Mohon tunggu...
Sopi Alfi Sahriatun
Sopi Alfi Sahriatun Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya suka bikin content creator sama live streaming

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikologi Kepemimpinan Kepuasan Kerja

25 November 2024   13:42 Diperbarui: 25 November 2024   13:50 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

oleh: Sopi Alfi Sahriatun

Pertama: Kepuasan kerja adalah kondisi di mana seseorang merasa puas terhadap pekerjaannya karena sesuai dengan harapan dan kemampuannya atau mendapatkan penghargaan atas hasil yang dicapai. Menurut Colquitt, Lepine, dan Wesson, kepuasan kerja memiliki dua elemen penting: value fulfillment (pemenuhan nilai) dan satisfaction with the work itself (kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri). Selain berdampak pada emosi positif karyawan, kepuasan kerja juga memengaruhi produktivitas mereka. Seperti yang disimpulkan Kreitner dan Kinicki, pekerja yang puas akan cenderung lebih produktif, sehingga kepuasan kerja menjadi elemen penting dalam kesuksesan organisasi.

Kedua: Beberapa teori mencoba menjelaskan kepuasan kerja, salah satunya adalah teori ketidaksesuaian. Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang merasa puas jika kondisi pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan kenyataan. Ketidaksesuaian antara harapan dan realitas dapat menyebabkan ketidakpuasan. Selain itu, kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh pencapaian individu dalam pekerjaannya. Ketika seorang karyawan meraih keberhasilan, ia akan merasa senang, meskipun ada rasa khawatir akan kegagalan di masa mendatang.

Ketiga: Aspek-aspek yang memengaruhi kepuasan kerja sangat beragam, mulai dari gaji, promosi, hingga hubungan dengan rekan kerja. Faktor lainnya meliputi lingkungan kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi. Menurut Mullin, faktor-faktor seperti pribadi, sosial budaya, organisasi, dan lingkungan juga turut menentukan tingkat kepuasan kerja karyawan. Ketidakpuasan kerja dapat membawa dampak negatif yang signifikan. Model EVLN (Exit, Voice, Loyalty, Neglect) menggambarkan respon terhadap ketidakpuasan, seperti keluar dari pekerjaan, mengajukan keluhan, atau bahkan menjadi apatis, yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan.

Keempat: Untuk meningkatkan kepuasan kerja, organisasi dapat menerapkan strategi yang fokus pada kenyamanan dan keseimbangan hidup karyawan. Misalnya, memberikan jam kerja fleksibel atau membiarkan karyawan menghias ruang kerja mereka untuk menciptakan lingkungan yang lebih personal. Mengurangi waktu rapat yang berlebihan dan mendorong sosialisasi antar karyawan juga dapat membantu. Selain itu, mendukung gaya hidup sehat, seperti menyediakan program senam bersama, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif, dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan.

Natizah: kepuasan kerja adalah aspek penting dalam psikologi kepemimpinan yang berdampak langsung pada produktivitas dan loyalitas karyawan. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja dan menerapkan strategi yang sesuai, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan karyawan sekaligus membantu organisasi mencapai tujuannya secara lebih efektif.

Tulisan ini disarikan dari bahan ajar Mata Kuliah Psikologi Organisasi Pendidikan Dosen Pengampu Prof. Rusdiana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun