Menyenangkan hati orang lain itu ibadah, membuat orang  tersenyum itu ibadah sedekah yang tidak sulit dilakukan. Di bulan suci Ramadhan, sudah pasti ibadah kita  yang dilakukan dengan ikhlas akan dilipatgandakan pahalanya. Bisa dibayangkan jika secuil sedekah, yang membuat orang tersenyum dicatat malaikat pahalanya berlipat ganda... Duh betapa menyenangkannya Ramadhan.Â
Karena itu Ramadhan bulan yang dirindukan dan dinantikan. Itulah kenapa anak-anak saya senang menjalankan  ibadah puasa di bulan Ramadhan sedari kecil.
Ketika beberapa ibu menanyakan betapa tidak sulitnya saya sebagai ibu mengajak anak-anak puasa. Libatkan semua kegiatan Ramadhan bersama anak. Termasuk sedekah itu sudah dilakukan anak-anak sedari kecil.
Jangan menunggu kaya baru bersedekah, atau punya sejumlah uang. Sedekah bukan nilai uang, tapi niat baik. Jangan heran jika anak-anak saya yang ikut jualan biasanya menyisihkan uangnya sendiri untuk dimasukkan di celengan masjid setiap Jum'at. Atau ia berbagi makanan pada teman mereka saat tertentu.
Istilah connecting happiness bagi roastery kopi seperti saya atau banyak teman roastery itu pada masa kami mulai beroperasional sudah ada dalam niatan kami dan harus. Ingin usaha lancar, harus ingat sedekah, kondisi sulit seperti sekarang karena perekonomian terombang ambing oleh Virus Corona, harus tetap bersedekah, mulailah dari yang paling mudah.
Sedekah Ilmu
Sedekah ilmu, ilmu pengetahuan yang bermanfaat adalah yang bisa dinikmati banyak orang. Awal kami mencari kopi Lahat yang bagus, baik, dan enak, itu sangat sulit. Mereka para petani sudah biasa memelihara kopi sembarangan yang penting hidup, berbunga, berbuah dan dipetik. Sedih kan, wajar kan harganya murah karena kualitas kopinya rendah.Â
Padahal kopi robusta Lahat itu enak sekali, dengan aroma khas menyengat, menenangkan, rasa coklat kacang yang padat, sulit menceritakan nikmatnya. Lalu, dalam hati saya mulai mengulik-ulik kopi mulai dari cari kopi dari pohon tua dan petik merah, dikupas kulit manisnya, hingga hadir seduhan di meja.
Itu yang saya kembalikan pada petani, terutama ibu-ibu petani, saya ajak menyeduh di kebun atau di pekarangan rumah mereka sambil menjemur kopi. Alat seduh manual yang lucu-lucu saya bawa pada mereka. Kusisipi ilmu didalamnya, jadi setiap jalan-jalan saya melakukan sedikit coffee talk dari hal yang sederhana.Â
Dari sana saya juga belajar banyak mengerti kondisi dan keterbatasan, membuka wawasan dan mengubah mindset yang salah itu sulit, jika kita tidak pakai keikhlasan. Pergerakan itu saya lakukan sendiri sejak 2016. Saya tahu di belahan tempat lainnya banyak teman saya juga melakukannya.Â