Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Perempuan Masa Lalu dan Kini

22 Desember 2018   21:04 Diperbarui: 23 Desember 2018   12:26 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ibu yang diperingati di setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya, bahwa penulis berpikir hanya karena ditetapkan saat kongres perempuan pada tahun 1928 lalu. Yang diperkirakan saat itu hadir sekitar 300 an organisasi perempuan, sementara isu yang diangkat tentang kesamaan hak perempuan, bukan sebagai perempuan domestik pemangku kebijakan rumah saja, perceraian dan peran serta perempuan dalam perjuangan kemerdekaan.  

Dan sempat terbersit bahwa ketika itu mungkin dimulai perjuangan Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, atau hanya segelintir perempuan saja. Nyatanya dari beberapa informasi yang di dapat untuk ruang lingkup Sumatera Selatan dan terutama tanah Pasemah (Besemah) sejak jaman dahulu kala, perempuan memiliki peran penting dan tak sekedar euforia sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan, tapi lebih dari itu tentang pelajaran budi pekerti, pendidikan anak sejak dini di mulai oleh seorang ibu sebagai simbolisasi penebar kasih sayang.

Sedari pagi penulis berusaha mencari beberapa hal penting tentang perempuan atau ibu yang menjadi sosok penting kekinian. Kejadian yang kental terbayang, sehari sebelum 22 Desember 2018, seorang perempuan paruh baya sebagai ibu tunggal yang memiliki seorang anak perempuan yang berlarian di tengah hujan mencari pamannya yang tuna runggu. 

Perempuan ini dahulu dirawat neneknya, sejak kecil dilindungi pamannya yang tuna runggu tersebut, bisa  dibayangkan kini tubuh kecil perempuan yang merawat lelaki ini sendiri bersama putrinya. Besar paman yang dua kali tubuh mereka, hilang di tengah hujan di belantara dusun, harus dicari hingga dapat. Itulah ibu sejati menurut penulis, tangguh secara ekonomis, dan tangguh menghadapi terjangan hidup.

Lalu  teringat dengan sosok Dewi Sri, simbol kesuburan dan pertanian masa lalu, ternyata setelah menghubungi arkeolog perempuan dari Balai Arkeologi (Balar) Palembang, Retno Purwanti. Diperoleh informasi bahwa dari informasi yang didapatinya dari mantan Dosen Sejarah Universitas Sriwijaya (almarhum) Marzuki yang merupakan putra Pagaralam. 

Bahwa di Pagaralam dan Lahat menurut penutur sosok Dewi Sri ada. "Cuma sebutannya saya tidak tahu, almarhum pak Marzuki pernah cerita pada saya bahwa pembagian rumah tradisional di Pagaralam sama persis dengan di Jawa. Di mana ada tiga ruang, yang berderet dan yang tengah dikosongkan karena untuk menaruh sesaji untuk sosok Dewi Sri," ungkap Retno Purwanti. 

Yakni sosok perlambang kesuburan dan pertanian, temuan dari penuturan masyarakat Lahat  pula meyakini penulis bahwa keterlibatan perempuan dalam pertanian dan kesuburan sudah ada sejak lampau.  

Keterangan foto : perempuan pemetik kopi di Bukit Bunian, Merapi Selatan (2014)

dokpri
dokpri
keterangan foto :  salah satu situs megalitik Pasemah mengambarkan ibu dan anak, sumber Balai Arkeologi Palembang

Tentang Kesultanan Palembang sendiri ditambahkan Retno, dari catatan JL Van Sevenhoven seorang Belanda bahwa perempuan Palembang secara ekonomi lebih mandiri dibandingkan kaum lelaki. 

Perempuan elit kala itu menenun songket dan membuat kerajinan lainnya, kemudian dijual oleh para pembantu para puteri-puteri tersebut. Hal ini terjadi saat kesultanan palembang dihapuskan Belanda dan para elit keraton tak punya kekuasaan apapun untuk mencukupi perekonomian keluarga, justru perempuan mereka menjadi kreatif dan mandiri menghidupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun