Ilmu sosiologi pada awalnya lahir dari seorang filsuf Perancis Auguste Comte tentang  perkembangan masyarakat dari teologis, metafisik, dan positif dalam bukunya di tahun 1830 dan 1842 berjudul Course of Positive Philosophy. Namun, sebelum filsuf Perancis ini banyak sosiolog yang juga memberikan label pada Ibnu Khaldun sebagai "bapak sosiologi" karena pemikirannya yang mendalam tentang masyarakat, sejarah, dan perubahan sosial telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu sosial modern. Karya monumental Ibnu Khaldun ini ditulis sekitar tahun 1377 dan dianggap sebagai salah satu buku sosiologi paling penting dalam sejarah.
Dua tokoh legenda sosiologi baik Auguste Comte maupun Ibnu Khaldun memberikan konstribusi pemikiran juga pada sektor ekonomi. Misalnya Auguste Comte dalam "The law of three stages" Comte mengusulkan bahwa perkembangan intelektual manusia melalui tiga tahap dari teologis, metafisik, dan positif. Dalam tahap positif, ilmu ekonomi berkembang melalui penerapan metode ilmiah untuk memahami dan mengatur aktivitas ekonomi. Kemudian Ibnu Khaldun, beliau melihat ekonomi sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat dan saling terkait dengan aspek-aspek lain seperti politik, budaya, dan sosial. mengamati adanya siklus naik turunnya perekonomian suatu negara. Dalam kitabnya yang monumental, Al-Muqaddimah, "Asabiyyah" yang kuat dapat mendorong semangat kerja keras dan inovasi, sehingga memicu pertumbuhan ekonomi.
Ibnu Khaldun, merumuskan teori nilai yang didasarkan pada dua faktor utama, yaitu nilai guna dan kelangkaan. Nilai guna mengacu pada utilitas atau manfaat suatu barang bagi manusia. Semakin vital suatu barang bagi kehidupan, semakin tinggi nilainya. Teori nilai Ibnu Khaldun ini, yang dirumuskan berabad-abad lalu, ternyata masih relevan dalam memahami dinamika ekonomi modern, dari fluktuasi nilai mata uang fiat antar negara baik USD dengan EURO, harga saham NVIDIA karena adanya kebutuhan utilitas suatu microchip bagi teknologi, dan bitcoin yang memiliki kelangkaan karena batas maksimum suplai cuma 21 juta bitcoin.
Sedangkan Comte percaya bahwa pendekatan positivisme, yang menekankan observasi empiris dan metode ilmiah, sangat bergantung pada matematika. Tentunya, ketika melakukan aktivitas trading dan investasi faktor positivisme ini sangat diperlukan sebagai fundamental dalam membuat keputusan investasi. Membaca laporan keuangan perusahaan, membaca teknikal analisa pada chart, pola candelstick, tentu menggunakan analisa ilmiah dan empiris. Ia melihat matematika sebagai alat yang esensial untuk mengembangkan hukum-hukum ilmiah yang dapat diverifikasi, sehingga aktivitas trading dan investasi bukan masuk kategori teologis atau artinya judi togel yang beli dan jual sekedar pada angka supranatural.
Dua tokoh legenda sosiolog sebagai pengantar gagasan bahwa ilmu sosiologi relevan menjadi salah satu pendekatan untuk trading dan investasi pada forex, saham, dan kripto. Selain tokoh dan teori di atas kemudian ada beberapa tokoh dan teori yang masih relevan dalam menganalisa trading dan investasi ini.
Beberapa tokoh dan teori sosiologi sebagai berikut:
- Max Weber tentang teori tindakan sosial dan konsep rasionalisasi
- Karl Marx tentang teori materialisme historis dan konflik sosial
- Emile Durkheim tentang teori fungsionalisme dan konsep anomie
- Talcott Parsons tentang teori sistem sosial
- Pierre Bourdieu tentang konsep habitus, modal sosial, dan kekerasan simbolik, kekuasaan dan stratifikasi sosial.
- Anthony Giddens tentang teori strukturasi, institusi sosial dan agen individu saling berinteraksi.
- Immanuel Wallerstein tentang teori sistem dunia.
- George Ritzer tentang konsep McDonaldization dan Americanization.
Tulisan selanjutnya akan memberikan gagasan tentang pendekatan sosiologis dalam menganalisa forex, saham, dan kripto. Semoga tulisan saya dapat membantu dan mempermudah Anda dalam investasi. Silahkan follow media sosial saya di instagram, thread, dan tiktok dengan " sosiolognrl " sebagai sosiolog forex, sosiolog saham, dan sosiolog kripto. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H