Kontak sosial secara harfiah dapat diartikan sebagai bersama-sama menyentuh. Secara fisik terjadinya kontak apabila ada hubungan badaniah, namun sebagai gejala sosial hubungan badaniah tersebut tidak perlu terjadi karena individu dapat melakukan hubungan tanpa adanya kontak langsung secara badaniah. Terjadinya kontak sosial memiliki tiga bentuk meliputi antara orang perorangan; antara orang perorangan dengan suatu kelompok atau sebaliknya; dan antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lain.Â
Di dalam kontak sosial terdapat sifat primer dan sifat sekunder. Kontak sosial yang bersifat primer ini lebih mengadakan hubungan langsung yaitu tatap muka, dan kontak sosial yang bersifat sekunder memiliki perantara untuk berhubungan. Adapun sifat lain yang terdapat pada syarat pemenuhan interaksi sosial yaitu kontak sosial yang bersifat positif dan negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan kontak sosial negatif lebih menuju suatu pertentangan yang terjadi ketika interaksi sosial berlangsung.Â
2. KomunikasiÂ
Faktor-faktor penentu terjadinya interaksi sosial yaitu ketika adanya komunikasi antara dua belah pihak. Komunikasi merupakan individu memberikan terjemahan pada perilaku orang lain yang diwujudkan pada pembicaraan, sikap, atau gerak-gerak badan. Di dalam suatu komunikasi terdapat perasaan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang kepada orang lain. Perasaan-perasaan yang telah disampaikan kepada orang lain, kemudian akan memberikan reaksi mengenai perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan demikian adanya komunikasi dimungkinkan terjalin suatu kerjasama antara orang perorangan maupun antar per kelompok. Meskipun adanya kerjasama dari komunikasi yang terjadi dapat dimungkinkan juga adanya pertentangan dari hasil komunikasi tersebut yang di akibatkan kesalah pahaman masing-masing karena keegoisan dan tidak ingin mengalah.Â
Interaksi sosial yang terjadi tidak lepas dari kerjasama (cooperation) yang terjalin antara orang perorangan, atau antar kelompok untuk mewujudkan tercapainya tujuan bersama sebagai proses asosiatif( processes of association). Bentuk atau pola kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok masyarakat yang dimulai masa kanak-kanak di keluarga ataupun kelompok-kelompok kerabat. Bentuk lain dari bentuk interaksi sosial asosiatif yaitu adanya akomodasi. Akomodasi merupakan suatu usaha untuk menyelesaikan pertentangan yang terjadi ketika interaksi sosial berlangsung dengan tidak menghancurkan pihak lawan sehingga kepribadian lawan tidak kehilangan. Kemudian yaitu bentuk asimilasi (assimilation) yang merupakan proses sosial dengan taraf lanjut. Proses asimilasi dapat diidentifikasi ketika adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat antara kelompok-kelompok atau orang-perorangan karena proses sosial ini memiliki tujuan untuk mewujudkan integrasi dalam berpikir, bertindak, dan berorganisasi.Â
Teori Progresivisme dalam interaksi sosial di sekolahÂ
Sekolah merupakan lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan aktivitas pembelajaran bagi peserta didik untuk memiliki potensi dan bekal dalam pengembangan dirinya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Guru sebagai pendidik bagi peserta didiknya diharapkan mampu untuk memberikan berbagai pengetahuan serta melatih cara berpikir menyeluruh agar peserta didik dapat berpikir secara sistematis. Dalam hal ini terjadi suatu interaksi sosial yang terdapat di sekolah yaitu kontak sosial dan komunikasi untuk menyampaikan pengetahuan-pengetahuan yang para pendidik miliki serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh para siswa untuk mencapai tujuan dalam progresivisme yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan yang mereka hadapi.Â
Proses kontak sosial secara tatap muka terutama antara individu dengan kelompok dalam hal ini dapat diartikan sebagai pendidik dengan para terdidik berlangsung dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Akan tetapi, proses kontak sosial secara sekunder dapat juga terjadi ketika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan teknologi seperti gadget atau laptop. Adanya kontak sosial sekunder tidak terlepas dari progresivisme yang memfokuskan pendidikan dengan mendidik para siswa yang produktif dalam dunia yang maju dan semakin berubah saat ini.Â
Seperti contohnya ketika terjadi wabah pandemi covid-19 yang berlangsung beberapa tahun sebelumnya. Kontak sosial secara Sekunder dalam pembelajaran di sekolah wajib dilakukan karena tidak dimungkinkan untuk bertemu secara tatap muka ketika pandemi tersebut terjadi. Proses pembelajaran kemudian dialihkan dengan melalui aplikasi Zoom atau Google meet. Pengembangan diri ketika masa pandemi tersebut bagi siswa dalam belajar sangat diperlukan karena guru sebagai pengajar hanya bertemu melalui aplikasi yang tersedia tersebut. Sejalan dengan progresivisme, kemampuan yang dimiliki siswa untuk belajar melalui aplikasi tersebut sangat diperlukan karena tidak adanya guru sebagai pendidik yang mendampingi secara langsung.Â
Disamping itu, interaksi sosial yang terjadi di sekolah lebih bersifat positif dibandingkan dengan sifat negatif karena pada dasarnya proses pendidikan dalam teori progresivisme itu mengarah ke kemajuan. Proses pendidikan yang dilakukan di lembaga sekolah dalam progresivisme terdapat kerjasama antara pendidik dan terdidik untuk saling mencapai tujuan mereka di mana peserta didik diharapkan mampu untuk memiliki kemampuan pribadi dalam pemecahan masalah dan pendidik dapat menyampaikan pengetahuan yang dimiliki dalam proses pembelajaran.Â
Interaksi sosial dengan komunikasi yang baik antara pendidik dan para siswa juga sangat diperlukan. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan memberikan suatu kerjasama antara dua pihak untuk bersama-sama dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Namun ketika adanya interaksi sosial yang bersifat negatif yaitu ketika kesalah pahaman antara peserta didik dan guru, interaksi sosial dengan bentuk akomodasi patut untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar peserta didik atau pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik masih tetap pada taraf kerjasama dalam mencapai progresivisme.Â
Kemampuan yang dimiliki para siswa dalam pembelajaran di sekolah juga tidak terlepas dari permasalahan yang mereka hadapi. Contohnya ketika terdapat suatu persaingan antara siswa A dan siswa B untuk mencapai tujuan yaitu untuk mendapatkan peringkat 1 dalam suatu kelas. Dalam persaingan tersebut yang meraih peringkat 1 yaitu siswa A. Siswa B merasa kecewa dengan kemampuan yang dimilikinya karena tidak mampu untuk meraih peringkat . Adanya perbedaan peringkat dari dua belah pihak yang didasari persaingan untuk mendapatkan peringkat 1 harus terjalin interaksi sosial dengan asimilasi (assimilation) yang bertujuan untuk mengintegrasi suatu perbedaan dalam hal ini perbedaan peringkat.Â