Komunikasi kebijakan yang keliru dan tidak tepat sasaran juga memantik polemik dimasyarakat. Hal itu terbukti dengan adanya penunjukan khusus Juru Bicara Pemerintah untuk kasus virus corona, serta terjadinya panic attack dibeberapa daerah yang ditandai dengan kemunculan naiknya hsrga masker dan meniadakan jabatan tangan untuk sementara waktu.
Â
Pelibatan pemerintah daerah dari unit terkecil seperti puskesmas hingga ke level atas baik di daerah maupun provinsi terlihat sangat kacau. Tak ada satu kendali dan instruksi untuk menghadapi pandemi ini.
Dengan kondisi yang sekarang, melihat pergolakan virus corona yang sudah memukul semua sektor dinegara kita, ternyata selama ini pemerintah telah menyimpan satu rahasia besar tentang kejadian virus corona di Indonesia.
Rahasia ini semakin membuat kita bertanya-tanya, apa sekiranya yang telah ditutupi pemerintah kepada kita, rakyatnya yang selama ini selalu menanti dan taat terhadap kebijakan pemerintah dalam menangani corona.
Mengutip laman kompas com, Presiden berujar bahwa "Saya sampaikan penanganan pandemi Covid-19 terus menjadi perhatian kita. Memang ada yang kita sampaikan dan ada yang tidak kita sampaikan. Karena kita tidak ingin menimbulkan keresahan dan kepanikan ditengah masyarakat (13/3/2020).
Satu rahasia besar yang tak diungkap oleh pemerintah adalah riwayat  pasien yang positif terkena corona. Presiden Jokowi berdasarkan pengakuannya memang tidak membuka identitas dari pasien yang terkena dampak corona.
Lantas apa masalahnya jika perihal ini tak diungkapkan?
Menyoal perihal diatas, ada beberapa aspek yang akan saling berbenturan dan apa yang akan diutamakan. Identitas yang didalamnya merupakan catatan rekam medis pasien sesungguhnya bersifat rahasia. Itu artinya keadaan klinis pasien tidak boleh diungkapkan kepada publik tanpa persetujuan dan kewenangan dari tenaga medis yang memeriksanya.
Hal lain lagi, identitas pasien corona perlu dirahasiakan agar menjaga psikologi dari pasien yang terdampak corona. Jika pasien sembuh selama menjalani pengobatan  dan kemudian dikembalikan ke lingkungan keluarganya maka pasien akan menjalani aktivotasnya sehari-hari tanpa perlu kuatir akan mengalami bullying atau judgement dari masyarakat yang lain.
Dari sisi berbeda, mengapa riwayat pasien perlu diungkap agar masyarakat yang tidak terkena corona bisa lebih mawas diri. Misalnya saja pasien A yang positif mengalami corona pernah berkunjung ke daerah A, B dan C. Atau misalnya pasien A pernah melakukan kontak dengan si A, B, dan si C.
Jika riwayat ini dilempar ke publik, maka publik bisa beraksi cepat untuk melangsukan tindakan preventif. Dan pencegahan akan semakin diperketat.
Melihat masalah ini pemerintah berdalih tak ingin menimbulkan kepanikan dan keresahan kepada masyarakat. Oleh karena itu dipandang bijak bahwasannya identitas riwayat pasien tak perlu diinformasikan secara luas kepada masyarakat.
Polemik ini menyisakan tanya yang besar kepada kita. Tentu ini adalah dua pilihan yang berat. Â Semoga saja penanganan virus corona bisa semakin membaik dan negara kita bisa terbebas dari ancaman virus corona.