Budaya organisasi memiliki hubungan yang erat dengan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuannya. Budaya organisasi yang baik senantiasa berimbas pada efektivitas organisasi. Adanya kegagalan organisasi biasanya disebabkan karena tidak efektivitasnya organisasi tersebut. Setiap negara memiliki budaya organisasinya masing-masing. Perbedaan budaya organisasi tiap negara nantinya akan berdampak pada keberhasilan organisasi tersebut yang kemudian mengacu pada daya kompetitif bangsa.
Jepang yang kita ketahui sebagai negara dengan peringkat perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, memiliki budaya organisasi yang sering dijadikan panutan oleh organisasi dari berbagai negara. Budaya organisasi salah satu perusahaan besar di Jepang “Matsushita Electric Company” sangatlah efektif dalam menekan biaya manufaktur dengan cara melakukan pendesainan kembali produk-produknya. Perusahaan ini pun senantiasa menekankan inti strategi bisnisnya, yaitu terkait dengan globalisasi dan peningkatan produksi yang mengandung teknologi tinggi serta nilai tambah yang besar. Selain terfokus dalam pembuatan produk, sebagian besar perusahaan di Jepang juga memperhatikan aspek penjualan dan pelayanan. Hal tersebutlah yang dapat mengubah citra produk dari low class quality menjadi high class quality yang dapat menembus pasar dunia.
Korea Selatan yang terdaftar sebagai negara industri baru memiliki peringkat cukup tinggi dalam perekonomian terbesar di dunia. Pertumbuhan perekonomian yang sangat pesat tidak luput dari keberhasilan dan efektivitas budaya organisasi di negara tersebut. Perekonomian negara ini memiliki tingkat campur tangan pemerintah yang cukup tinggi. Pemerintah Korea memberikan proteksi secara selektif agar perusahaan local dapat mengembangkan industrinya tanpa ada kendala yang dapat menghambat kemajuan usahanya. Selain itu, sumber daya manusia Korea Selatan memiliki semangat kerja yang tinggi, dilihat dari jumlah jam kerja yang melebihi Jepang. Dengan terciptanya kerjasama terpadu dan efektif antara pemerintah dengan sector yang bersangkutan membuat Korea dapat menguasai industry di pasar domestic dan luar negeri.
Indonesia yang masih terdaftar sebagai negara berkembang memiliki budaya organisasi yang sudah mengakar pada setiap anggota organisasinya. Salah satu perusahaan ternama “Astra Internasional” sering disebut sebagai simbol kemenangan profesionalisme. Perusahaan ini memiliki budaya organisasi yang disebut sebagai Catur Dharma, terdiri dari nation, team work, customer, dan the best. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam budaya organisasi Astra membentuk sumber daya manusianya sanggup bertahan dalam berbagai rintangan. Hal-hal tersebut kemudian yang menjadikan Astra sebagai Asset for Nation yang dibanggakan Indonesia.
Memang tidak semua perusahaan di Indonesia memiliki budaya organisasi yang buruk, seperti halnya Astra Internasional yang dapat menjadi Asset for Nation Indonesia. Kita seharusnya memperhatikan aspek-aspek yang membuat budaya organisasi dapat berjalan efektif, agar perusahaan dan organisasi di Indonesia dapat lebih maju dan menjadikan Indonesia sebagai Negara maju. Berikut ini merupakan ciri-ciri budaya organisasi yang baik menurut O’Reilly, Chatman dan Caldwell :
- Inovasi dan pengambilan resiko. Mencari peluang baru, mengambil resiko, bereksperimen dan tidak merasa terhambat oleh kebijakan dan praktik-praktik formal
- Stabilitas dan keamanan. Menghargai hal-hal yang dapat diduga sebelumnya, keamanan dan penggunaan dari aturan-aturan yang mengarahkan perilaku.
- Penghargaan terhadap orang. Memperlihatkan toleransi, keadilan, dan penghargaan terhadap orang lain.
- Orientasi hasil. Memiliki perhatian dan harapan yang tinggi terhadap hasil, capaian, dan tindakan.
- Orientasi tim dan kolaborasi. Bekerja bersama secara terkoordinansi dan berkolaborasi.
- Keagresifan dan persaingan. Mengambil tindakan tegas terhadap pesaing.
Pada saat ini, perusahaan dan organisasi di Indonesia belum mencapai ciri-ciri budaya organisasi yang baik dan efektif. Andaikan saja perusahaan dan organisasi di Indonesia telah melaksanakan hal tersebut, Negara kita tidak akan kalah maju dengan Negara tetangga yang sudah lebih dulu maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Dengan kondisi sedemikian rupa, Indonesia bisa dikatakan belum siap menghadapi AEC pada tahun 2015. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan suatu tindakan nyata agar dapat merubah kondisi seperti ini. Tindakan nyata yang mudah dilakukan dapat dimulai dari diri sendiri, karena dari perubahan yang kecil dapat merubah suatu hal yang lebih besar. Mental dan sikap yang sudah tertanam pada masyarakat Indonesia, seperti rasa malas, tidak menghargai waktu, semangat kerja yang rendah dan tidak ingin keluar dari zona nyamannya sangat perlu diubah untuk keperluan kemajuan Negara Indonesia. Pada ajang AEC tahun 2015, dimana persaingan dunia kerja semakin ketat. Apabila mental dan sikap SDM Indonesia tidak segera dibenahi, maka Indonesia tidak dapat bersaing, bahkan bisa tenggelam dan dijajah oleh Negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H