Mohon tunggu...
Sosiana Dwi
Sosiana Dwi Mohon Tunggu... -

Architecture ITB 2011

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

GBA 2012: Menyebar Budaya Lewat Semangat Aceh

12 Maret 2012   16:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Matee aneuk meupat jeurat, matee adat pat tamita”

Mati anak ada kuburnya, mati adat kemana dicari - Sultan Iskandar Muda

Budaya merupakan aset yang tak terhingga nilainya, aset yang diturunkan oleh nenek moyang dan terus menerus menjadi identitas bangsa. Begitu pula yang terjadi pada daerah Aceh, sebuah provinsi paling barat Indonesia yang telah memiliki banyak fasa pasang surut kehidupan. Perang melawan penjajah masa Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar, konflik berkepanjangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hingga musibah bencana tsunami pada akhir tahun 2004 lalu.

Dengan bertemakan Bungong Jeumpa yang bermakna semangat dalam mekar maupun layu dan akan terus harum mewangi perhelatan Gelar Budaya Aceh (GBA) 2012 diselenggarakan oleh Unit Kebudayaan Aceh- Institut Teknologi Bandung (UKA ITB). Perhelatan ini berfokus pada penawar semangat yang telah ada di dalam setiap jiwa untuk kembali bergerak lebih untuk Aceh. UKA ITB sendiri berdiri pada tahun 1989 dan telah menjadi ikon budaya Aceh di kota Kembang Bandung. Unit mahasiswa ini tidak hanya diikuti oleh orang yang berasal dari negeri rencong Aceh namun banyak juga oleh berbagai kota di luar Aceh seperti Jakarta dan Bandung.

Dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu Pre-event Pelatihan Tari Saman Massal yang diikuti oleh lebih dari 200 peserta yang telah mengikuti pelatihan selama sebulan, Pameran Budaya bertajuk “Waroeng Aceh” yang mempersembahkan masakan khas dan budaya Aceh, dan puncak acara yaitu Pagelaran Drama Tari Cut Nyak Dhien yang diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB. Ketiga acara ini telah merubah kampus Ganesha selama dua hari (2-3 Maret 2012) menjadi bagaikan di Nanggroe Aceh Darrusallam.

Menghidupkan Cut Nyak Dhien di pasca kemerdekaan

Pada Sabtu, 3 Maret 2012 Sabuga terasa penuh oleh 1000 penonton yang dengan sangat antusias ingin menyaksikan Cut Nyak Dhien lebih dekat. Drama Cut Nyak Dhien menceritakan tentang kepahlawanan Cut Nyak Dhien dalam membela ranah Aceh dari kompeni Belanda sampai beliau dikhianati sahabatnya dan meninggal saat diasingkan di Sumedang (1908). disajikan dengan selingan tari-tarian seperti Rapa’i Geleng, Ranup Lampuan, dan Tari Beudoh yang tak lupa menceritakan filosofis tarian tersebut. Dalam puncak acara tersebut tidak lupa ditampilkan tarian Saman Gayo dari Sanggar Tangan Seribu yang merupakan salah satu warisan budaya yang telah diakui UNESCO sebagai World Incatangible Culture (Warisan budaya nonkebendaaan). Rafly, penyanyi sekaliber Java Jazz juga turut menyumbangkan lagu-lagu yang berasal dari Aceh sehingga Sabuga begitu tersuasanakan oleh budaya Aceh.

Dalam penyajian GBA 2012 ini UKA ITB konsisten dalam menjaga tujuannya memperkenalkan budaya Aceh ke Nusantara terbukti tak satu pun pernak-pernik yang disajikan yang bukan dari Aceh. Bahkan snack, makanan, minuman, souvenir, drama, lagu, semua diambil dari Serambi Mekah ini.

Meneruskan budaya adalah kewajiban manusia berbudaya.

Semangat itu tak kan pernah padam, semangat itu ada pada dirimu - Cut Nyak Dhien

Pelaminan Aceh dan Pengantin Aceh dalam Pameran Budaya bertajuk “Waroeng Kopi”

Makanan Khas Aceh yang berada di Pameran Budaya bertajuk “Waroeng Kopi”

Jajajan khas Aceh yang mungkin tidak ditemui di Jawa

Walaupun hujan 200 peserta tari yang telah dilatih selama sebulan tetap semangat mempraktekan apa yang telah mereka pelajari , tari Ratoh Duek

[caption id="attachment_165904" align="aligncenter" width="300" caption="Sepasang pengantin Aceh berdiri di depan sebuah rumah khas Aceh"][/caption] [caption id="attachment_165905" align="aligncenter" width="300" caption="Jajanan Khas aceh dalam Pameran Aceh"]

1331568124981484589
1331568124981484589
[/caption] [caption id="attachment_165907" align="aligncenter" width="300" caption="200 Penari Ratoh Duek menarikan hasil tariannya di bawah guyuran hujan hari Jumat yang lali"]
1331568265748021215
1331568265748021215
[/caption] [caption id="attachment_165908" align="aligncenter" width="300" caption="Miniatur rumah khas Aceh yang dibuat oleh anak UKA sendiri"]
1331568372573662041
1331568372573662041
[/caption] [caption id="attachment_165909" align="aligncenter" width="300" caption="Saman Gayo oleh tangan seribu tangan"]
1331568431733007004
1331568431733007004
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun