Setelah kemarin Presiden Joko Widodo mengajak peran serta masyarakat agar lebih aktif memberikan kritik kepada pemerintah, hari ini menyusul Sekretaris Kabinet, Pramono Agung yang kembali berujar perihal yang nyaris sama. Kayak dejavu gitulah, namun agak sedikit lebih menantang. Kedua orang ini kompak berbicara tentang kritik kepada pemerintah.
Presiden Joko Widodo dalam rapat virtual bersama Ombudsman mengharapkan agar pemerintah lebih aktif, sedangkan Seskab dalam Hari Pers Nasional meminta kritik yang terbuka, pedas, dan keras. Gayung bersambut pernyataan diatas seumpama, Presiden Jokowi yang menanam dan Seskab Pramono yang menyiram. Alangkah romantisnya. Mari kita dukung dan sukseskan permintaan nyeleneh dari kedua bapack-bapack ini.
Bila kita gabungkan kedua premis diatas maka akan ditarik kesimpulan yang seperti ini bunyinya
"Masyarakat harus memberikan kritik atau masukkan yang pedas dan keras secara aktif nan terbuka  kepada pemerintah."Â
Jika kesimpulan ini masih kurang lengkap, maka bisa kita ubah dengan yang bunyinya demikian:
"Pemerintah meminta masyrakat agar lebih aktif memberikan kritik yang terbuka, pedas dan keras"
Bagaimana? Bila klean memiliki kesimpulan lain, tolong tinggalkan reply dikolom komentar yah.
Tak berat bila memahami permintaan dari kedua tokoh publik ini. Mbok hanya kritik kok. Itu mah gampang. Lah, anak STM aja sekarang udah turun kejalan loh. Mereka saling merangkul dengan para kakak-kakak mahasiwanya untuk melantunkan aspirasi dibawah terik sinar matahari. Jadi pak presiden dan Seskab tak perlu ragu dengan loyalitas kami dalam menyampaiakan aspirasi dan masukkan.
Tetapi bila pemerintah masih meminta agar kami LEBIH AKTIF dan memberikan KRITIK YANG TERBUKA, KERAS DAN PEDAS, maka patutlah kami bertanya Pak Pres, memang kritik-kritik yang selama ini kami lantunkan masih jauh dari harapan bapak?
Sejauh saya masih dianugerahi mata yang bisa melihat dan telinga yang masih mendengar, saya merasa bahwa sudah begitu banyak kritik yang masuk kepada pemerintah. Sebut saja kritik dari Rizal Ramli misalnya. Beliau ini Pak Pres, aktif menyentil Bu Menkeu dan Pak Luhut soal utang piutang negara dan neraca perkembangan ekonomi yang trendnya kurang positif.