Mohon tunggu...
SopiSolihah
SopiSolihah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik/ Persma

Menyukai Perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tarik Minat Generasi Muda Menjadi Petani untuk Menjaga Keagrarisan Indonesia

2 Agustus 2024   10:09 Diperbarui: 2 Agustus 2024   19:25 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Azka Nurazkia)

Indonesia disebut negara agraris dalam artian negara dengan perekonomian bergantung pada pada sektor pertanian. Bahkan alasan Indonesia dijajah pun karena keagrarisan dan keseburan tanah Indonesia yang menumbuhkan berbagai sumber kehidupan. Negara Agraris juga memiliki  arti negara yang mayoritas penduduknya bermata penceharian sebagai petani. Akan tetapi fakta mengatakan hal lain. Saat ini petani Indonesia hanya berjumlah 28,4 juta orang dari 279 juta penduduk Indonesia (Sensus Pertanian 2023 oleh Badan Pusat Statistika).

Data jumlah petani yang tidak menunjukan Indonesia sebagai negara agraris bisa menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan 'apakah banyak yang berminat dan berkeinginan menjadi petani?'. Persoalan harga gabah yang dinilai kurang menguntungkan, hingga stigma buruk terhadap petani yang dianggap belum tentu bermasa depan sukses menjadi alasan berprofesi sebagai petani bukan pekerjaan yang dicita-citakan. 

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyebutkan dirinya ingin profesi petani menjadi sebuah profesi yang menjanjikan dan mensejahterakan. Jokowi juga mengatakan 71% petani Indonesia berasal dari kalangan orang tua (>45) dan hanya 29 % dari kalangan muda (<45) tahun. Data tersebut

Berdasarkan survei Jakpat, Bidang pertanian benar-benar sudah tidak diminati generasi muda teruatama Gen Z.  Hasil survei menyebutkan hanya 6 dari 100 generasi Gen Z dari usia 15-26 tahun yang berkeingin menjadi petani. Ada lima alasan peteni menjadi tidak diminati padahal negara pertanian. Tidak ada pengembangan karir menjadi alasan paling kuat dengan persentasi 36,3 %, diikuti dengan alasan penuh resiko dengan persentasi sebanyak 33,3 %, selanjutnya 20% untuk alasan pendapatan kecil, 14,8 persen pekerjaan yang tidak dihargai, dan terkhir tidak menjanjikan dengan persentasi 12,6%.

Masih dari hasil survei Jakput, diketahui Gen Z memiliki keinginan berprofesi paling banyak di Bidang Pendididkan dengan hasil 15,8 % dari 100 responden. Selanjutnya 13% berkeinginan bekerja dibidang teknologi dan informasi, 11,5% responden mengaku lebih tertarik bekerja di Bidang Kesehatan. Untuk sisanya sebesar 10% menginginkan bekerja di Bidang Pertambangan dan 7 % di Bidang Seni.

            Dari DPMPD Dukcapil Provinsi NTB, dijelaskan bahwa Presiden Republik Indonesia sedang memberikan perhatian khusus untuk kesejahteraan pertain. Selain itu, Pemerintah sangat menyadari petani sering dianggap sebagai kelompok marjinal, yang sebenarnya merupakan kunci untuk mencapai Indonesia sejahtera pangan. Seperti yang selalu diarahkan oleh  Menteri Pertanian, nyawa dari setiap penyusunan kebijakan dan program di sektor pertanian adalah kesejahteraan petani.

Mengkhawatirkan kelangsungan dan masadepan petani tentu adalah hal yang wajar dan salah satu sikap nasionalisme karena menakutkan Indonesia kehilangan identitas yang melekat dalam nama negara Indonesia. Akan tetapi pemerintah pun sudah menyiapkan langkah dan strategi untuk menyikapi hal tersebut.Bersumber dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia  yang di Publikasi pada 3 Juni 2021, membahas mengenai strategi Pemerintah Mendorong ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani adalah bentuk usaha pemerintah untuk merealisasikan kesejahteraan petani Indonesia.

Dalam Siaran pers tersebut, Jokowi menyebutkan 64,13% ekonomi Indonesia masih berasal dari sektor pertanian, industry, perdangangan,kontruksi, dan pertambangan. Setelah digali lebih lanjut, dari kelima sektor tersebut hanya sektor pertanian yang masih mengalamim pertumbuhan positif dengan laju kenaikan sebesar 2,15%. Bahkan fakta yang mungkin tidak semua masyarakat  ketahui, sektor pertanian adalah sektor yang bertahan dimasa pandemic. Bahkan untuk Ekspor pertanian berhasil mengekspor 3% dari total keseluruhan ekspor Indonesia dengan total USD 0,4 miliar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto menjelaskan ada beberapa program yang bentuk untuk menstimulus dan menjaga keseimbangan dalam bidang pertanian antara lain; 1). Program padat karya pertanian, 2). Program padat perikanan, 3). Banpres Produktif UMKM Sektor Pertanian, 4). Subsidi bunga mikro/Kredit usaha rakyat, 5) Dukungan biaya koperasi dengan skema dana bergulir. Dalam pidatonya, Airlangga berkata "pemerintah telah menyiapkan stimulus ekonomi untu kenyongsong sektor pertanian,"jelasnya.

Pemerintah sudah memperiapkan programa bagaimana kesejahteraan petani agar bisa meningkat. Alan tetapi yan sekarang menjadi tugas besar adalah bagaimana membujuk generasi muda untuk berminat menjadi petani dan membantu pemerintah merealisakian program yang telah dibentuk. Tekonologi yang menguasasi semua sistem atau bisa dikatan semua hal bersumber dari sistem teknologi. Dengan banyak pertimbangan dan pemikiran yang didorong dengan fasilitas, akademis  muda seharusnya memiki ide untuk mengubah stigma negative masyarakat terhadap profesi petani menjadi stigma positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun