Mohon tunggu...
SOVI MARIYANA
SOVI MARIYANA Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Saya adalah guru kelas VI di sebuah sekolah dasar yaitu SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Saat ini saya sedang mengikuti pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan 5 selama 6 bulan, dan sudah berjalan hampir 3 bulan. Program tersebut adalah sebuah program peningkatan kompetensi guru yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi dibawah. Salah satu tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) adalah membuat berbagai kreatifitas baik berupa tulisan, video, poster, atau karya apapun yang berkolerasi dengan pendidikan. Menulis adalah salah satu hobi saya. Maka melalui PGP saya menuangkan hobi menulis saya, dan melalui media Kompasiana ini, saya ingin berbagi tulisan, pengalaman, dan cerita saya khusus dalam dunia saya sebagai aktor pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Dwi Mingguan CGP 5 Sumenep Modul 3.1

13 November 2022   05:51 Diperbarui: 13 November 2022   05:51 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Menarik sekali, mengambil keputusan tapi berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Yang terbersit dipikiran saya adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan tapi berberbasis nilai-nilai kebajikan. Bukan sekedar sebagai manusia atau guru tapi sebagai pemimpin. Nilai-nilai kebajikan seperti apakah yang mendasari sebuah pengambilan keputusan, dan mengapa sebagai pemimpin, bukan sebagai guru. itu yang pertama menjadi pertanyaan buat saya. Ternyata pengambilan keputusan tidak seperti apa yang menjadi pemikiran dan pengalaman saya selama ini. Selama ini, pengambilan keputusan cukup dilakukan dengan melihat hal paling baik yang bisa kita dapat saat ini dan untuk esok hari, berdasar suara terbanyak, atau kesepakatan bersama. Itu prinsip yang bisa mendasari ketika kami melakukan pengambilan keputusan selama ini, terutama dikelas saat melibatkan siswa. Ternyata ketika belajar modul 3.1 ini, pengambilan keputusan tidak sesederhana itu, apalagi ketika dihadapkan pada kebutuhan belajar siswa. Tidak sekedar pada apa yang paling menguntungkan yang bisa kita dapat, tapi bagaimana sebuah keputusan itu telah memenuhi 3 dasar pengambilan keputusan yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan.

Ketiga dasar dalam pengambilan keputusan itu adalah, yang pertama bagaimana sebuah keputusan berpihak pada murid, mampu mengakomodir apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan belajar muird, sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan hak mereka sebagai murid dalam memperoleh kemerdekaan belajar.  Yang kedua sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan, dan yang ketiga berdasar pada nilai-nilai kebajikan. Apa itu nilai-nilai kebajikan ?. Nilai-nilai kebajikan adalah hal berharga yang ada dalam diri kita yang harus dijaga yang berupa keadilan, keselamatan, tanggung jawab, kejujuran, rasa syukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, berkomitmen, percaya diri, kesabaran, keamanan, dan tentu masih banyak hal lain yang bisa menjadi sebuah nilai kebajikan. Jadi sebuah keputusan bagaimana mengandung nilai-nilai kebajikan tersebut.

Maka setelah belajar modul ini, ketika saya dihadapkan pada sebuah pengambilan keputusan, saya langsung akan berpikir, apakah dalam keputusan yang saya ambil sudah mencakup minimal tiga dasar pengambilan keputusan ini, jika sudah, artinya bisa dikatakan saya telah mengambil keputusan yang tepat, jika belum, maka saya akan berpikir ulang, keputusan yang bagaimana yang harus saya ambil agar keputusan saya mampu mencakup ketiga dasar keputusan ini.  Memang pengambilan keputusan minal berdasarkan tiga dasar pengambilan keputusan ini belum cukup, apalagi ketika kita dihadapkan pada dilema etika atau bujukan moral. Tentu bukan hal yang mudah untuk mengambil keputusan, banyak hal rumit lain yang menjadi pertimbangan sebuah pengambilan keputusan. Itulah mengapa dalam pengambilan keputusan ini adalah berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, bukan sebagai manusia atau guru. Karena Guru memiliki peran salah satunya sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin perubahan atau agen of change. Pemimpin artinya didepan, mempelopori, menggerakkan, mengkoordinir, teladan bagi sekitarnya. Maka dalam pengambilan keputusan, bagaimana seorang guru mampu mengakomodir bagi kebutuhan sekitarnya, mampu menggerakkan sekitarnya menuju transformasi, dan mampu diterima dengan bahagia agar dalam pelaksanaannya, setiap orang mampu bertanggung jawab dan melaksanakan segala keputusan dengan penuh tanggung jawab dan bahagia.

Ketika berhasil mengambil keputusan dengan berdasar pada ketiga dasar pengambilan keputusan tersebut, ada rasa bangga bahwa saya telah berhasil mempraktekkan ilmu yang saya dapat dengan baik, tapi tidak cukup sampai disitu, ketika dihadapkan sebuah situasi dilema etika atau bujukan moral, setelah pengambilan keputusan, ada rasa yang kurang pas, karena ternyata keputusan itu tidak tepat untuk waktu berikutnya, ada sisi lemah yang saya lihat terhadap murid yang saya beri keputusan. Ternyata faktor-faktor yang harus saya lakukan dalam pengambilan keputusan dengan berdasar pada ketiga dasar tersebut belum cukup, ada hal lain yang harus kita lakukan agar keputusan kita tak hanya tepat untuk diri kita dan murid tersebut, tapi juga bagaimana keputusan itu juga bisa diterima oleh orang lain dengan baik dan sesuai norma yang ada. Maka ada sebuah prinsip dalam pengambilan keputusan yang juga harus saya jadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Prinsip itu adalah berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Maka setiap keputusan yang saya ambil harus juga dipikrikan bagaimana hasil akhirnya, semisal, apakah dampak bagi murid dan sekitar dan apakah sebagian bersar orang lain juga bisa setuju dan menerima, apakah saya menjadikan nilai-nilai kebajikan sebagai dasar atau aturan.

Sebagai seorang pemimpin, tentu harus bijak dalam melakukan hal apapun termasuk pengambilan keputusan, ternyata penting kiranya melibatkan orang lain, bahkan mungkin seseorang yang lebih senior dari kita. Agar keputusan kita ada yang mengoreksi, ada yang memberi pertimbangan, dengan pengetahuan dan pengalaman mereka yang lebih dari kita, dan itu tentu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Bisa jadi sebuah keputusan bijak untuk satu orang tapi tidak untuk orang banyak, mungkin sebuah keputusan tepat untuk saat ini tapi tidak untuk lain waktu. Dari pengalaman ini, melibatkan orang lain pernting kiranya dalam sebuah pengambilan keputusan, agar keputusan kita bisa dipertanggung jawabkan, tak hanya berpihak pada murid tapi juga tidak merugikan hal lain.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun