Akhir-akhir ini, sering kali kita mendengar kampanye menuju Net-Zero Emissions, baik melalui media sosial, media elektronik, media massa, content youtube, dll.
Bagi orang awam yang tidak pernah bersinggungan langsung mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup maupun energi, maka Net-Zero Emissions merupakan hal baru yang belum mereka pahami dan ketahui sepenuhnya. Â
Apa sih sebenarnya yang diharapakan dari maraknya kampanye Net-Zero Emissions ini?
Net-Zero Emissions atau yang mempunyai arti nol bersih emisi, bukan berarti emisi di dunia nantinya tidak ada, hanya sebisa mungkin emisi tersebut tidak ada yang sampai ke atmosfer, sehingga emisi yang sampai ke atmosfer nol jumlahnya. Karena pada hakikatnya, manusia dan dunia tak bisa berhenti memproduksi emisi.
Sebagai contoh, manusia perlu bernafas dan dari nafas kita menghasilkan emisi berupa karbondioksida (CO2). Jadi, nol bersih emisi disini, yaitu berupa karbon negatif, yang artinya emisi yang diproduksi oleh manusia dapat terserap sepenuhnya dan tidak ada yang menguap sampai ke atmosfer.
Penyerapan emisi yang dihasilkan oleh manusia, dapat diserap oleh pohon, tanah dan laut. Jika semua emisi sudah terserap dengan baik, maka tidak akan ada lagi pemanasan global, bumi semakin sehat tidak ada bencana banjir dan udara yang dihirup oleh manusia kualitasnya menjadi sehat.
Lalu bagaimana cara pemerintah Indonesia mewujudkan Net-Zero Emissions?
Pandemi covid-19, telah mengajarkan masyarakat untuk bersinergi dan bersama-sama melawan covid-19. Sementara langkah pemerintah untuk menanggulangi wabah pandemi covid-19 dengan membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 mulai dari pusat hingga ke pemerintah daerah.
Adanya tim Satgas Covid-19 memudahkan pemerintah pusat melakukan koordinasi, memberikan bantuan dan penyampaian informasi yang dapat diakses dan ditindaklanjuti oleh daerah. Sehingga dengan bersinergi, penanganan kasus Covid-19 dapat ditangani dengan baik.
Selain itu, tanpa kita sadari, bahwa pandemi covid-19 membuat iklim dan udara menjadi sehat dan bersih. Karena selama 1,5 tahun masyarakat mengurangi aktivitasnya, mulai dari berpergian dengan kendaraan bermotor, aktivitas perusahaan menurun, aktivitas ekonomi dan sektor lainnya juga berkurang, serta masyarakat lebih peduli dengan pola hidup sehat. Sehingga cuaca musim kemarau tidak berkepanjangan dan ketika musim hujan intensitas hujannya tidak telalu lebat.