Setelah rehat sejenak, karena babak penyisihan grup telah usai. Euro 2020 memasuki babak baru, yaitu babak 16 besar. Genderang perang akan dimulai, memasuki sistem gugur para pemain dan pelatih ibarat memasuki medan perang. Kesalahan sekecil apapun tidak boleh terjadi dalam fase 16 besar, karena hal itu akan dimanfaatkan oleh tim musuh untuk menyerang tanpa ampun dengan menghujamkan roket (gol) ke benteng pertahanan.
Adrenalin para penonton di stadion maupun penikmat layar kaca, akan diobok-obok seperti ketika naik roller coaster. Degupan Jantung akan merasakan getaran kekhawatiran (dag-digdug) seperti saat kita melihat film action, dimana sang pemeran utama sedang menghadapi rintangan yang berbahaya dan menegangkan kala berhadapan dengan musuh.
Jika pendekatannya adrenalin kesedihan, mungkin penonton di depan layar kaca wajib menyiapkan tissue untuk mengusap air matanya, untuk berjaga-jaga ketika melihat tim kesayangannya tersingkir secara dramatis.
Saya bukan penyuka film drakor nonton aja tidak pernah, namun konon katanya alur cerita film drakor bisa membuat air mata si penonton menangis. Maka, penggemar tim-tim besar harus bersiap jika ada drama tim favoritnya tersingkir, itu artinya akan ada kesedihan yang mengharu-biru.
Sebagai penulis dan juga penikmat sepakbola, saya lebih menyukai ketika fase kompetisi kejuaraan memasuki babak akhir atau tahap sistem gugur. Kenapa? Intensitas serangan maupun perjuangan pemain di lapangan ketika di babak penyisihan grup, tidak seperti ketika memasuki fase sistem gugur. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, karena setiap tim masih mempunyai kesempatan di laga kedua ataupun laga terakhir jika di pertandingan pertama mendapatkan hasil buruk.
Keputusan UEFA melakukan penambahan kontesetan Piala Eropa, yang dimulai sejak Euro 2016 membuat tensi pertandingan mengalami penurunan di babak penyisihan grup. Dengan adanya penambahan 8 peserta, jumlah kontestan Piala Eropa menjadi 24 peserta, dan diberlakukannya sistem babak 16 besar, membuat tim peringkat 3 di penyisihan grup mempunyai kesempatan untuk lolos ke babak selanjutnya. Hal ini jugalah yang menjadi pemicu, penyisihan grup di Euro 2020 kurang gereget jika dibandingkan saat akan memulai fase sistem gugur.
Saat tabir genderang perang babak 16 besar telah dibuka, sebagai penikmat sepakbola tentu saja siap menyambutnya dengan antusias dan siap dengan segala adrenalin yang mungkin terjadi.
Setelah di penyisihan grup, penggemar sepakbola disuguhi drama ledakan tim dinamit Denmark, atau drama kegalauan Inggris dalam memilih calon lawan di babak 16 besar, serta ditutup dengan drama nan dramatis dari grup F. Dimana di laga terakhir kisah Cinderella gagal dipertontonkan Hungaria, karena 6 menit jelang pertandingan usai mimpi Hungaria untuk lolos ke babak 16 besar dengan menenggelamkan Jerman digagalkan oleh gol pemain Jerman Leon Goretzka.
Drama-drama inilah yang kita nantikan di babak 16 besar, sehingga penikmat sepakbola merasa betah untuk tidak memejamkan matanya demi melihat sebuah momen yang membuat adrenalin kita naik-turun.