Mohon tunggu...
Sosa Male Signatori
Sosa Male Signatori Mohon Tunggu... -

Male Signatori

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Sudah Merdeka! Ahh.. Saya Ragu.

17 Agustus 2010   15:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., di-selenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang se-singkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta

Pagi hari 17 agustus 1945 teks tersebut dibacakan oleh ir. Soekarno yang disambung pidato singkat tanpa naskah. Kemudian sang saka merah putih dikibarkan oleh Latief Hendraningrat (seorang prajurit PETA) yang dibantu oleh Soehoed dalam tugasnya tersebut. Indonesia menyatakan kemerdekaannya saat itu.

Itu sudah 65 tahun lalu. Apa sekarang Indonesia masih merdeka? Mari kita cari tahu. Siapkan pedang ditangan kananmu dan sebuah ikat kepala bersimpul. Simpan pertanyaan mu tentang mengapa harus mempersiapkan pedang. Dan lihatlah yang terjadi saat ini.

Merdeka, dalam Kamus Bahasa Indonesia sama artinya dengan bebas, dapat mengatur dan melaksanakan sesuatu dengan kemauan sendiri, tanpa adanya paksaan, ancaman, atau tekanan orang lain. Mungkin arti merdeka yang dipakai saat itu adalah bebas dari penjajahan, pemaksaan dan pembodohan yang dilakukan Belanda dan Jepang pada ratusan tahun lalu. Sekarang 2010, 65 tahun berselang setelah teks proklamasi dibacakan. Apa kita masih merdeka? Saya ragu untuk menjawab kalau kita masih merdeka. Penjajahan itu masih bertahan hingga saat ini. Pihak-pihak yang dahulu pergi kini kembali berdatangan. Menyusup dan menyamar bagai peri kecil baik hati, cantik rupawan dengan tongkat sihir dan dengan gaun putih mewah dengan alih-alih memberikan kehidupan yang layak, kebebasan, kesejahteraan dan banyak janji lainnya. Saat kita terbuai dengan tingkahnya, mereka membiarkan kita masuk lalu menjajah yang kemudian memenjarakan korbannya. Kurang lebih sama dengan apa yang terjadi saat pertama kali Belanda berlabuh di daratan Indonesia. Sudah melihat rumah-rumah peri kecil tersebut? Bagaimana mereka kembali menjajah kita? Coba saja datang ke daerah kawasan industri di daerah anda. Dengan sistem kontrak yang berlaku saat ini banyak berjajar pabrik-pabrik Jepang, Amerika bahkan ada pabrik Malaysia yang mempekerjakan karyawannya pada hari ini. “dipaksa” atau “terpaksa” ya? Saya sempat bertanya kepada seorang operator pabrik yang masuk kerja pada hari ini.“Mas hari ini kan 17an. Bukannya libur?”

“Iya yang lain sih libur klu saya harus tetap masuk ya memang sih ada uang tambahannya”.

“Ohh gitu ya! Dipaksa atau terpaksa sih mas?”.

“Gimana ya. Saya jg bingung jawabnya. Ya kalau pekerja biasa seperti saya sih alasannya terpaksa. Mereka itu mempekerjakan kita dengan hitungan per jam. Saya tau hari ini hari kemerdekaan. Harusnya “bebas” tapi mau gimana lagi toh anak dan istri saya juga ingin merasakan pakai baju baru dihari lebaran nanti”.

Salah siapa kalau keadaan sudah seperti ini? Pemerintah tak mampu menyediakan lapangan kerja yang mampu meresap pengangguran yang ada di negeri ini. Sehingga kita “terpaksa” menjadi pelayan di rumah sendiri. Ya mau ga mau. Harus gimana lagi. Angka pengguran memasuki angka 10% dari jumlah penduduk Negara ini. Sedangkan pertumbuhan ekonominya hanya -+5%. Mencari kerja di luar negeri? Bukan alasan yang tepat pula. Menjadi TKI atau TKW kerap mendapatkan perlakuan yang kadang bisa dibilang tak berperi kemanusian. Mendapatkan siksaan dan tidak mendapatkan upah setelah lama bekerja mejadi cerita lama bagi mereka yang mencoba bekerja di Negara tetangga. Membangun gedung-gedung bertingkat untuk Negara lain, rumah mewah untuk orang lain dan menjadi pekerja dirumah yang sepi.

Apa kita sudah merdeka? Ahh.. saya ragu.

Kita itu masih dijajah Negara lain.

Negara lain itu menerapkan sistem kontrak untuk pekerja kita yang artinya bekerja dalam jangka waktu tertentu saja dan jangka waktu pada kontrak kedua tidak boleh melebihi jangka pada kontrak pertama. Nahh kalau perjanjian kontrak hanya 3 bulan mau planning apa kita dengan jangka waktu kerja 3 bulan. Bisa makan di bulan selanjutnya saja sudah cukup. Dipakai saat produktif lalu dibuang begitu saja. Lalu bagaimana? Mau kerja sebagai PNS? Siapkan dana puluhan bahkan seratus juta untuk menembusnya. Tak habis pikir saat ini. Belum lama saya mendengar jika ingin menjadi PNS harus menyiapkan dana sebesar itu. Kalau tidak ada ya harus ikut tes dengan segala kerumitannya. tidak hanya terjajah oleh Negara lain. Kita juga terjajah oleh bangsa sendiri. Pembodohan, pemerasan, pengguran, kemiskinan, korupsi masih belum terbebaskan di negara ini.

Bahkan kepolisian yang seharusnya menjadi pengayom saja kadang berpikiran aneh saat ini. Teringat kejadian tragis bberapa minggu lalu yang terjadi di daerah bekasi. Seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor mengalami kecelakaan dan meninggal atas kejadian tersebut. Mayatnya berada di rumah sakit terdekat dari tempat kejadian. Sanak saudaranya pun dikabarkan. Pemuda yang bertempat tinggal ditanggerang itu memang bekerja di daerah bekasi. Pagi hari setelah kejadian itu berkumpulah istri dan keluarga drumah sakit tersebut yang bermaksud membawa almarhum pulang untuk kemudian dikebumikan pada siang harinya. Tapi polisi tidak mengizinkan almarhum dibawa pulang sebelum mengurus surat di polsek terdekat. Usaha keluarga almarhum pun dipersulit oleh pemikiran “aneh” kepolisian yang menyatakan bahwa keluarga diharuskan membayar Rp 250.000. Uang ketertiban katanya. Konyol memang, saat pagi hari tadi sekolah-sekolah dan pemerintah melakukan upacara kemerdekaan yg menyatakan bahwa Negara ini sudah merdeka dan kita harus melanjutkan kemerdekaan tersebut tetapi ada saja oknum-oknum yang menjajah bangsanya sendiri. Yang sudah meninggal saja dipersulit. Ckckck..

Apakah kita sudah merdeka? Ahh.. saya ragu.

Tak hanya masih dijajah Negara lain tapi saat ini kita dijajah oleh bangsa sendiri.

menurut data ICW kepolisian adalah lembaga terkorup di Indonesia. Rekening jendralnya saja disembunyikan tak heran jika anggotanya berimprovisasi untuk memperkaya diri. Belum lagi kelakuan anggota-anggotanya yg hanya minum kopi dan merokok saat jam kerja disebuah komplek perumahan (datang kerumah saya, saya bisa menunjukan tempatnya).

Mungkin karena bulan puasa pemerintah lamban, lesu, lemas dan kurang darah menanggapi hal-hal tersebut. Tapi apa harus menerima seperti ini? Tidak. Masih menyimpan pedangmu sahabat? Mari bangun dengan ikat kepala bersimpul itu. Ikatkan dan mari bersama rebut kebebasan yang sebenarnya, kemerdekaan yang sebenarnya. Musuhnya adalah Negara luar dan oknum-oknum yang membodohi , memeras, dan menyiksa bangsanya sendiri. Berpedangkan pemikiran untuk menjadi lebih baik bertamengkan keyakinan dengan visi paling tidak kita tidak membayar Rp 250.000 pada saat akan dikebumikan nanti. Mari lakukan apa yang dapat kita lakukan untuk Negara ini.

Apa kita bisa merdeka? Ya! Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun