[caption id="attachment_386977" align="aligncenter" width="300" caption="Tulisan di Pintu Toilet Kereta (dok. pribadi)"][/caption]
Anda sudah pernah naik kereta jarak jauh? Ada yang bilang menyenangkan, apalagi kalau perjalanannya saat siang hari bisa melihat pemandangan hamparan sawah dan kebun yang menghijau, pedesaan yang asri, ataupun melintasi jembatan panjang dengan air sungai yang masih bersih di bawahnya. Saat ini fasilitas layanan di Kereta Api sudah jauh lebih bagus daripada tahun-tahun sebelumnya, bahkan sudah tidak ada lagi penumpang berdiri di kereta api (kecuali KRL) ataupun pedagang asongan yang memenuhi gerbong kereta.
Namun ada satu hal yang menurutku masih kurang nyaman saat naik kereta, apalagi kalau bukan toiletnya. Ya, menggunakan toilet di kereta api, tidak peduli kereta ekonomi ataupun eksekutif mempunyai tantangan tersendiri. Bagi yang belum pernah merasakan buang air kecil di toilet kereta, akan saya deskripsikan agar bisa membayangkan, ha ha...
Liburan akhir tahun ini kami sekeluarga liburan ke Jakarta dari Tulungagung naik kereta api Gajayana jurusan Malang - Jakarta Kota. Gajayana termasuk salah satu kereta api eksekutif jarak jauh dengan waktu tempuh Tulungagung - Jakarta sekitar 13-14 jam. Kalau perjalanan selama itu, mau tidak mau pasti semua penumpang akan 'mencicipi' citarasa toilet kereta, kalau tidak pasti akan sangat tersiksa menahan pedihnya 'panggilan alam'.
Dasarnya aku yang gampang beser (sering buang air kecil), frekuensiku ke toilet pasti di atas rata-rata orang lain. Tapi untuk menyiasatinya, aku mengurangi konsumsi air minum, namun tetap saja aku harus ke toilet. Nah, rasanya buang air kecil di toilet kereta itu sesuatu banget. Bagaimana tidak, dengan kecepatan tinggi dan goncangan yang keras, serasa kita dipaksa untuk melepaskan hajat sambil berlari. Goyang sana- goyang sini, getar sana-getar sini, maju mundur-maju mundur asik lah pokoknya. Sudah mau keluar, eh keretanya larinya tambah kenceng dan getarannya tambah keras. Nggak jadi lagi. Mulai dari awal konsentrasi lagi untuk bisa keluar, apalagi kalau di luar sudah antre beberapa orang menunggu giliran, wah tambah kemrungsung, jadi tambah sulit keluar pipisnya, arghhh...
Untuk menggunakan toilet di kereta api ada aturannya. Di depan pintu toilet terpampang jelas tulisan "PERGUNAKANLAH SAAT KERETA BERJALAN". Maksud dari tulisan ini jelas, himbauan untuk menggunakan toilet saat kereta sedang berjalan. Tapi mengapa ada aturan seperti itu? Apakah saluran pembuangan toiletnya terbuka dan langsung dibuang di sepanjang rel , sehingga takutnya kalau dipergunakan saat berhenti (biasanya di stasiun) akan membuat rel di sepanjang stasiun jadi dipenuhi limbah toilet, atau jika ada penampungannya di bawah toilet, takutnya penuh dan air limbahnya  meluber saat berhenti di stasiun? Saya belum mendapat jawaban atas rasa penasaran saya ini. Saya jadi ingat berita di salah satu media online beberapa bulan yang lalu bahwa ditemukan banyak tanaman tomat yang tumbuh subur di sepanjang rel  di Rochford, Essex, Inggris yang diduga berasal dari feses manusia. (baca beritanya: di sini)
[caption id="attachment_386979" align="aligncenter" width="300" caption="Kloset di Toilet Kereta (dok. pribadi)"]
Di Toilet kereta yang kira-kira berukuran (1,5 x 1,5) m2 itu sebenarnya sudah cukup lengkap fasilitasnya. Ada wastafel, ada kloset jongkoknya, ada shower untuk bersih-bersih, bagi yang tidak tebiasa memakai shower disediakan ember plus gayungnya, ada sabun cair untuk cuci tangan, ada tisu toilet dan tempat sampah tertutup, plus cermin untuk sekedar merapikan penampilan kita saat selesai buang air kecil atau untuk melihat penampilan diri sendiri saat buang air kecil, haha...
[caption id="attachment_386984" align="aligncenter" width="300" caption="Cermin di Toilet Kereta (dok. pribadi)"]
Dari wastafel, kloset, sampai dengan lantai toilet terbuat dari stanless steel. Namun seringkali belum setengah perjalanan tisu toilet sudah habis, dan air di toilet seringkali sudah habis ketika perjalanan sudah lebih dari 10 jam, repot jadinya... Perlengkapan serba stainless biasanya memberikan kesan bersih, namun karena banyak ceceran air ataupun air kencing yang 'bertebaran' di lantai toilet, jadinya kesannya agak jorok. Siapa sih yang pengen air kencingnya berceceran di lantai kecuali anak kecil yang masih suka bermain-main, tapi mengingat kondisi goncangan yang luar biasa tak ayal air  seni yang sudah diarahkan ke lubang kloset pun nyiprat kemana-mana, hiiiii...
[caption id="attachment_386982" align="aligncenter" width="300" caption="Wastafel di Toilet Kereta (dok. pribadi)"]
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana repotnya jika perempuan yang mencoba toilet kereta itu, akan merasakan juga seperti yang kurasakan atau malah ok-ok saja. Menurut Mbak Wikipedia, panjang uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh hanya berkisar sekitar 2,5 sampai 4 cm saja, berbeda jauh dengan laki-laki yang panjangnya sekitar 20cm, dengan kondisi tersebut sekiranya lebih sulit bagi wanita untuk menahan kencing, dan kemungkinan tidak terjadi fenomena (mendat-mendut) semacam mau kencing tapi susah keluar karena goncangan seperti yang kualami alias pipisnya bisa lancar jaya... Istriku sendiri seolah tak terpengaruh dengan kerasnya goncangan yang ada, dia kayaknya enjoy aja menikmati sensasi toilet goyang di kereta.
[caption id="attachment_386987" align="aligncenter" width="300" caption="Wadah tisu yang terlihat kosong (dok. pribadi)"]
Toilet di Kereta selain dilengkapi dengan jendela, juga dilengkapi dengan exhaust fan di atapnya sehingga bau pesing pun lumayan tidak tercium apalagi sudah dilengkapi penyemprot pewangi ruangan otomatis. Di dinding toilet samping kloset juga sudah dilengkapi pegangan untuk mengantisipasi goyangan meskipun tidak terlalu berefek tapi lumayan lah. Ukuran toilet di kereta menurutku juga sudah cukup ideal dibandingkan dengan toilet di bus malam jarak jauh yang sangat sempit dan lebih jorok.
[caption id="attachment_386986" align="aligncenter" width="300" caption="Jendela di Toilet Kereta (dok. pribadi)"]
Saran untuk PT KAI
Sebab utama yang membuat toilet kereta agak jorok adalah karena goncangan yang luar biasa, sehingga air untuk menyiram ataupun air kencing tercecer dimana-mana. Jika memang sulit untuk menambah peredam goncangan di toilet kereta, sebaiknya PT KAI mulai mempertimbangkan untuk:
1. mengadopsi toilet kering di tiap gerbong kereta, dilengkapi dengan kloset duduk, dan urinoir yang dilengkapi penghalang agar air kencing tidak nyiprat untuk yang laki-laki. Tidak seperti sekarang ini, untuk laki-laki harus mengarahkan air kencingnya ke lubang kloset jongkok, sehingga saat kereta berjalan kencang dan getarannya luar biasa hebat air kencing terkadang tidak terarah sempurna ke lubang kloset sehingga tercecer di lantai toilet.
2.menambah petugas cleaning service yang khusus mengurusi kebersihan toilet, sehingga bisa mengontrol tisu yang habis ataupun kebersihan toilet.
3.Membedakan toilet laki-laki dan perempuan, karena selama ini nyampur jadi satu, dan karena goncangan yang kuat, membuat satu orang membutuhkan waktu paling cepat sekitar 3 menit untuk menyelesaikan hajatnya, sehingga seringkali terjadi antrean.
4.Menyediakan ruang khusus untuk wastafel ataupun tempat berwudhu, karena tak jarang ada penumpang yang menghabiskan banyak waktu di toilet untuk berwudhu padahal banyak yang sedang antre ingin buang air kecil. Kurang afdol juga jika berwudhu di tempat yang penuh najis.
5.Membuat toilet seperti toilet di pesawat terbang, meskipun sempit namun cukup bersih.
Bagi yang ingin merasakan sensasi buang air kecil di toilet kereta, buruan mencobanya, sebelum toiletnya tambah nyaman dan hilang sensasi goyangannya, ahay....
Referensi:
http://health.detik.com/read/2014/10/17/185347/2722422/763/biji-tomat-dalam-feses-manusia-tumbuh-subur-di-rel-ini tanggal akses 29 Desember 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Uretra tanggal akses 29 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H