Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Boneka Baru Istana

18 April 2020   22:49 Diperbarui: 19 April 2020   21:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lambat waktu berselang, Alhasil Anak-Anak Muda ini juga kebagian panggung kebijakan. Mulai dari bantu-bantu dalam kunjungan presiden, menjadi juru bicara di tv hingga berebut simpati publik di media massa yang kekinian. Dan setelah itu kehidupan mereka anteng-anteng saja. Tak terdengar lagi ide-ide segar mereka untuk pemerintahan yang sedang berjalan ini.

Apalagi jika kita kaitkan dengan kondisi pandemi yang sekarang sedang kita hadapi. Dua dari antara mereka mendapat sorotan tajam media dan kritikus dari berbagai kalangan. Masing-masing adalah Andi Taufan Garuda Putra dan Belva.

Rekam jejak kedua pemuda ini bagus dan bukan kaleng-kaleng. Sepertinya mereka berdua tidak berasal dari Kaum Rebahan. Mereka adalah Kaum Pekerja yang memberikan dampak dan karya nyata. Hal itu terbukti dari perusahaan yang mereka miliki. Andi memiliki perusahaan Fintech yang bernama PT. Amartha Mikro Fintek (Amartha), sedangan Belva juga tak kalah dengan Aplikasi RUANG GURU nya yang kini bayak digandrungi dan populer dikalangan siswa.

Alih-alih ingin ikut nibrung dan berbagi untuk mempercepat penanganan wabah virus corona didesa, Andi malah blunder dengan surat yang ia keluarkan dan Belva diisukan mendapat proyek dari negara ditengah wabah. Situasional ini pun diperparah dengan muculnya conflct of interest yang dialamatkan kepada mereka berdua.

Kalian tentu sudah membaca surat dari Andi Taufan ini kan. Isinya sangat menyentuh dengan sebuah niatan yang tersurat. Namun, ada tata tertib yang telah dilanggar oleh Andi. Itu menandakan bahwa, mereka para Staf Khusus ini juga punya sisi lemah yang berbahaya bila terjadi dan terulang. Ibarat pepatah, sepandai-pandainya cicak menempel didinding, pasti akan terjatuh juga.

Apa yang dilakukan oleh Andi Taufan ini tentu sebuah pelanggaran administrasi yang berat. Kejadian ini berwujud pada potensi maladministrasi dari seorang pejabat negara sekelas Staf Presiden. Setelah menyadari bahwa ia berbuat salah, Andi pun langsung menarik surat dan meminta maaf kepada media dan masyarakat. Lalu selanjutnya apa?

Selanjutnya istana marah besar atas kejadian itu. Marah karena tindak langcang dari Andi yang sudah bersurat tanpa memahami alur tata administrasi negara. Kemudian saya melihat  bahwa sikap yang ditunjukkan oleh istana ini agak berbeda dari biasanya. Lihat saja jika para pejabat istana sekelas Menteri atau orang dalam istana yang menciptakan masalah dan blunder kebijakan. Biasanya mereka ramai-ramai membela dengan melabeli bahwa "Itu Salah Ketik, Opini dari masyarakat" dan yang paling terbaru dibela dengan melapor serta menagkap yang melakukan kritik itu.

Puncak dari wujud kemarahan besar dari istana dan warga akan ihwal ini ialah meminta yang bersangkutan agar mundur dari jabatannya sekarang. Istana pun juga mempersilahkan kepada Andi jika ingin mundur dan mengembalikan hak prerogatif itu kepada sang tuan rumah istana apakah ingin memecatnya atau tidak. Namun saya rasa hal itu urung dilakukan oleh Presiden. Malah hanya menambah dan memanaskan suasana jika dilakukan.

Istana pun tak bergeming akan kasus ini. Rakyat hanya diharap maklum akan peristiwa yang hampir saja mengubah isi kurikulum pendidikan kita agar mata pelajaran Indonesia tentang Surat Menyurat diperdalam lagi. Organisasi Kemahasiswan juga ikut mereduksi efek ini dengan menambah Materi Tata Kelola Adminitrasi yang berjenjang dan tidak melanggar kepada para kadernya.

Miris juga jika melihat nasib Andi Taufan berada dilingkaran kuasa. Ia bagaikan Boneka yang menjadi pajangan istana. Direkrut untuk membantu negara, tetapi mengapa malah berulah kemudian tak dibela?

Saya tidak ingin menambah beban dari Andi Taufan atas kasus yang menimpanya tempo hari. Namun yang perlu kita sadari ialah berbuat banyak untuk rakyat dan negara tidak perlu dengan gagah-gagahan semata. Bung punya kuasa dan relasi dimana-mana. Tanpa surat berlogo Burung GARUDA sebagai embel-embel, bung bisa melangkah dan berbuat lebih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun