Dan fenomena S2 melamar menjadi ART saya rasa menjadi momok yang menampar kita semua. Coba bayangkan orang yang level ilmunya sudah Magister harus rela turun gunung untuk menjadi pembokat dirumah orang-orang mewah.
Sebelum negara api (baca : virus corona)
menyerang, pada umumnya mereka para pemuja sarjana yang tinggal dikampung selalu mendewakan para lulusan pendidikan tinggi ini. Dikiranya setelah menjadi sarjana apalagi sudah menyandang magister akan dapat pekerjaan di kantor gedongan, perusahaan minyak, tambang agau semacamnya.
Jika kembali kekampung mereka sangat disegani. Bahkan mereka mendapat tempat duduk paling depan dalam setiap acara-acara sosial seperti pada pesta penikahan, sunatan hingga hari-hari besar lainnya.
Anomali pun terjadi. Memang dunia itu berputar dan akhirnya mau tidak mau, suka tidak suka. Itulah fakta hari ini.
Lagipula menjadi ART dengan latar belakang pendidikan tinggi sepertinya menarik. Menarik kita untuk melihat, mungkin akan menjadi sebuah kolase kehidupan dan magnet bagi para magister magister lainnya yang mencoba pekerjaan yang satu ini.
Menjadi ART dengan gaji sesuai UMR bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Setidaknya mereka yang bekerja halal demi keluarga dan bertahan hidup dari gempuran sulirnya ekonomi masih lebih teehormat ketimbang daei mereka yang berpura-pura jadi miskin agar mendapat bantuan.
Para sarjana dan magister yang baru saja menamatkan studinya di pendidikan tinggi beberapa bulan ke depan akan menghadapi masalah besar jika keadaan ini belum usai. Faktanya mereka bisa bersaing dengan para korban PHK untuk mendapatkan pekerjaan.
Corona berjalan, perkuliahan online terus lanjut dan phk satu demi satu, pelan tapi pasti muncul kepermukaan. Akhirnya menjamurlah para wisudawan-wisudawan yang entah akan diserap dan disalurkan kemana mereka.
Saat beban angkatan kerja berbanding terbalik dengan jumlah kesediaan lapangan kerja, maka bukan mustahil bila LPK akan terisi pelamar-pelamar yang latar pendidikannya lumayan mumpuni.
Semenjak wabah Covid-19 masuk ke Indonesia dan kondisi ekonomi makin berat, pelamar untuk menjadi ART hingga suster rumahan memang meningkat drastis. Jumlah pelamar yang masuk ke LPK yang berada di Bogor ini meningkat hingga 40% dari biasanya (Sumber : detik.com).
Tantangan kedepan justru akan semakin berat. Diwaktu yang sama pemerintah dan para pencari kerja harus putar otak untuk menyediakan lapangan kerja bagi generasi muda selanjutnya.