1. Community Shield, Manchester City vs Leicester City : 0-1 (kalah)
2. Liga Inggris, Tottenham Hotspur vs Manchester City : 1-0 (kalah)
3. Liga Inggris, Leicester City vs Manchester City : 0-1 (menang)
Selain laga melawan soton, yang berakhir dengan skor imbang 0-0. 3 laga di atas menunjukkan bahwa City, membutuhkan sosok predator murni yang mampu menyelesaikan peluang City, untuk dapat dikonversi menjadi sebuah gol.
Banyaknya peluang yang tercipta saat melawan Soton, dengan melakukan 16 percobaan, 10 diantaranya melenceng dari target, merupakan sebuah alarm bagi skuad Guardiola. Penguasaan bola City mencapai 64 persen, menjadi sia-sia jika pada akhirnya tidak tercipta gol kemenangan bagi City.
Guardiola beranggapan bahwa mereka tidak butuh striker, karena pada saat kondisi terbaik City mampu menciptakan banyak gol. Tetapi, Guardiola lupa bahwa, suatu saat tim akan menemui hari apes, seperti saat lawan Soton.Â
Ketika para pemain andalan tidak mampu mencetak gol. Dibutuhkan seorang striker murni yang mampu tampil sebagai penyelamat tim, dengan gol penentunya.
Sisi menarik dari pertandingan ini, selain Guardiola termakan omongan sendiri, juga menyajikan 3 drama kontroversial yang membuat para pundit sepakbola Inggris geleng-geleng kepala, yaitu Gary Lineker dan Michael Owen. Mereka beranggapan bahwa VAR telah membuat perbedaan besar dalam laga City vs Soton.
1. Wasit Anulir Kartu Merah Kyle Walker
Jon Moss memberikan kartu merah kepada Kyle Walker karena melanggar Adam Armstrong di kotak penalti pada menit ke-61, namun setelah melihat tayangan video dipinggir lapangan Jon Moss membatalkan kartu merah tersebut.Â
Padahal dalam tayangan ulang terlihat jika kaki Walker melanggar Armstrong, Moss juga tidak menurunkan hukuman menjadi kartu kuning. Keputusan Moss yang tidak memberikan hukuman apapun kepada bek kanan timnas Inggris tersebut mendapat sorotan.