Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi dan Jalan Tengah

6 Maret 2019   08:54 Diperbarui: 6 Maret 2019   15:06 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini Jokowi dalam berkampanye dia mengeluarkan janji baru diantaranya apabila dia terpilih lagi, akan mengeluarkan kartu orang yang dalam masa mencari kerja atau "kartu pra pekerja" serta janji janji lain terkait pemberdayaan perempuan berupa pelatihan-pelatihan.

Turun tangannya pemerintah dalam menjamin para pencari kerja seakan-akan Jokowi memilih bagian untuk condong ke sosialisme atau komunisme, di mana peran pemerintah sangat dominan dalam mengelola negara. 

Terlebih ketika pada masa pemerintahannya, pemerintah berhasil mencaplok 51% saham freeport serta Blok Rokan di antaranya. Kenyataan ini menjadikan Jokowi sangat kental dengan rona sosialisme. Tetapi ketika kita hanya melihat pakai kacamata kuda, kita akan salah menilai jokowi.

Pada saat yang sama Jokowi membangun infrastruktur yang masif baik jalan, pelabuhan serta bandar udara, dengan diimbangi proses perijinan usaha yang dipersingkat, membiarkan investor masuk, yang mana secara kasat mata Jokowi membiarkan iklim investasi untuk meningkatkan aspek perekonomian. Kembali lagi kalau Jokowi dilihat dengan pandangan sempit dia akan dimusuhi kaum kiri sebagai bagian dari agen kapitalis.

Jokowi juga melakukan gerakan-gerakan yang mana dia menunjukkan jati dirinya sebagai seorang muslim tulen dan melemparkan Ide hari santri, dengan santainya mengenakan sarung dan pada pemilihan presiden 2019 ini, Dia menggandeng seorang pemimpin agama untuk menjadi patronnya dalam mengelola negara, dan pilihan ini menjadikan pihak minoritas gerah, karena Dia seakan-akan lebih cenderung memilih Islam dalam mengelola negara.

Memang Kapitalisme, Sosialisme dan Agama menjadi gerakan yang tidak berhenti  dan kebanyakan gerakannya saling menelikung dan mematikan. Begitu banyak perang dan darah tertumpah karena masing masing ngotot dengan ideologinya. Tetapi Jokowi mengerti, memilih salah satu dari itu adalah mustahil, karena Indonesia begitu luas dan beragam serta membahayakan negara.

Sehingga dia mengambil jalan atau mungkin yang lebih tepat meluruskan arah bangsa ini kembali ke Pancasila, dimana Pancasila didirikan sebagai jalan tengah terhadap diskursus Kapitalisme, Sosialisme dan Agama dalam pengelolaan negara dan itu juga membuat bergolak, setelah selama ini kapitalisme dan agama berselingkuh puluhan tahun di negara ini. Banyak sekali kepentingan yang terancam karena pilihan ini dan itu resiko yang harus diambil demi masa depan bangsa.

Kita bisa lihat, siapa lawan lawan Jokowi saat ini, mereka adalah agen kapitalis dan agama yang selama beberapa tahun terakhir mabuk oleh madu kekuasaan, memang tidak enak didongkel dari zona nyaman khan.

Pancasila adalah jalan tengah dari keriuhan pasar ideologi, dan anak ideologi pancasila ini sedang berlari di depan kita untuk menuju kejayaan, berkompromilah, jangan paksakan kehendak. Demi kepentingan bangsa, janganlah ngotot memaksakan kita menjadi Negara Kapitalis, Negara Sosialis atau negara teokrasi. 

Kita Pancasila dan Jokowi sedang memimpin di depan kita membawa panji Pancasila untuk kejayaan Indonesia, ikuti arus ini atau terlempar oleh kejamnya sejarah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun