Sebelum peristiwa penyaliban. Yesus sempat makan Paskah bersama dengan murid-muridnya. Kata terakhir yang ia ucapkan ketika membagi roti dan anggur ialah "Perbuatlah ini sebagai peringatan akan aku".
Hari perayaan paskah sampai hari  ini pun dipelihara kuat hingga sekarang. Tetapi perayaan paskah hari ini terasa berbeda dengan perayaan paskah sebelumnya.
Tidak seperti biasanya, paskah selalu diisi dengan kegiatan-kegiatan sosial seperti mengunjungi para lansia, anak yatim piatu, para tahanan dan mendoakan mereka yang sedang terkena musibah dari rumah ke rumah.
Lazimnya paskah dirayakan digereja bersama jemaat, pendeta dan keluarga. Tetapi tampaknya semua orang harus merayakan paskah dengan tetap berada dirumah dan mengikuti perayaan paskah melalui daring.
Dengan tetap dirumah saja sebenarnya sama sekali tidak menghilangkan atau mengubah makna sejati dari Paskah.
Paskah bukanlah seremonial semata. Paskah adalah salah satu momentum peribadatan sebagai lambang pembebasan dari penindasan menuju tanah perjanjian dan kemenangan.
Melalui Doa dirumah makna Paskah lebih berasa. Saya dan keluarga kemudian merenungkan masa-masa sulit ini sebagai momentum untuk merefleksikan diri.
Bahwa bangsa kita memang sedang tertimpa bencana besar adalah fakta. Tetapi pilihan untuk tidak menyerah adalah hal yang harus kita kerjakan.
Mari belajar dari makna paskah. Usaha untuk meraih kemenangan dari permasalahan itu tidak mudah. Kuncinya adalah dengan tidak bersungut-sungut, percaya Tuhan pasti akan menolong.
Selain itu makna paskah tahun ini juga ialah mengajarkan kita untuk berbagi dan jangan serakah. Melihat dampak musibah corona ini, kita tentunya tidak hanya saling tolong menolong dalam doa. Tetapi juga saling bahu membahu memberi materi yang kita punya untuk sesama.
Dengan belajar berbagi dan berdoa dari rumah. Rasa-rasanya paskah lebih memberi arti yang mendalaman. Walau tak bisa melihat senyum mereka yang telah kita bantu, setidaknya keiklasan adalah modal kita untuk tetap bersyukur dalam berbagi.