Mohon tunggu...
Sopia Raguan
Sopia Raguan Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Hi you can call me Sopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandemi Tak Lagi Menjadi Halangan, Ruang Seni di Bandung Siap Kembali Mengibarkan Sayapnya

24 Oktober 2021   18:44 Diperbarui: 24 Oktober 2021   18:48 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oktober memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk memberikan jalan antara seniman dengan ruang seni yang ada didalamnya, semenjak pandemi covid-19 berlangsung kegiatan pameran diberbagai kota sempat terhenti, hingga akhirnya ruang seni mencari alternatif lain seperti Pameran Arsip & Poster virtual yang dilaksanakan oleh Sewon Screening FSMR ISI Yogyakarta mulai dari tanggal 20-24 Oktober 2021 menyajikkan ingatan memori tentang titik balik perjalanan Sewon Screening selama 6 tahun kebelakang, mulai dari digital art, photography, literature, dan paintings. Pameran Arsip & Poster

Tak hanya Yogyakarta, Bandung memiliki banyak art gallery, yang akhirnya menjadi aktif kembali setelah pandemi menghalangi proses pada ruang seni. Seperti karya Eddy Susanto yang hadir dalam art gallery Lawang Wangi, karyanya bercerita bahwa dirinya sebagai pengidap Generalized Anxiety Disorder, usaha untuk tidak perduli itu hal berat (dan mahal), maka karyanya memperlihatkan kecendrungan kenyamanan Eddy Susanto untuk menuangkan segala sesuatu pada karyanya, selain obat. Melihat sisi cantik, kesuraman, mengimajinasikan kepercayaan diri. Mengganti kata "gelisah" menjadi pelampiasan yang bias. Pada art gallery Lawang Wangi kamu bisa melihat karya Eddy Susanto, Etza Meisyara, Mujahidin N, Erwin Windu, Jim Allen, Iwan Yusuf, Satya Cipta, Stevan Sixcio, dan Wildan Indra.

Karya Eddy Susanto (Dokpri)
Karya Eddy Susanto (Dokpri)
Dokpri
Dokpri
Lawang Wangi (Dokpri)
Lawang Wangi (Dokpri)

Dalam waktu yang bersamaan ruang art gallery bisa diekspresikan sedemian rupa, seperti pameran foto yang dilaksanakan oleh Bandung Photography Month 2021, dengan tema Relation: Memberikan Waktu, Menghayati Ruang mulai dari tanggal 16 Oktober-16 November 2021, pameran foto ini cukup unik karena tidak seperti art gallery biasanya, pameran ini dilaksanakan di Pasar Antik Cikapundung Gedung CEC Lt.3 -- Bandung. Jika di Lawang Wangi kita melihat berbagai karya di display di tembok, namun beda halnya dengan pameran foto yang satu ini, pameran ini mengajak kita merefleksikan ulang dan membangun berbagai kesadaran baru atas sesuatu, pameran ini mengajak kita untuk menghayati ruang domestik, memaknai bagaimana hubungan kita dengan orang-orang, benda-benda, dan memori yang saling berjalin. Ruang pamer di tengah pasar menjadi hal yang cukup menarik bahkan unik karena berbagai interaksi sosial dan ekonomi terjadi di dalamnya, ditambah dengan suasana barang-barang antik membawa kita kepada sebuah masa. Disini kamu dapat melihat karya-karya menarik yang di display sedemikian rupa. "Melalui ruang, seluruh potensi kemanusiaan dan berbagai pengalaman kemanusiaan dibentuk. Di dalam ruang pula, manusia terhubung dengan sesama manusia, benda-benda, serta objek-objek lainnya. Sehingga ruang dan manusia tidak dapat dipisahkan, baik secara fisik, psikologis, ataupun dimensional. setelah manusia mati pun bisa jadi akan selalu merasa di dalam ruang, meski pada tataran dimensional yang berbeda (curator All Mecca)".

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Disisi lain Riki Suteja melakukan solo exhibitionnya dengan judul Runtuh Mengutuh yang dilaksanakan 8 Oktober-22 Oktober 2021, Riki menceritakan bahwa "pameran tunggal itu untuk menyampaikan gagasan seniman tanpa bercampur atau terpengaruh oleh gagasan dari seniman lain layaknya pameran kelompok"

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Riki menceritakan bahwa proses penghancuran gypsum adalah proses pembebasannya. Gypsum itu dicetak, jadi terbentuk mengikuti bentuk cetakannya. Proses penghancur-an itu untuk pembebasan diri. Gypsum tidak lagi dipengaruhi oleh bentuk yang mencetaknya tidak pula terpengaruhi garis-garis pikiran yang hair di permukaan sebagai kurungan bagi dirinya. Penghancuran adalah proses pembebasan dari variabel bentuk dan image garis yang sudah terpatri pada tablet gypsum. Setelah gypsum hancur, justru muncul kemungkinan susunan-susunan bar yang lebih merdeka. -Riki Suteja

Ruang seni mulai kembali mengibarkan sayapnya, semoga fenomena berkembang dan hidupnya kembali ruang seni tak hanya bulan-bulan ini, namun juga untuk seterusnya. Pada akhirnya seluruh proses ruang seni yang terjadi baik di Bandung dan kota-kota lainnya merepresentasikan rindu, rasa gelisah, dan melahirkan kepercayaan diri sehingga seluruh karya yang hadir dapat memiliki kompleksitas pemaknaan yang cukup dalam. Jika saya sudah berapresiasi, kamu kapan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun