Umum
Food waste atau pemborosan makanan merupakan salah satu isu global yang berdampak luas, mulai dari lingkungan hingga ekonomi dan sosial. Di Indonesia, tingkat food waste tergolong tinggi.
Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 23-48 juta ton food waste per tahun, yang setara dengan 115-184 kg per kapita. Situasi ini sangat mengkhawatirkan karena setiap makanan yang terbuang tidak hanya menyia-nyiakan sumber daya, seperti air, tanah, dan tenaga kerja, tetapi juga berdampak langsung pada pemanasan global melalui emisi gas rumah kaca.
Penyebab Terjadinya Food Waste
Permasalahan sisa sampah makanan ini memiliki beberapa penyebab utama, salah satu yang utama adalah tentang porsi makanan dan perilaku konsumen. Budaya “lebih baik lebih daripada kurang” mendorong konsumsi makanan yang berlebih oleh masyarakat. Sehingga berdampak pada sisa/surplus makanan yang banyak jumlahnya dan berujung menjadi sampah/waste.
Pertimbangan adanya perilaku konsumsi berlebih inilah yang menjadikan strategi perubahan perilaku sebagai prioritas tinggi yang direkomendasikan Bappenas .Fokus penanganan sampah sisa makanan adalah mencegah makanan berlebih sehingga tak jadi sampah, atau setidaknya jika makanan berlebih, maka diadakan pemanfaatan ulang (re-use) dari kelebihan/surplus makanan tersebut. Pendekatan ini dapat akan melibatkan keseluruhan rantai pasok makanan.
Dampak Food Waste
Makanan yang terbuang menambah volume sampah, khususnya di tempat pembuangan akhir (TPA), yang menyumbang emisi gas metana gas rumah kaca yang lebih kuat dari karbon dioksida dalam memicu perubahan iklim. Setiap makanan yang tidak habis menghabiskan sumber daya alam seperti air, lahan pertanian, dan energi yang digunakan selama proses produksi, distribusi, hingga konsumsi.
Pemborosan makanan berdampak negatif terhadap ekonomi. Di Indonesia, food waste diperkirakan menyia-nyiakan potensi ekonomi sebesar 213 hingga 551 triliun rupiah setiap tahun. Food waste juga meningkatkan biaya pengelolaan sampah, memperberat beban infrastruktur persampahan kota, dan merugikan industri pangan.
Ironisnya, di tengah tingginya angka food waste, Indonesia masih menghadapi masalah ketahanan pangan, dengan banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses terhadap makanan bergizi.