SITUBONDO, JAWA TIMUR - Â Ohjung adalah tradisi adat Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo pada saat selamatan desa yang dipercaya akan mendatangkan hujan dan tolak balak.
Para pemain Ojhung bukanlah pria sembarangan. Mereka harus berani dan gesit dalam memainkan rotan. Rotan diibaratkan sebagai pedang, sebanyak mungkin diayunkan untuk mengenai tubuh lawan.
Tak hanya itu, kesungguhan beradu rotan harus dijauhkan dari sifat pemarah dan balas dendam. Kedua sifat buruk ini akan menodai kemurnian tradisi Ojhung yang telah ada berabad-abad lamanya.
"Peserta yang sudah bertarung berusaha semaksimal mungkin menangkis jika musuh sudah mengayunkan rotan ke tubuhnya. Jika ada yang kena pecut di tubuhnya, juri panitia akan menandai menggunakan spidol dan nantinya akan dihitung  berapa kali kena. Pertarungan yang dilakukan dua orang pria dianggap sebagai permohonan. Sedangkan mereka percaya, luka dan darah yang mengalir ialah wujud kesungguhan yang nyata dalam meminta hujan. Terlepas itu, nilai spiritual dan kekeluargaan tertanam dalam pagelaran Ojhung." ucap Sam, warga Desa Bugeman.
Sam juga melanjutkan, jika sudah selamatan desa dan gelaran Ojhung sudah dilaksanakan, warga Desa Bugeman percaya kedepannya hujan akan turun.
Sawah-sawah tidak kekeringan lagi. Sehingga, warga Desa Bugeman makmur. Namun, jika tidak dilaksanakan bisa menjadi Mala petaka buat desa.
"Acara Ojhung ini agenda tahunan, jika waktunya selamatan desa pasti ada Ojhung," sambungnya.
Antusias warga Desa Bugeman saat berlangsungnya gelaran Ojhung tersebut nampak jelas, ribuan masyarakat berbondong-bondong menyaksikan petarung Ojhung tampil di atas panggung, layaknya para pendekar yang lagi bertarung merebut kekuasaan.
Hingga kini, keseruan Ojung tetap dilestarikan dalam tradisi meminta hujan. Warisan budaya adat Desa Bugeman ini dianggap sakral yang dapat menghindarkan warga dari musibah dan bencana.
Terlepas itu, nilai kekeluargaan, sportivitas, dan kebersamaan menjadi nilai utama yang selalu dijunjung tinggi.