Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rembulan Senyap yang Menghipnotis

2 Januari 2019   16:30 Diperbarui: 2 Januari 2019   16:37 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.darkecountyparks.org

Dia begitu cantik sehingga selalu saja aku memanggilnya dengan panggilan 'Can'. Usia hanya pulasan kuas untuk membuatnya semakin mempesona. 

Hari itu untuk kedua kali aku menyakitinya dengan meninggalkan dia  sendirian setelah membuat hatinya tertambat. Memang jiwa tualang dan bajinganku terlalu rentan dan rapuh untuk terikat oleh  hati serta desahannya, seraya menyumpahi jiwa busuk dan suram yang selalu pergi bersamaku serasa bayangan.

Setelah berjarak dan ada sekat waktu yang panjang disitu aku bisa melihat bahwa aku tidak bisa pergi begitu saja menjauh, karena dia seakan menjadi haluanku tempat aku penengok kembali ketika merasa sendiri dan seakan jalan ke depan tidak menarik untuk dijalani ketika dia tidak ada bersama.

Dalam kesendirian dan kesepianku aku selalu menyapanya "Can, seandainya ruang dan waktu itu bisa diulang, aku akan memilih bersamamu". Dengan segala rupa jalan yang sudah aku lalui. dia memang tidak tergantikan, dia selalu ada kemanapun aku pergi, dia adalah orang yang aku harap menyapaku dengan senyum misterius dan datar ketika ada di kerumunan dan dia juga orang yang akan aku pegang tangannya disaat aku berjalan dalam remang temaram malam.

Kepintarannya dan ungkapan sayang yang tak terucapkan menjadi bagian yang selalu aku rindukan dari dia, dia cuma mengungkapkan sayang dengan perlakukannya, lembut tutur katanya dan pandangan matanya. Matanya selalu bersinar digelapnya malam dan bisikannya seakan angin senja. Dia tidak pernah mengungkapkan kata cinta, tapi aku bisa merasakannya dari tatapan matanya.

Aku penyendiri, tetapi ketika dalam hati bertanya mau dengan siapa harus menjalani sisa sisa perjalanan itu, aku akan selalu menjawab  "Dengan Dia"

Sementara jalan makin sepi dan  hanya sinar rembulan yang menyinari setapak basah dan lembab, sinarnya senyap dan membuai ku dalam salam lamunan tentangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun