 2013, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014), melalui proses dari diskusi kampung bagaimana menggali persoalan yang selama ini dianggap bukan persoalan tetapi setelah dilakukan penggalian secara mendalam, banyak sekali kepentingan perempuan dan kelompok rentan lainnya dan hal tersebut harus disuarakan agar didengar langsung oleh para kandidat calon pemimpin. Pembelajaran berikutnya perempuan dan kelompok rentan lainnya harus terlibat aktif dalam seluruh proses pemilu dan tidak berhenti sampai terpilihnya tapi berlanjut terus untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kinerja pemimpin terpilih sesuai dengan apa yang telah dijanjikan, disampaikan pada saat melakukan temu perempuan dengan kandidat calon. Agar nantinya para pemimpin yang terpilih ini, bisa menerapkan prinsip-prinsip non diskriminasi. Pembelajaran selanjutnya, perempuan dan kelompok rentan lainnya mengetahui hak-haknya sebagai warga Negara dan lebih memahami lagi apa saja yang menjadi kebutuhan dan kepentingannya. Dari diskusi-diskusi yang intens dilakukan bersama fasilitator dan manajemen pendidikan politik, semakin memantapkan pemahaman mengenai pentingnya perempuan terlibat dalam proses pemilu, disamping jumlah perempuan lebih banyak dibanding laki-laki juga yang tak kalah pentingnya bagaimana mengembangkan isu-isu perempuan dalam politik serta membangun komitmen bersama untuk memperjuangkan kepentingan perempuan. Pembelajaran lainnya, lahirnya pemimpin-pemimpin dari akar rumput untuk melanjutkan perjuangan SP  di akar rumput. Pembelajaran yang tak kalah pentingnya dari semua pembelajaran yang telah kami sebutkan diatas, perempuan dan kelompok rentan lainnya menjadi pemilih cerdas.

Melihat dari pembelajaran dan rekomendasi yang ada, maka yang perlu dilakukan oleh masyarakat sipil dalam meningkatkan kualitas demokrasi pasca pemilu yaitu konsolidasi jaringan masyarakat sipil kawal pemilu melakukan pendidikan politik yang berkelanjutan (bukan hanya momentum) dan advokasi kebijakan yang menghilangkan hak politik warga negara.Harapan kedepan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang jujur dan bersih.

Tulisan ini dibuat oleh Sitti Aisyah (Koordinator Program SP-Anging Mammiri, periode 2012-2015)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun