Saudaraku ingatlah bahwasanya kita semua ini adalah perantau, tidak akan ada satu pun yang menetap lama ditempat ini, pada masanya kita yang merantau akan kembali kekampung halaman kita. Tidak ada perantau yang betah berlama-lama diperantaunya, andaikan ada tapi kampung halamannya tetap menjadi kerinduan yang tidak bisa tersilapkan.
Perantau yang pulang pasti akan merasakan senang, lebaran tiba perantau senang akan pulang kekampung halamannya. Pulang menjadi menyenangkan kalua bekal yang kita bawa cukup untuk sampai kekampung halaman.
Mengapa kita semua disebut perantau? "Sebab dunia ini bukan tempat kita, kita hanya merantau di sini mencari bekal untuk dibawa pulang nanti".
Lalu kemana kita akan pulang? "kita akan pulang kekampung halaman kita yang kekal".
Lantas dimana kampung halaman itu?? "dia adalah kampung akhirat, yang semua kita akan pulang kekampung akhirat, tida memandang siapa, jabatannya apa, pekerjaannya apa, tingggalnya di mana, semua akan kembali, tidak perduli diusia muda, usia tua, laki-laki, atau pun perempuan yang pasti kita akan pulang sebab kita hanya perantau".
Biasanya orang yang merantau jika akan pulang kampung pasti akan merasakan senang, apa lagi kalua bekal yang dibawa selama perjalanan dan untuk dikampung nanti cukup, rasa senang itu amat sangat dirasakan. Tapi perantau yang pulang tanpa membawa apa-apa, maka itu dinamakan perantau yang konyol bukan berani, karena tanpa ada bekal berani untuk pulang.
Jika perantau itu adalah kita saat ini dan tiba saatnya kita untuk pulang apakah kita sudah siap???.........
Hanya kita masing-masinglah yang bisa memberi jawaban itu
Apakah kita senang untuk kembali kekampung akhirat??..........
Jika pertanyaan ini diajukan kepada kita semua pasti banyak yang mengatakan belum siap, tidak mau dan sebagainya, yang menandakan bahwa kita belum punya cukup bekal untuk pulang kekampung akhirat. Tapi yang namanya perantau kita semua akan pulang. Padahal yang namnya perantau tentunya merasa bahagia jika pulang kekampung halamnnya.
Terkadang yang menjadikan kita takut untuk pulang adalah bekal kita kurang, bekal kita tidak cukup, terlalu cinta dunia, merasa kenikmatan dunia ini adalah segalanya, kita semua tertipu dengan kesenangan duni sehingga kita lupa bahwa kita adalah perantau yang tidak banyak mempersiapkan bekal untuk pulang.